Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Thomas Malthus dan Doktrin Pengendalian Populasi Manusia
20 Januari 2021 17:50 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Thomas Robert Malthus dilahirkan pada 1766 di dekat Dorking, Surrey, Inggris. Ia bersekolah di Jesus College of Cambridge University, dan menajdi siswa yang sangat menonjol di antara siswa lainnya. Setelah lulus pada 1788, Thomas Malthus ditasbihkan sebagai pendeta Anglican. Kemudian pada 1791, ia mendapatkan gelar master, dan pada 1793 ia melanjutkan studi doktoralnya di Jesus Collage.
ADVERTISEMENT
Pada 1798, Thomas Malthus menerbitkan sebuah tulisan pendek mengenai An Essay on the Principle of Population as it Affects the Future Improvement of Society. Thomas Malthus memang bukanlah seorang pendeta yang terkenal, namun melalui tulisannya itu ia memberikan pengaruh yang cukup besar.
Tulisannya itu berisi tentang pertumbuhan populasi yang cenderung melampaui pertumbuhan persediaan makanan. Baginya, tidak satupun dari kemajuan teknologi dapat mencegah hal itu karena meningkatnya kepelerluan makanan bagi manusia itu sangat berbatas, sementara populasi manusia di bumi tidak ada batasnya.
Pertumbuhan populasi manusia sebenarnya dapat dikendalikan, baik itu melalui perang, wabah penyakit, atau berbagai bencana alam. Namun cara-cara seperti itu tidak memberikan solusi terbaik, terutama perang yang hanya akan menambah masalah lain bagi manusia itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Thomas Malthus menyarankan sebuah cara yang efisien untuk melakukan pengendalian populasi manusia, yaitu melalui apa yang ia sebut dengan “batasan moral”. Ia berpendapat bahwa kombinasi antara pernikahan yang lambat, kesucian prapernikahan, dan pembatasan hubungan seks dalam kehidupan berumahtangga, dapat menjadi solusi paling manusiawi yang dapat dilakukan.
Ide Thomas Malthus itu menjadi dasar pengendalian kelahiran yang banyak dikemukakan oleh tokoh-tokoh setelahnya. Walau ia tidak pernah menyarankan pengenedalian melalui penggunaan alat kontrasepsi, tetapi kebijakan penggunaan alat kontrasepsi berasal dari teori yang diungkapkan oleh Thomas Malthus. Orang pertama yang menyarankan penggunaan alat kontrasepsi adalah Francis Place, seorang reformis Inggris. Francis Place yang membaca buku Thomas Malthus sangat terpengaruh oleh ide-idenya, sehingga ia pun menulis sebuah buku mengenai kontrasepsi pada 1822.
ADVERTISEMENT
Thomas Malthus segera mendapat banyak pengikut setelah idenya tersebut disebarkan oleh Francis Place dan Dr. Charles Knowlton. Kemudian para pengikutnya mendirikan Liga Malthusian pada 1860. Namun karena Thomas Malthus sendiri tidak menyetujui penggunaan kontrasepsi, karena alasan moral, orang-orang yang mendukung penggunaan alat kontrasepsi sebagai pengontrol pupulasi manusia dikenal sebagai neo-Malthusian.
Doktrin Thomas Malthus juga memberikan pengaruh penting pada teori ekonomi. Para ahli ekonomi yang terpengaruh oleh doktrin Thomas Malthus berkesimpulan bahwa dalam kondisi normal, ledakan penduduk akan mencegah gaji naik secara signifikan di atas batas hidup layak.
Seorang ahli ekonomi Inggris, David Ricardo mengatakan bahwa “harga alami untuk buruh adalah harga yang memungkinkan buruh untuk saling menghidupi dan mengabdi tanpa peningkatan atau penyusutan”. Teorinya itu kemudian dikenal sebagai “hukum tangan besi penggajian”, yang oleh Karl Marx digunakan sebagai elemen penting bagi teori “surplus value” miliknya.
ADVERTISEMENT
Pandangan Thomas Malthus selain mempengaruhi ekonomi, juga mempengaruhi ilmu biologi. Bagi Charles Darwin yang telah membaca Essay on the Principle of Population, ide-ide milik Thomas Malthus telah memberikan masukan dalam teorinya mengenai seleksi alam.
***
Referensi: