Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
War and Peace, Novel Sejarah Terbaik Menurut Para Ahli Sastra
14 Agustus 2018 21:03 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
War and Peace adalah sebuah novel karya penulis Rusia, Leo Tolstoy, yang berlatar kejadian semasa Perang Napoleon (1820). Novel ini dianggap oleh sebagian besar sastrawan dunia pada abad ke-19, bahkan hingga saat ini, sebagai novel terbaik yang pernah ditulis. Mereka menilai novel War and Peace memiliki gaya realisme yang tinggi, lingkup cerita yang begitu luas, serta unsur psikologi yang dalam, dan hal itu belum dapat ditandingi oleh novel manapun.
ADVERTISEMENT
Leo Tolstoy membutuhkan waktu 7 tahun untuk menulis novel War and Peace. Novel itu berisi peristiwa-peristiwa sebelum dan sesudah serbuan pasukan Napoleon ke Rusia. Tolstoy memaparkan dengan baik kehidupan berlebihan keluarga kelas atas, yang berdampak pada berbagai kesulitan yang dialami rakyat Rusia kelas menengah bawah.
Dalam novelnya, Tolstoy melukiskan para pahlawan perang yang tidak dihormati. Melalui karyanya itu, Tolstoy ingin mengkritik para sejarawan yang selalu memunculkan satu nama, sebagai “pahlawan besar”, yang digambarkan memiliki peran penting dibanding serdadu lainnya. Padahal mereka memiliki perjuangan yang sama, yaitu berjuang di medan perang.
Salah satu adagen dalam novel War and Peace, menggambarkan perjuangan seorang serdadu tua dengan wajah “setirus kerangka manusia”, yang tengah menopang seorang serdadu muda dengan “rona pucat di wajah yang berhidung kecil serta mancung dan pipi yang berbintik hitam”, mencoba memberi informasi kepada seorang bangsawan yang berkunjung bahwa serdadu muda itu sudah meninggal sejak pagi hari, serdadu tua itu menambahkan, “Kami mohon, kami mohon yang mulia. Kami manusia, bukan anjing”.
ADVERTISEMENT
Tolstoy benar-benar berhasil memainkan gaya realisme dan psikologis dalam setiap kata yang ia gunakan. Adegan itu menggambarkan bagaimana perang hanya menghasilkan kesengsaraan, dan para serdadu hanya dapat meratapi nasibnya sementara para bangsawan hanya peduli pada dirinya sendiri.
Leo Tolstoy lahir dari keluarga kaya raya di Rusia pada 1828. Ketika masih muda, ia masuk angkatan bersenjata Rusia dan ikut bertempur dalam Perang Krim, di mana ia mendapat penghormatan atas jasanya selama perang. Setelah itu, ia menghabiskan waktunya untuk mengurus perkebunan dan menulis dua karya besarnya. Novel War and Peace ditulis sekitar tahun 1860-an, dan novel Anna Karenina yang diselesaikannya pada 1870-an.
Selama tahun-tahun terakhir hidupnya, Leo Tolstoy menolak kehidupannya yang kaya raya. Ia tidak menghiraukan hartanya, dan hanya fokus menulis karya-karya bernuansa religius hingga tahun 1910 saat ia meninggal.
ADVERTISEMENT
Sumber : Raftery, Miriam. 2008. 100 Buku yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang : Karisma
Foto : commons.wikimedia.org