Bedah Buku Budi Orang yang Memegang Pemerintahan

PPKn UAD
Program studi S1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP Universitas Ahmad Dahlan. Akreditasi A BAN PT
Konten dari Pengguna
22 Februari 2023 8:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari PPKn UAD tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dr. Sumaryati, M.Hum., saat Berdiskusi Buku Budi Orang Yang Memegang Pemerintahan. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Dr. Sumaryati, M.Hum., saat Berdiskusi Buku Budi Orang Yang Memegang Pemerintahan. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
YOGYAKARTA - Buku Lembaga Budi karya Prof. Dr. Buya HAMKA selalu menarik dikaji dan relevan untuk memotret fenomena akhlak atau adab, khususnya pemegang pemerintahan dewasa ini. Hal itu terungkap dalam salah satu sesi bedah buku karya Buya HAMKA yang digelar Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD), 6 Februari 2023.
ADVERTISEMENT
Bedah buku kali ini mengangkat sub bab Budi Orang Pemerintahan, dengan menghadirkan Dr. Sumaryati, M.Hum., sebagai narasumber. Berbeda dari sesi sebelumnya, bedah buku kali ini digelar di ruang Podcast Laboratorium PPKn UAD. Dipandu Siti Komariyah, S.Pd. (Alumni PPKn UAD angkatan 2018), obrolan tentang budi orang pemerintahan ini menyuguhkan banyak pelajaran untuk para pendengarnya.
Dalam sajiannya, Sumaryati yang merupakan Dosen bidang Filsafat di Program Studi PPKn UAD itu menilai bahwa buku ini berisi nasihat kepada pemegang pemerintahan untuk berbudi pekerti yang luhur. “Budi pekerti luhur yang menyeluruh menyentuh semua aspek pokok sebagai pemegang pemerintahan” tuturnya. Melalui bab ini, Buya HAMKA ingin agar para pemegang pemerintahan menjadi menjadi pemegang pemerintahan yang utama, bukan hanya sekedar pemegang pemerintahan yang baik, lanjut Sumaryati.
ADVERTISEMENT
Buku lembaga budi yang sarat akan hikmah dan makna seyogyanya dapat dijadikan pegangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Seperti halnya nasihat Taher Bin Husain kepada anaknya dalam buku tersebut bahwasanya seorang wali negeri sebaiknya menjadikan amanah dengan selalu takwa kepada Allah, menjadikan jabatan sebagai kebaikan dari Allah, bertanggung jawab kepada Allah, menjadikan pekerjaan sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah, memadamkan kesalahan rakyat dengan kebaikan, tidak meringankan dosa, memastikan kesejahteraan, membiasakan kemauan umum, selalu meminta pertimbangan dari Allah, serta memastikan seluruh harta benda adalah halal.
Diskusi yang berjalan kurang lebih satu jam ini juga banyak mengulas pesan Buya HAMKA kepada pemegang tampuk pemerintahan agar selalu menepati janji, harapan, dan menghargai kebajikan orang lain.
ADVERTISEMENT
Terakhir, Sumaryati mengajak kepada seluruh hamba Allah untuk senantiasa berbuat kebaikan, menjaga batas dan larangan Allah, serta menjadikan kehidupan ini sebagai jalan kebaikan.