Teror Mengerikan Gerakan Ekstrem Kanan di Norwegia pada 2011

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
20 Juni 2018 15:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Norwegia. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Norwegia. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Sebuah tragedi mengerikan terjadi di Norwegia pada 22 Juli 2011 lalu. Orang-orang dari Partai Buruh dibantai di Pulau Utoya, setelah mereka melangsungkan sebuah acara di sana. Korban tewas mencapai 77 orang, dan sebanyak 242 lainnya mengalami luka serius.
ADVERTISEMENT
Aktor utama dari peristiwa itu adalah Anders Behring Breivik, seorang ekstremis sayap kanan. Sebelum melancarkan aksi kekejamannya di Pulau Utoya, Anders Behring Breivik bersama dengan pengikutnya memasang bom dekat gedung pemerintahan di Oslo, yang nyaris dalam waktu bersamaan menghancurkan daerah di sekitarnya.
Aksi kelompok ekstremis sayap kanan di Oslo dan Pulau Utoya itu merupakan bentuk penentangan kepada Partai Buruh yang sedang berkuasa. Breivik melakukan serangkaian teror mengerikan itu atas dasar kebencian terhadap orang-orang imigran Islam di wilayah tersebut.
Breivik ingin memberikan sinyal keras terhadap pemerintahan sayap kiri Norwegia yang dinilainya telah mengahancurkan budaya Nordic yang selama ini mereka anut. Selain itu juga ia menentang kebijakan-kebijakan mengenai imigran Islam yang masuk ke wilayah Norwegia. Breivik menginginkan terbentuknya kerajaan Kristen di Eropa, dan satu-satunya cara yang terpikirkan olehnya adalah mendeportasi orang-orang Islam dari daratan Eropa.
ADVERTISEMENT
Breivik dan pengikutnya benar-benar telah terpengaruhi oleh sejarah kelam bangsa Eropa yang pada abad-abad lalu selalu kalah dari peradaban Islam, bahkan di negerinya sendiri. Ia menyadari bahwa imigran Islam selalu membawa misi-misi tertentu, yang akan membawa kehancuran bagi berkembangnya kebudayaan asli Eropa. Namun, pemikiran semacam itu tidaklah berdasar, dan hanya sebuah spekulasi dari pemikiran seseorang yang terpengaruh oleh nilai-nilai tertentu.
Sebelum melakukan pembantaian, Breivik menulis kumpulan manuskrip bertajuk “2083: Deklarasi Kemerdekaan Eropa”. Di dalamnya, ia menuangkan ide-ide tentang berdirinya kerajaan Kristen yang menguasai wilayah Eropa pada 2083. Karyanya itu dipublikasikan beberapa jam sebelum ia melakukan pembantaian kejamnya. Semua orang yang melihat karyanya itu tidak percaya dengan apa yang diungkapkan Brievik.
ADVERTISEMENT
Peristiwa di Pulau Utoya seperti sebuah peringatan dari Brievik untuk mendeklarasikan apa yang menjadi impiannya itu. Brievik seperti menyuarakan gerakan revolusi anti-Islam di Norwegia. Ia secara terang-terangan telah memprovokasi pemuda-pemuda Norwegia untuk mendukung gerakan anti-Islamnya tersebut.
Media massa di seluruh dunia banyak menyoroti ide-ide yang dikemukakan oleh Brievik itu. Menurut pengacaranya, Geir Lippestad, Breivik berambisi besar mengubah masyarakat melalui pemikirannya. Dalam manifesto setebal 1500 halaman itu, Brievik turut mengoreksi padangan politik liberal. Baginya, politik liberal dapat menjadi jalan untuk memulai segala aksinya.
Sebagai negara monarki konstitusional, yang menggunakan sistem pemerintahan parlementer, Norwegia selalu dihadapkan dengan pertentangan antara kelompok sayap kiri dan sayap kanan, terutama untuk isu-isu multikulturalisme.
Para pengamat menilai, budaya politik di Norwegia memang sangat berpotensi memunculkan kelompok-kelompok garis keras. Brievik mengaku dirinya tidak sendiri dalam menjalankan ideologi garis kerasnya tersebut. Ada lebih dari 80 pemuda lain yang memiliki pandangan yang sama dengannya.
ADVERTISEMENT
Hal itu tentu saja harus diwaspadai oleh seluruh pihak di Norwegia khususnya, dan di seluruh Eropa pada umumnya. Karena gerakan-gerakan seperti itu akan terus menciptakan perselisihan yang memakan korban jiwa.