Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Universitas Indonesia, Kampus dari Zaman Kolonial
4 April 2020 19:26 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Universitas Indonesia merupakan salah satu kampus tertua di Indonesia. Berdirinya kampus UI tidak terlepas dari campur tangan pemerintah kolonial Belanda yang pada saat itu berkuasa di Hindia-Belanda, terutama di kota Batavia. Pada tahun 1849 secara resmi pemerintah Belanda mendirikan sebuah sekolah tinggi di bidang kesehatan.
ADVERTISEMENT
Sekolah yang bernama Dokter-Djawa School tersebut diresmikan pada tahun 1851. Sekolah inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya Universitas Indonesia dan beberapa universitas lain di Jawa. Dokter-Djawa School merupakan sebuah sekolah tinggi kesehatan yang berfokus pada ilmu kedokteran dan ditujukan untuk melahirkan tenaga mantri. Hampir 50 tahun berdiri, sekolah ini kemudian berganti nama menjadi School tot Opleiding van Indische Artsen (School of Medicine for Indigenous Doctors) atau yang biasa kita kenal sebagai STOVIA.
Sekolah kedokteran ini hampir 100 tahun berdiri sebelum akhirnya ditutup pada tahun 1927 dan digantikan dengan sekolah kedokteran yang baru. Bersamaan dengan pendirian sekolah kedokteran yang baru, lahir pula empat sekolah tinggi lain yang tersebar di beberapa kota. Sekolah tinggi tersebut, yaitu Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) di Bandung, Recht Hoogeschool (sekarang fakultas hukum UI) dan Faculteit der Letteren en Wijsbegeerte (sekarang fakultas ilmu budaya UI) di Batavia, serta Faculteit van Landbouwweteschap (sekarang IPB) di Bogor. Kelima sekolah tinggi tersebut kemudian berintegrasi menjadi the Nood-universiteit (Universitas Darurat) pada tahun 1946.
ADVERTISEMENT
Pascakemerdekaan
Pascakemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya pada tahun 1947, Nood-universiteit berubah nama menjadi Universiteit van Indonesie dan berpusat di ibu kota, Jakarta. Namun demikian, saat terjadi agresi militer Belanda, Universiteit van Indonesie berpindah sementara di Yogyakarta yang saat itu juga menjadi ibu kota sementara. Pengajar yang aktif di Yogyakarta salah satunya adalah Prof. Mr. Djokosoetono. Universitas ini kemudian kembali lagi ke Jakarta bersamaan dengan kembalinya ibu kota Republik Indonesia pada tahun 1949.
Setahun kemudian, Universiteit van Indonesie secara resmi berubah menjadi Universitas Indonesia dengan tujuh fakultas, yaitu fakultas kedokteran, hukum, sastra dan filsafat di Jakarta, fakultas teknik di Bandung, fakultas pertanian di Bogor, fakultas kedokteran gigi di Surabaya, serta fakultas ekonomi di Makassar. Pada perkembangannya, fakultas di luar Jakarta berubah menjadi universitas-universitas terpisah sekitar tahun 1954-1963. Sementara itu, Universitas Indonesia memiliki fakultas-fakultas baru seperti ilmu pengetahuan alam dan matematika, ekonomi, psikologi, sosial politik, kesehatan masyarakat, ilmu komputer, dan keperawatan.
ADVERTISEMENT
Wajah Universitas Indonesia Kini
Mulanya, Universitas Indonesia tersebar di tiga lokasi kampus, yaitu Salemba, Pegangsaan Timur, dan Rawamangun. Baru pada tahun 1987 dibangunlah Universitas Indonesia di Depok sebagai kampus utama. Kampus yang berada di Pegangsaan Timur dan Rawamangun pindah ke Depok, sedangkan kampus Salemba dipertahankan untuk fakultas kedokteran, kedokteran gigi, dan program pascasarjana. Saat ini UI memiliki 13 fakultas unggulan di berbagai bidang, seperti fakultas kedokteran, kedokteran gigi, ilmu keperawatan, matematika dan ilmu pengetahuan alam, farmasi, teknik, psikologi, ilmu sosial dan politik, hukum, ekonomi, kesehatan masyarakat, ilmu pengetahuan budaya, dan ilmu komputer. Sementara itu, baru-baru ini UI kembali meresmikan fakultas baru, yaitu fakultas ilmu administrasi atau biasa disebut FIA.
Sumber: Sejarah. Tentang UI. Diambil kembali dari laman Universitas Indonesia
ADVERTISEMENT