Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
The Analects of Confucius, Buku Filsafat Terbesar di China
26 Juli 2018 19:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
The Analects of Confucius merupakan catatan tertulis mengenai pelajaran yang diberikan oleh filsuf terbesar China, Confucius. Buku itu telah banyak mempengaruhi pemikiran dan kebudayaan masyarakat Asia dan Barat selama ribuan tahun.
ADVERTISEMENT
Confucius memiliki pengetahuan yang sangat luas mengenai sejarah, sastra, dan filsafat. Sehingga ia memutuskan untuk mengajarkan ilmunya itu pada masyarakat. Confucius sempat pergi meninggalkan tanah airnya untuk melakukan perjalanan melihat negeri-negeri asing, setelah merasa kecewa dengan lingkaran kerajaan yang menolak gagasan filsafatnya.
Selama perjalanannya, ia tetap mengajarkan murid-muridnya yang setia mengenai berbagai ilmu pengetahuan. Confucius lalu memutuskan untuk kembali dan melanjutkan pengajarannya kepada masyarakat secara luas sambil ia menulis banyak karya sastra untuk diwariskan pada generasi selanjutnya.
Setelah Confucius wafat pada 479 Sebelum Masehi, generasi kedua dari pengikutnya menghimpun berbagai tulisan dan pesan-pesan lisan Confucius untuk disusun menjadi sebuah buku yang diberi judul The Analects of Confucius.
Buku itu terdiri dari kumpulan puisi, cerita, dan legenda yang dibuat oleh Confucius selama berada di negerinya ataupun selama perjalanannya.
ADVERTISEMENT
Awalnya, karya tulis Confucius banyak dibaca oleh para pengikutnya ataupun masyarakat China secara luas. Namun berabad-abad setelah kematiannya, keyakinan-keyakinan dan ilmu yang diajarkan oleh Confucius mulai menimbulkan ketidaksukaan dari masyarakat.
Hal itu disebabkan oleh munculnya banyak aliran kepercayaan yang berkembang jauh setelah Confucius. Banyak di antara ajaran-ajaran Confucius yang bertentangan dengan paham aliran kepercayaan itu.
Banyak dari hasil karya Confucius yang kemudian dihancurkan oleh para penguasa. Hanya sedikit karya Confucius yang dapat diselamatkan, hingga akhirnya ajaran Konfusianisme menjadi aspek pemikiran yang dominan di negeri China pada masa pemerintaan Dinasti Han (260-220 SM).
Karya-karya Confucius yang masih dapat diselamatkan kemudian mulai disalin ulang dan diperbanyak sekitar tahun 100 Masehi, setelah orang-orang China menemukan teknik pembuatan kertas.
ADVERTISEMENT
Kemudian orang-orang Eropa menemukan buku Confucius tersebut dan diterjemahkan ke dalam bahasa latin untuk disebarluaskan di Barat.
Sumber: Raftery, Miriam. 2007. 100 Buku yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang : Karisma
Foto: commons.wikimedia.org