Konten dari Pengguna

Ulysses, Novel Kontoversial yang Menjadi Karya Sastra Terbaik Abad ke-20

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
10 Oktober 2018 21:15 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Salah satu novel kontroversial yang sangat digemari oleh banyak orang di dunia adalah Ulysses, karya James Joyce. Banyak kritikus yang menilai novel terbitan tahun 1922 itu sebagai karya sastra tebesar pada abad ke-20.
ADVERTISEMENT
Dalam novel perdananya itu, James Joyce bereksperimen menggunakan teknik-teknik sastra baru, salah satunya “stream of consciousness”, yaitu sebuah metode untuk melukiskan alur pemikiran seorang karakter. James Joyce sangat piawai merangkai kalimat yang mampu merangsang imajinasi pembacanya.
Agar dapat menjalankan proses berpikir secara ilmiah, James Joyce menanggalkan tanda baca, mengungkapkan ekspresi yang terang-terangan, dan membebaskan penggunaan gagasan yang terpecah, pada karyanya tersebut. Baginya, hal itu sangat efektif untuk membuat seseorang berpikir secara bijak, sesuai dengan apa yang ia bayangkan.
Novel Ulysses menggambarkan kehidupan tiga masyarakat kelas menengah di Dublin, Irlandia, pada 16 Juni 1904, selama satu hari. Alur ceritanya, secara tidak langsung sejalan dengan alur cerita Odyssey, epic Yunani Kuno karya Homer. Karakter-karakter dalam Ulysses –Stephen Dedalus, Leopold Bloom, dan Molly– sangat mirim dengan karakter Telemachus, Ulysses, dan Penelope, dalam karya klasik Homer tersebut.
ADVERTISEMENT
Tetapi James Joyce sebenarnya tidak hanya menggunakan Odyssey sebagai acuan karyanya, melainkan beberapa karya sastra dan sejarah, yang mengaitkan setiap karakter dengan banyak tokoh.
Penggunaan teknik “stream of consciousness”, terlihat pada monolog yang dilakukan oleh karakter Molly Blomm dalam hatinya. Ia mengenang banyak kejadian di masa lalu ketika ia bersiap untuk tidur. Seluruh kalimat monolog yang ia ucapkan mampu mencurahkan banyak hal, hasil pemikirannya yang telah lama ia rasakan.
Struktur kalimat yang panjang, ditambah beragam tema yang mencakup subjek-subjek seperti mitologi, sejarah Eropa, agama, dan astronomi, serta campuran gaya sastranya yang unik, berhasil menempatkan Ulysses sebagai salah satu novel paling rumit yang ditulis pada abad ke-20.
Karya James Joyce itu pertama kali dipublikasikan secara serial dalam Little Review di New York pada 1918. Tetapi serinya itu tidak bertahan lama, karena jurnal tersebut dituntut telah menerbitkan materi cabul, setelah beberapa bagian karyanya mengandung unsur seksual secara terang-terangan.
ADVERTISEMENT
Pada 1922, seorang pemilik toko buku di Paris menerbitkan Ulysses secara lengkap dalam bentuk buku. Di sana, novel James Joyce itu cukup digemari karena keunikannya. Namun di Amerika Serikat novel itu masih dilarang, sampai akhirnya pada 1933, hakim pengadilan menyatakan bahwa Ulysses tidak mengandung unsur cabul di dalamnya. Sejak saat itulah banyak masyarakat Amerika yang membaca novel Ulysses, yang diterbitkan oleh Random House.
James Joyce dilahirkan di sebuah keluarga Katolik di Dublin pada 1882. Ia belajar di sekolah Katolik, dan meraih gelar sarjana dari University College. Ketika remaja, James Joyce mengalami krisis iman, di mana ia tidak puas melihat hambatan-hambatan dalam kehidupan keluarga Irlandia. Joyce pun akhirnya memilih untuk meninggalakn agama Katolik, dan negerinya ketika berusia 22 tahun.
ADVERTISEMENT
Sumber : Raftery, Miriam. 2008. 100 Buku yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang : Karisma
Foto : commons.wikimedia.org