Konten dari Pengguna

Dampak Nomophobia Gadget di Kalangan Remaja Indonesia

Echy Yohana Imanuela Manihuruk
Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Pamulang
1 Mei 2024 6:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Echy Yohana Imanuela Manihuruk tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nomophobia adalah ketakutan yang tidak logis yang dialami seseorang saat tidak menemukan gadget miliknya.(Dixid,S.,Shukla,H.,Bhagwat,dkk)
Sumber: Dokumen Pribadi
Nomophobia merupakan bentuk kecemasan yang dialami remaja Indonesia ketika tidak terhubung dengan ponsel miliknya. Jumlah pengidap nomophobia di Indonesia mengalami peningkatan signifikan, pada tahun 2013 sekitar 75% dengan rentang usia 18-24 tahun. Pada tahun 2014, pengidap nomophobia sekitar 84% direntang usia 19-24 (Prasetyo & Ariana, 2016). Penelitian Mayangsari (2014) menunjukkan nomophobia pada wanita sekitar 56% dan pada pria sekitar 47% dalam rentang usia 18-24 tahun (Prasetyo & Ariana). Pengidap nomophobia terbanyak berada dalam kategori dengan rentang usia 18-24 tahun yaitu sebanyak 77% dan disusul oleh responden berusia 25-34 tahun sebanyak 68% (Securenvoy, 2012).
ADVERTISEMENT
Penggunaan smartphone yang semakin meningkat menimbulkan banyaknya remaja Indonesia kecanduan smartphone yang memunculkan terjadinya nomophobia. Beberapa penelitian menyatakan bahwa pengidap nomophobia adalah individu yang berada dalam kategori masa dewasa awal, dimana yang termasuk dalam kategori tersebut adalah kalangan mahasiswa.
Pada saat ini tidak jarang kita menemukan seseorang yang telah mengalami nomophobia terutama pada remaja, bisa dilihat sekarang ini hampir semua remaja Indonesia memiliki smartphone miliknya pribadi. Ketika Ia ingin pergi ke luar pasti tidak lupa membawa smarphone miliknya, bahkan tidak lupa membawa charger ataupun powerbank agar selalu terhubung dengan smartphonenya.
Gejala nomophobia juga dapat dilihat ketika remaja selalu asik dengan smartphone untuk mengecek notifikasi, walaupun tidak ada dering yang berbunyi, menggunakan smartphone setiap saat, merasa kehilangan ketika tidak terhubung dengan smartphone, sehingga menyebabkan perasaan takut, cemas, perasaan kesepian, bahkan serangan panik disertai keringat.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi nomophobia, para remaja diperlukan bantuan dari pihak berwajib, seperti pendidikan mengenai nomophobia, perlakuan psikologi , dan penangan kesehatan. Penanganan nomophobia juga bisa dilakukan dari diri sendiri, remaja harus mengurangi penggunaan smartphone, berinteraksi langsung dengan orang lain, menghubungi orang orang tersayang, dan menyibukkan diri seperti berolahraga.