Konten dari Pengguna

Tragedi Naas Terbakarnya Balon Udara Hindenburg 1937

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
27 Agustus 2017 15:35 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kecelakaan ini juga menjadi akhir dari karir penerbangan lewat balon udara.
ADVERTISEMENT
Disempurnakannya model balon udara pada 1900 oleh Graf Ferdinand von Zeppelin di Jerman, membawa sebuah perubahan baru terhadap alat transportasi kala itu. Balon produksi Jerman itu menggunakan kerangka baja ringan yang melindungi bagian dalam balon yang berisi gas. karya Zeppelin ini juga hanya bisa mengudara jika diisi gas hidrogen yang ringan tetapi mudah terbakar.
Balon udara mulai dilirik sebagai salah satu alat komersil untuk dapat mengangkut manusia melalui jalur udara.
Jerman kemudian membuat balon terbang yang sangat besar dan mampu mengangkut lebih banyak penumpang. Graf Zeppelin akhirnya diuji coba dan mampu terbang keliling dunia pada 1929.
Balon udara tersebut di beri nama Hindenburg. Hindenburg merupakan balon udara yang bisa bergerak dengan tenaganya sendiri dan terbang dengan menggunakan gas hidrogen.
ADVERTISEMENT
Pada 1930-an, Graf Zeppelin memelopori transportasi udara trans-Atlantik yang kemudian berujung pada pembangunan Hindenburg sebuah balon udara pengangkut penumpang berukuran besar.
Pada 3 Mei 1937, Hindenburg lepas landas dari Frankfurt, Jerman untuk menandai penerbangan pulang pergi perdana Eropa ke Amerika Serikat.
Balon udara itu terbakar saat hendak mendarat di Lakehurst, New Jersey, Amerika Serikat pada 6 Mei 1937 yang menewaskan 36 orang penumpang dan awaknya.
Di awal keberangkatan perjalanan melintasi Samudera Atlantik tidak mengalami kendala hingga menjelang pendaratan di Lakehurst.
Tiga hari kemudian, ketika seluruh tempat sudah terisi penuh untuk perjalanan pulang ke Jerman. Hindenburg terlambat beberapa jam saat dia melintas di atas kota Boston pada 6 Mei 1937 pagi dan pendaratannya di Lakehurst juga diperkirakan akan tertunda karena adanya badai.
ADVERTISEMENT
Setelah mengetahui cuaca buruk di Lakehusrt, Kapten Max Pruss memilih jalur melewati Pulau Manhattan, setelah melintas di atas lokasi pendaratan pada sore hari, Kapten Pruss membawa pesawatnya menyusuri pesisir New Jersey sambil menanti cuaca membaik.
Ketika badai telah berlalu, Kapten Pruss mengarahkan Hindenburg ke Lakehurst untuk mendarat setelah terlambat setengah hari dari jadwal semula. Menjelang malam di ketinggian 200 meter, Hindenburg melakukan manuver akhir ke Pangkalan AL Lakehurst.
Saat itu Hindenburg berniat menjatuhkan tali dan kabel untuk kemudian ditarik dan diikatkan ke tempat yang sudah disediakan. Proses pendaratan semacam ini membutuhkan waktu yang cukup lama.
Tak lama kemudian, api tiba-tiba muncul dan dengan sekejap berhasil melahap Hidenburg, sehingga tragedi ini berlangsung sangat cepat dan tidak banyak yang bisa dilakukan.
ADVERTISEMENT
Tragedi ini menyebabkan 13 penumpang, 22 kru, dan satu kru darat tewas, sedangkan yang sisanya mengalami luka bakar.
Kecelakaan ini juga menjadi akhir dari karir penerbangan lewat balon udara.