Wabah Tertawa Tanzania 1962 yang Membingungkan

Potongan Nostalgia
#PotonganNostalgia || Mari bernostalgia! Menjelajah apa yang sudah mulai terlupakan, atau bahkan belum sempat diingat
Konten dari Pengguna
21 Mei 2021 18:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kegiatan bersekolah di Tanzania. | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kegiatan bersekolah di Tanzania. | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Sama seperti Wabah Menari yang diketahui telah menewaskan banyak orang karena kelelahan akibat tidak bisa berhenti menari. Sebetulnya, ada wabah yang tidak kalah aneh yang pernah tercatat dalam sejarah, yaitu wabah tertawa.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya tertawa merupakan ekspresi wajar yang dapat timbul karena mendengar atau melihat sesuatu yang lucu. Namun, tertawa berlebihan dapat membuat orang lain terganggu ketika mendengarnya. Apalagi jika tertawa tak kunjung berhenti dalam kurun waktu yang terbilang lama, bahkan berbulan-bulan.
Hal inilah yang terjadi di Tanganyika (sekarang Tanzania, Afrika). Diketahui hampir ribuan warganya memperlihatkan perilaku yang tidak wajar, yaitu tertawa dengan sebab yang tidak jelas dan berlangsung lama. Kejadian tak wajar ini tentu mengerikan.
Orang-orang yang tertawa kehilangan kontrol dirinya. Mereka sebenarnya berniat untuk berhenti tertawa, namun yang terjadi kemudian adalah tawa mereka semakin menjadi-jadi dan tidak dapat dikendalikan.
Ilustrasi tertawa. | Wikimedia Commons
Bahkan, hal aneh itu spontan dilakukan orang yang ada di sekitar mereka, dengan kata lain dapat menular. Awalnya hanya 3 orang yang mengalami keanehan ini, sampai akhirnya hampir seluruh orang di daerah itu memperlihatkan keanehan yang sama.
ADVERTISEMENT
Kejadian aneh ini bermula pada 30 Januari 1962 silam di sebuah asrama putri Desa Kashasha, pantai barat Victoria (sekarang Tanzania). Semula, tidak ada kejadian aneh terjadi, siswi di asrama tersebut hanya mengobrol, bercanda sambil tertawa sewajarnya. Namun, tak lama kemudian, seorang remaja mulai tertawa tanpa kendali. Kemudian beberapa teman di sampingnya tertawa pelan saat melihat keanehan temannya tersebut.
Semakin lama, kumpulan anak itu tertawa semakin keras dan panjang sampai akhirnya tak terkendali. Mereka tidak hanya tertawa dalam hitungan jam, tetapi tawa itu bertahan selama berhari-hari, bahkan hingga berbulan-bulan.
Lebih parahnnya parah, orang-orang yang berada di sekitarnya pun ikut tertular wabah aneh tersebut. Hampir 60% dari siswa di sekolah itu terkena wabah tertawa ini. Satu fakta sangat membingungkan adalah wabah tertawa ini hanya diidap oleh para perempuan di mana korban tertawa panjang dan tidak kunjung berhenti.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana kita ketahui, tertawa memerlukan energi, maka korban akhirnya merasa kesakitan, kesulitan bernafas, menangis, bahkan pingsan. Semakin mereka berniat untuk menghentikan tawanya, semakin mereka tak bisa mengontrol dirinya sendiri. Kebanyakan perempuan yang tertular wabah ini adalah mereka yang berusia 12-18 tahun.
Dari kumpulan siswi yang terkena wabah tertawa di asrama, mereka bersekolah dan menyebabkan beberapa temannya tertular. Tak tanggung-tanggung, 95 orang dari 150-an murid mengalami hal mengerikan ini. Meski tidak semua staf pengajar dan guru tertular wabah ini, namun proses belajar mengajar tidak bisa dilakukan karena sebagian siswa terus saja tertawa.
Pada 18 Maret 1962, akhirnya sekolah khusus wanita tersebut ditutup dan seluruh siswa terpaksa dipulangkan. Setelah berada di rumah masing-masing, tawa mereka tak kunjung berhenti. Parahnya, mereka menulari orang-orang di sekitarnya. Tidak hanya menyebar di Desa Kanshaha, tapi juga sampai ke desa Nshamba, rumah beberapa siswi yang sebelumnya telah terkena wabah ini.
Letak geografis Tanzania. | Google Earth
Terhitung ada sebanyak 217 orang di desa tersebut yang tertular. Dan masih mengikuti pola yang sama, penderita adalah anak usia sekolah dan perempuan dewasa awal. Sekolah putri Kanshaha dibuka kembali pada 21 Mei 1962, namun karena kondisi siswanya tak kunjung berubah maka ditutup lagi pada bulan berikutnya.
ADVERTISEMENT
Pada saat yang sama, wabah menyebar ke sekolah menengah Ramashenye di Bukoba. Sekitar 98 siswa tertular wabah ini dan akhirnya pihak sekolah memutuskan untuk menghentikan kegiatan belajar dan sekolah di tutup untuk sementara.
Meski begitu, wabah tak kunjung hilang dan malah melanda sekitar 14 sekolah lainnya. Pada akhirnya, semua sekolah terpaksa ditutup. Meski begitu wabah ini masih bertahan dan menular ke negara-negara tetangga seperti Kenya dan Uganda, dengan total ada ribuan orang yang tertular wabah aneh ini.
Banyak pakar telah turun tangan untuk meneliti apa penyebab dari perilaku tak biasa ini. Hasil uji lab terhadap makanan yang dikonsumsi tidak ada satupun yang menunjukkan zat beracun yang bisa menyebabkan perilaku aneh.
ADVERTISEMENT
Juga, telah dilakukan serangkaian tes medis terhadap para penderita wabah namun tidak ada infeksi atau perubahan fisik yang menjadi penyebab wabah aneh tersebut. Setelah menyebabkan kekacauan di sana sini selama hampir 18 bulan, wabah ini menghilang dengan sendirinya.
Begitulah wabah tawa Tanganyika (sekarang Tanzania) yang terkenal dan sampai saat ini masih menjadi bagian dari misteri dunia yang belum terpecahkan.
***
Referensi: