Godzilla dan Kong: Putus-Nyambung Setengah Abad

Pradna Aqmaril Paramitha
Saya lulusan Sastra Inggris Universitas Padjadjaran yang gemar menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Saat ini aktif menulis artikel sejarah untuk Neo Histeria.
Konten dari Pengguna
1 Maret 2021 16:35 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pradna Aqmaril Paramitha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: elias silveira, Flickr
zoom-in-whitePerbesar
Foto: elias silveira, Flickr

Sebelum film Godzilla vs Kong, Godzilla dan Kong sudah lama mempunyai hubungan yang tidak banyak diketahui orang.

ADVERTISEMENT
Akhir Maret tahun ini, rumah produksi Legendary Pictures akan mengeluarkan film Godzilla vs Kong. Trailer film keempat dalam serial film MonsterVerse ini memang dinanti netizen, hingga Adam Wingard membuat video kompilasi reaksi para fans di YouTube. Tapi, ini bukan pertama kalinya Kong dan Godzilla berhadapan di layar lebar. Setengah abad yang lalu, audiens Jepang dan Amerika menyaksikan pergulatan monster-monster kesayangan mereka di layar berwarna.
ADVERTISEMENT
Bagi penonton, Godzilla dan Kong laksana pertemuan Barat dengan Timur. Bagi Hollywood dan rumah produksi Toho dari Jepang, keduanya melambangkan ikatan yang tidak putus karena waktu. Sayangnya, kerja sama kedua ‘induk’ mereka sempat terputus selama beberapa dekade.
Pada 1933, film King Kong yang asli keluar dan tayang di teater Jepang. Hal ini menimbulkan demam monster di Negeri Matahari Terbit, hingga melahirkan monster-monsternya sendiri, termasuk Godzilla.
Adegan dalam film Godzilla vs Kong. Foto: IMDb
Eiji Tsuburaya adalah desainer special effect untuk film Godzilla pertama (1954). Menurut biografi tsuburaya tulisan Ragone, Tsuburaya menemukan ilhamnya saat menonton King Kong. Tsuburaya dikabarkan sangat mengagumi special effects dan desain sang monster.
Tsuburaya bahkan berencana menggunakan teknik stop motion yang digunakan dalam King Kong. Teknik ini melibatkan penggunaan boneka monster yang setiap gerakannya difoto. Kemudian, rangkaian foto tersebut dirangkai secara berkesinambungan agar menimbulkan ilusi gerakan.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, kekangan dana dan waktu membuat Tsuburaya urung menggunakan stop motion. Sebagai gantinya, Ia memakai teknik suitmation. Suitmation adalah teknik di mana seorang aktor yang memakai kostum bergerak dikelilingi miniatur bangunan yang terlihat nyata.
Pengaruh King Kong terhadap Godzilla tidak hanya berhenti sampai di situ. Pencipta franchise Godzilla, Tomoyuki Tanaka, awalnya bahkan ingin membuat desain Godzilla lebih menyerupai gorila. Ide ini berasal dari nama asli Godzilla, yaitu Gojira. Nama ini merupakan gabungan dari bahasa Jepang gorila (gorira) dan paus (kujira).
Hubungan Godzilla dengan King Kong tidak putus sampai di situ. Pada ‘60-an, seniman stop motion King Kong, Willis O’Brien, ingin mengembalikan Kong ke layar lebar. Pada awalnya, dia membuat skenario di mana King Kong melawan monster buatan manusia, seperti dalam Frankenstein.
ADVERTISEMENT
Produser John Beck membawa ide ini ke Toho, yang berencana membuat film untuk ulang tahun mereka yang ke-30. Tsuburaya, fans berat King Kong, diminta untuk mengerjakan film yang diberi judul King Kong vs Godzilla.
Teknik suitmotion kembali digunakan untuk King Kong vs Godzilla. Sayangnya, film tersebut meninggalkan ingatan buruk dalam ingatan fans King Kong. Desain kostum Kong dianggap mengecewakan, sementara kostum Godzilla justru dianggap ikonik untuk tahun-tahun berikutnya.
King Kong vs Godzilla berhasil mendobrak box office Jepang pada 1962. Setahun kemudian, film gulat monster ini ditayangkan di Negeri Paman Sam. Sama seperti Gojira ketika tiba di Hollywood, King Kong vs Godzilla juga dipermak dengan menambahkan karakter-karakter Amerika.
Toho awalnya mempertimbangkan untuk membuat sekuel bernama Continuation: King Kong vs Godzilla pada tahun 1963. Namun, film tersebut batal produksi dan Toho akhirnya fokus membuat film Godzilla yang lain.
ADVERTISEMENT
Toho berniat untuk mengadakan tanding ulang Godzilla vs Kong dalam film Destroy All Monsters. Sayangnya, Toho kehilangan lisensi King Kong di tahap awal produksi.
Masalah lisensi terus menunda reuni King Kong vs Godzilla. Sekitar 1990-1991, Toho kembali mencetuskan film King Kong vs Godzilla.
Tidak banyak yang diketahui mengenai soal film ini. Namun, menurut desainer franchise Godzilla, Shinji Nishikawa mengakui adanya rencana awal mengubah King Kong jadi robot dalam film ini.
Sayangnya, ide film ini timbul ketika perusahaan produksi dan distribusi film seperti Universal Pictures dan Turner Entertainment sedang sengit-sengitnya mempertahankan hak cipta King Kong. Salah satu pertempuran hukum yang paling terkenal saat itu adalah antara Universal dan Nintendo. Perdebatan terjadi ketika Universal mempermasalahkan karakter Donkey Kong (DK) yang dipopulerkan oleh game-game buatan Nintendo.
ADVERTISEMENT
Toho pun memutuskan untuk mundur. Hubungan King Kong dan Godzilla dibiarkan menggantung sampai setengah abad.
Tetapi, rumah produksi Legendary Pictures membawa kabar baik untuk fans Kong dan Godzilla pada Juli 2014. Mereka berencana untuk membuat sebuah film Kong berjudul Skull Island.
Film ini rencananya didistribusikan oleh pemegang hak King Kong terbesar, Universal Pictures. Namun kemudian diumumkan bahwa proyek ditangani oleh Warner Bros untuk membuat film yang menampilkan Kong dan Godzilla. Doa fans akhirnya terbayar setelah Godzilla vs Kong diumumkan tayang akhir Maret ini.
Film King Kong vs Godzilla jadul memang berakhir dengan Kong sebagai pemenangnya, tetapi bagaimana akhir kisah Godzilla vs Kong kali ini?