Tirto Adhi Soerjo dan Perjuangannya dalam Dunia Jurnalistik Indonesia

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
11 Maret 2021 21:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Raden Mas Tirto Adisuryo, atau biasa dipanggil Tirtoadisuryo dikenal sebagai Bapak Pers Nasional Indonesia. Beliau yang lahir di Blora pada tahun 1880 ini merupakan anak dari Raden Ngabehi Muhammad Chan Tirtodipuro dan cucu dari Raden Mas Tumenggung Tirtonoto. Meski seorang priyayi, Tirto Adisuryo justru memilih melanjutkan sekolah dokter di Stovia Batavia pada tahun 1893-1900.
ADVERTISEMENT
Karirnya di bidang jurnalistik dimulai ketika memimpin surat kabarnya sendiri yaitu Soenda Berita pada tahun 1901. Soenda Berita adalah surat kabar pertama yang dibiayai, dikelola, disunting, dan diterbitkan oleh pribumi. Kemudian ia mendirikan surat kabar mingguan Medan Priyayi pada tahun 1909 namun berhenti terbit pada tahun 1912.
Sumber: Wikimedia Commons
Di tahun yang sama, Tirtoadisuryo juga mendirikan perusahaan penerbitan pertama di Indonesia, N.V Javaansche Boekhandelen Drukkerij “Medan Priyayi” pada tahun 1909 bersama Haji Mohammad Arsjad dan Pangeran Oesman.
Sumber: Wikimedia Commons
Menurut Tirtoadisuryo, tugas pers wajib memajukan dan memahami hak-hak dan martabat rakyat. Oleh karena itu beliau sangat aktif mengelola media massa, baik sebagai penulis maupun pemimpin, seperti Pembrita Betawi, Soenda Berita, Medan Priyayi, Soeloeh Keadilan, Poetri Hindia, Sarotomo, Soeara B.O.W, Soeara Spoor dan Tram. Beliau melihat tugasnya sebagai sarana untuk menyadarkan masyarakat dalam menjawab persoalan yang timbul.
ADVERTISEMENT
Jasa-jasa Tirtoadisuryo sebagai seorang yang memberi inspirasi bagi masyarakat yang bimbang dan tidak memiliki pijakan visi yang luas. Ia tidak hanya sebagai jurnalis namun juga sebagai penulis berita, perumus gagasan dan pengarang karya-karya non-fiksi. Atas hasil karya dan perjuangannya dalam dunia jurnalistik Indonesia, Tirtoadisuryo kemudian ditetapkan sebagai Bapak Pers Nasional oleh Dewan Pers RI pada tahun 1973.
Sumber: kebudayaan.kemdikbud.go.id