Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.1
Konten dari Pengguna
Xerxes I, Memimpin Misi Pembalasan Dendam
29 Juli 2018 17:40 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Tulisan dari Potongan Nostalgia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Cicit dari Cyrus yang Agung, pendiri Kekaisaran Persia, Xerxes I mencoba menggantikan tugas ayahnya, Darius I, dalam proses penaklukan wilayah Yunani yang tidak pernah terselsaikan. Xerxes I memerintah Persia, setelah Darius I wafat pada 486 SM.
ADVERTISEMENT
Darius I sebenarnya memiliki peran yang sangat besar dalam proses perluasan wilayah kekuasaan Persia atas Mesir. Namun tugas terbesarnya sebagai raja Perisa dalam proses perluasan kekuasaan yang jauh lebih besar tidak berhasil diselesaikan.
Ia gagal menaklukan negara-negara kota di Yunani karena kurangnya informasi mengenai kekuatan pasukan Yunani, yang ternyata lebih terlatih dibandingkan pasukan Persia.
Sepuluh tahun setelah kegagalan ayahnya itu, Xerxes I merencanakan pembalasan kekalahan pasukan Persia di wilayah Yunani. Hal pertama yang dilakukan oleh Xerxes I untuk melancarkan rencananya itu adalah menumpas pemberontakan di wilayah Mesir, yang telah berlangsung selama 2 tahun.
Xerxes I lalu menunjuk saudaranya, Achaemenes, untuk memerintah di Mesir dengan pemerintahan yang baru di bawah kekuasaannya. Pemberantasan para pemberontak di Mesir itu sangat penting dalam rencana penaklukan Persia atas Yunani, karena mereka akan mendapat tambahan kekuatan perang, dan sumber daya lain yang dibutuhkan.
ADVERTISEMENT
Xerxes I pun berhasil menghentikan pemberontakan besar di Babilonia pada 482 SM. Pemberontakan itu cukup merepotkan pasukan Persia, sehingga Xerxes I menunda rencana penyerangannya ke Yunani.
Setelah berhasil menumpas para pemberontak dengan kekejamannya, Xerxes I memerintahkan pasukannya untuk menghancurkan kuil-kuil ziggurat dan kuil Marduk yang sangat dihormati oleh masyarakat Babilonia. Hal itu dilakukan untuk menunjukkan kekejaman Xerxes I sehingga pemberontakan lain tidak akan terjadi.
Akhirnya pada 481 SM, Xerxes I memusatkan perhatiannya pada penaklukan wilayah Yunani. Xerxes I memimpin pasukannya melakukan penyerbuan gabungan antara darat dan laut, dengan membawa sekitar 300.000 tentara.
Penyerbuan pasukan Persia itu berhasil menguasai wilayah Yunani bagian utara pada musim panas tahun 480 SM. Mereka lalu melanjutkan penyerangannya ke arah selatan, menuju pegunungan yang sempit di Thermopylae.
ADVERTISEMENT
Di tempat itu, pasukan Persia dihadang oleh sekitar 300 prajurit Sparta, yang terkenal sangat tangguh dalam pertempuran darat. Hadangan pasukan Sparta itu memberikan kerugian yang sangat besar pada pihak Xerxes I, banyak pasukannya yang terbunuh. Hingga akhirnya mereka berhasil menembusnya dan melanjutkan perjalanannya ke Athena.
Sementara itu, pasukan laut Perisa telah kehilangan banyak kapal perang setelah hancur akibat cuaca yang sangat buruk di wilayah laut Yunani, dan strategi pasukan laut Yunani yang sangat baik. Setelah melihat kemungkinan yang sangat kecil untuk menang, Xerxes I memilih untuk mundur dari wilayah Yunani dan kembali ke Persia.
Ia mencoba membentuk kembali pasukannya selama musim dingin dan kembali pada musim semi untuk bertempur dengan pasukan Yunani di Platea. Namun untuk yang kedua kalinya, pasukan Yunani yang sangat terlatih berhasil mengalahkan pasukan Persia.
ADVERTISEMENT
Meskipun Xerxes I tidak pernah berhasil menaklukan wilayah Yunani, Kekaisaran Perisa mencapai puncak kejayaan di bawah pemerintahannya. Setelah Xerxes I wafat dalam insiden pembunuhan oleh pengawalnya, Atabaus, tahun 465 SM, Kekaisaran Persia mulai mengalami kemunduran.
Sumber: Paparchontis, Kathleen. 2005. 100 Pemimpin Dunia yang Berpengaruh di Dalam Sejarah Dunia. Tanggerang : Karisma
Foto: commons.wikimedia.org