Konten dari Pengguna

The Eqyptian Book of the Dead, Teks Kematian Paling Awal di Dunia

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
14 Juli 2018 15:01 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Foto: thegatheringlighthouse.org
'The Eqyptian Book of the Dead' merupakan salah satu buku agama paling penting di dunia, yang bertahan kurang lebih selama 3 ribu tahun. Buku ini menjadi rujukan utama untuk orang-orang yang ingin memahami mengenai konsep kematian, terutama bagi kaum agamawan di Mesir dan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Walaupun konsep mengenai orang yang telah mati akan pergi ke alam lain dapat ditemukan dalam banyak ajaran, namun konsep kematian dalam The Eqyptian Book of the Dead menjadi yang paling awal di antara konsep-konsep yang ada.
Isi The Eqyptian Book of the Dead meliputi berbagai ritual yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa roh setiap orang yang telah mati memiliki jalan menuju tempat perhentiannya yang baru, yaitu negeri para dewa. Mereka yang telah mati akan diubah jasadnya menjadi makhluk-makhluk dalam mitos.
Buku ini juga berisi mantara, ramuan gaib, doa, dan azimat. Bentuk kebudayaan Mesir sangat kental dalam buku ini, terlihat dari adanya prosedur pembuatan mumi secara rinci, seperti bahan yang digunakan, proses pembuatan, hingga ritual lainnya.
ADVERTISEMENT
The Eqyptian Book of the Dead ditulis dan disusun oleh banyak orang dalam kurun waktu yang cukup panjang. Bab-bab awal dari buku ini diukir pada dinding piramida sekitar tahun 2400 SM. Sementara itu kumpulan teks lainnya dibuat di atas peti-peti mumi, dan gulungan daun lontar.
Teks yang dibuat di atas peti mumi dibuat sekitar tahun 2 ribu SM. Setelah membuat ukiran-ukiran di dinding piramida, para penulis kemudian menyusunnya dalam sebuah gulungan daun lontar.
Salinan yang ada pada daun lontar biasanya dijual oleh para penulis kepada orang-orang penting. Para pembeli itu sering menggunakan salinan teks The Eqyptian Book of the Dead untuk digunakan pada upacara penguburan mereka sendiri, atau para anggota keluarganya.
ADVERTISEMENT
Teks The Eqyptian Book of the Dead harus dibacakan sekeras mungkin ketika upacara berlangsung, lalu diikuti ritual untuk menjamin bahwa roh orang yang telah mati itu akan abadi.
The Eqyptian Book of the Dead diawali dengan sebuah doa kepada Osiris, dewa Mesir. Bagian teks selanjutnya mengisahkan berbagai ritual gaib, seperti pengolesan semacam salep kepada jasad orang yang telah mati, atau memakaikan sehelai kain pada jasad.
Beberapa eksemplar buku The Eqyptian Book of the Dead telah ditemukan di dalam sejumlah makam oleh para arkeolog. Pada 1842, Karl Richard Lepsius, ahli benda-benda purbakala Mesir, menerbitkan koleksi buku ritual kematian yang pertama, yang diberi judul The Chapters of Coming-Forth-by-Day.
Koleksi buku dari The Eqyptian Book of the Dead, yang cakupannya paling luas dikerjakan sekitar tahun 1420 SM oleh Ani, seorang juru tulis dan penjaga buku di gudang milik Firaun.
ADVERTISEMENT
Gulungan lontar hasil karyanya Ani tersebut ditemukan oleh E.A. Wallis Budge, kurator Peninggalan Budaya Mesir di Museum Inggris pada akhir abad ke-19. Ia lalu menerjemahkan teks kematian itu, yang kemudian menjadi salah satu koleksi benda paling berharga di Museum Inggris.
Sumber: Raftery, Miriam. 2008. 100 Buku yang Perpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang: Karisma