Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Teror Kabaka Mwanga Hancurkan Agama Minoritas di Uganda
9 Desember 2018 12:28 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Nama Mwanga mungkin berada di jajaran teratas salah satu pemimpin negara yang mempraktekan kekejaman paling mengerikan dalam sejarah manusia. Selama pemerintahannya, Mwanga telah menyiksa, membunuh, menghilangkan, dan menghancurkan orang-orang Kristen dan Islam, yang menurutnya adalah ajaran sesat.
ADVERTISEMENT
Mwanga adalah pemimpin wilayah Bugunda –sekarang Uganda– yang mulai memerintah pada 1884, setelah menggantikan ayahnya, Mutesa I. Mwanga menjadi Kabaka (pemimpin) Uganda pertama yang naik takhta tanpa melalui pertumpahan darah, atau kudeta militer.
Proses pengangkatan Mwanga disambut baik oleh rakyat Uganda. Mereka menilai Kabaka barunya itu sebagai pribadi yang baik, mengingat ia mengubah sejarah kelam negara yang setiap melakukan pemilihan pemimpin selalu diwarnai oleh kehebohan, dan berbagai tragedi berdarah.
Namun awal yang menjanjikan itu tidak bertahan lama. Setelah beberapa waktu memulai pemerintahannya, sifat asli Mwanga mulai terlihat. Ia menjadi sosok pemimpin yang memerintah dengan tangan besi, sadis, dan brutal dengan kepintaran yang cukup hebat.
Sebelum Mwanga memerintah, wilayah Uganda ditempati oleh masyarakat dari berbagai etnis, suku, dan agama. Mereka hidup damai di bawah pemerintahan Mutesa I, walau agama Kristen dan Islam menjadi minoritas, di antara kepercayaan-kepercayaan lokal di wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada masa awal pemerintahannya, Mwanga memperlihatkan dukungannya yang besar kepada kaum minoritas, seperti yang dahulu dilakukan ayahnya. Namun ketika ia mengetahui bahwa agama Kristen dan Islam lebih mengutamakan Tuhan dibandingkan dirinya, ia langsung berubah menentang penyebaran agama minoritas di wilayah Uganda.
Bahkan di akhir tahun pertama kekuasaannya, Mwanga memerintahkan untuk membakar hidup-hidup tiga orang Kristen yang menolak untuk meninggalkan kepercayaannya. Akhir tahun 1885, Mwanga membunuh seorang uskup yang sedang berkunjung di perbatasan wilayahnya, karena menganggap uskup tersebut sebagai ancaman bagi pemerintahannya.
Kegilaan dan paranoid Mwanga terhadap orang-orang beragama yang menolak tunduk pada dirinya, semakin membuatnya menjadi tidak terkendali. Ia sangat murka ketika mengetahui banyak pelayan istananya yang telah memeluk agama Kristen.
ADVERTISEMENT
Mwanga menganggap urusan agama telah membuat para pengikutnya menolak kasih sayang yang diberikan oleh dirinya. Sejak itulah, Mwanga memerintahkan kekuatan militernya untuk memburu dan menghancurkan orang-orang yang telah memeluk agama baru itu.
Penyiksaan demi penyiksaan dilakukan oleh Mwanga terhadap orang-orang yang menolak kekuasaannya. Dalam catatan sejarah negara itu, ada seorang saksi mata yang berhasil selamat dari eksekusi Mwanga. Ia mengatakan bahwa salah seorang korban, bernama Munyaga, dieksekusi di depan orang banyak.
Mulanya, Munyaga dibawa oleh beberapa tentara ke sebuah tempat untuk disiksa. Pria itu memohon untuk diperbolehkan mengenakan kansu –gaun putih yang dikenakan oleh orang Kristen di Uganda– sebelum akhirnya dimutilasi dalam keadaan setengah sadar, dan potongan tubuhnya dibakar. Pada hari yang sama, 32 orang yang baru masuk Kristen juga dipanggang di atas api.
ADVERTISEMENT
Kegilaan Mwanga yang terus dilakukan selama bertahun-tahun masa pemerintahannya, terbukti menjadi sebab kejatuhan takhtanya. Ketika terdengar sebuah isu mengenai rencana Mwanga untuk benar-benar menghapus agama minoritas di Uganda tersebar luas di masyarakat, semua pemeluk agama Kristen dan Islam di negeri itu berkumpul dan melakukan penyerangan ke istana Mwanga.
Pemerintahan Mwanga berhasil dijatuhkan, namun ia kembali berhasil merebut takhtanya setelah melakukan penyerangan untuk meredam pemberontakan tersebut. Meski demikian, kekuasaan Mwanga akhirnya tersingkir setelah Inggris melakukan pergerakan untuk menyelamatkan negeri itu. Mwanga lalu diasingkan ke Seychelles pada 1899, dan meninggal dunia di sana.
Sumber : Luka, Monsanto. 2008. Tangan Besi : 100 Tiran Penguasa Dunia. Yogyakarta : Galang Press
Foto : commons.wikimedia.org
ADVERTISEMENT