Konten dari Pengguna

Kompleksitas Cinta: Tautan antara Cinta, Depresi, dan Kekerasan dalam Pacaran

Arya Ramadhani putra pratama
Mahasiswa baru psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
18 Desember 2023 10:29 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arya Ramadhani putra pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pacaran. Foto: Shutter stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pacaran. Foto: Shutter stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bagaimana keterkaitan antara konsep cinta, depresi, dan kekerasan dalam pacaran dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang kompleksitas kehidupan manusia? Cinta, sebagai pilar utama dalam kehidupan manusia, mampu merangkum beragam dimensi dan kompleksitas dari diri manusia itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Melalui perspektif psikologi, cinta tidak hanya bersifat romantik antara pasangan, tetapi juga melibatkan hubungan dengan diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Terdapat tautan yang menarik antara konsep cinta, depresi, dan kekerasan dalam pacaran, serta kepentingan pemahaman yang mendalam terhadap hal tersebut.
Respon Manusia terhadap Tekanan Kehidupan
ilustrai depresi dalam konteks cinta. Sumber: pngtree
Melalui konteks kehidupan, depresi sering dianggap sebagai respons yang wajar terhadap berbagai tekanan. Menurut perkataan Ramadhan (2016), ia mengatakan bahwa depresi menjadi tidak normal ketika melebihi batas yang masuk akal dan berlangsung secara berkala. Gejala depresi mencakup kehilangan harapan, patah hati, rasa putus asa, merenungkan kekurangan diri, dan perasaan tidak berarti.
Menurut perkataan Beck dan Mukhlis dalam (Ramadhan, 2016), ia menjelaskan depresi sebagai gangguan psikologis dengan penurunan mood, optimisme, motivasi, konsentrasi, dan kesedihan mendalam. Pemahaman konsep cinta yang benar dan sehat dapat menjadi kunci untuk mencegah depresi dalam hubungan asmara.
ADVERTISEMENT
Pentingnya memahami konsep cinta yang benar dan sehat, seperti yang diutarakan dalam tulisan Apriantika (2021),ia mengatakan akan menjadi semakin relevan ketika kita melihat dampak depresi dalam konteks hubungan asmara. Cinta yang autentik melibatkan keakraban, hasrat, dan keterikatan sebagaimana dijelaskan oleh Sternberg melalui Triangular Theory of Love. Melalui hubungan cinta yang sehat, keintiman terbentuk melalui saling pengertian, gairah timbul dari ketertarikan yang mendalam, dan komitmen untuk menjaga hubungan bersama.
Pemahaman konsep cinta yang tepat dan sehat memainkan peran penting dalam pencegahan depresi dalam hubungan asmara. Saat individu mampu membangun relasi berdasarkan cinta yang sejati dengan memperhatikan tanpa batasan, tanggung jawab sukarela, rasa hormat terhadap individualitas, dan pengetahuan yang mendalam tentang hubungan tersebut dapat menjadi benteng pertahanan terhadap risiko depresi. Depresi dalam hubungan asmara dapat muncul ketika elemen-elemen kunci cinta, seperti keintiman, gairah, dan komitmen, mengalami ketidakseimbangan atau ketiadaan.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, memahami dan menerapkan konsep cinta yang sehat dapat menjadi kunci pencegahan depresi dalam hubungan asmara. Saling mendukung, menghormati, dan memberikan ruang bagi pertumbuhan bersama dapat menjadi langkah penting untuk menjaga kesehatan mental dalam konteks romantika. Melalui cara ini, individu dapat membentuk hubungan yang kuat dan saling memperkaya, menjadi perisai yang efektif melawan dampak negatif dari depresi dalam kehidupan asmara.

Kekerasan dalam Pacaran: Refleksi tentang Konsep Cinta

Ilustrasi kekerasan dalam rumah tangga. Foto: Shutterstock
Fenomena kekerasan dalam hubungan asmara mencerminkan cara individu memahami hakikat cinta saat menjalin hubungan pacaran. Definisi Apriantika (2021), ia menggambarkan cinta sebagai kekuatan aktif yang menyatukan individu tanpa merampas identitas masing-masing.
Berdasarkan konsep ini, kekerasan dalam pacaran menjadi tanda kurangnya pemahaman terhadap hakikat cinta. Hubungan pacaran yang seimbang dan setara seharusnya tidak menciptakan tuntutan atau pemaksaan, melainkan didasarkan pada perhatian tanpa batasan, tanggung jawab sukarela, rasa hormat terhadap individualitas, dan pengetahuan yang mendalam.
ADVERTISEMENT
Konsep cinta yang diungkapkan menjadi dasar kritis dalam mengevaluasi fenomena kekerasan dalam pacaran. Hubungan pacaran yang seimbang dan setara seharusnya membangun fondasi tanpa menciptakan tuntutan atau pemaksaan. Sebaliknya, hubungan tersebut seharusnya berakar pada prinsip-prinsip, seperti perhatian tanpa batasan, tanggung jawab sukarela, rasa hormat terhadap individualitas, dan pengetahuan yang mendalam.
Fakta bahwa kekerasan dapat menyelinap ke dalam hubungan asmara menjadi pertanda nyata kurangnya pemahaman terhadap hakikat sejati dari cinta. Kekerasan tersebut sering kali muncul akibat ketidakseimbangan kekuasaan, kurangnya empati, dan kebutuhan untuk mengontrol pasangan. Hal ini menandakan bahwa beberapa individu mungkin terperangkap dalam pandangan yang keliru tentang cinta sehingga melihatnya sebagai alat untuk mengekang dan bukan sebagai kekuatan yang memberdayakan dan menyatukan (Arini, 2023)
ADVERTISEMENT

Konsep Sternberg: Dimensi Cinta dalam Tujuh Bentuk

Ilustrasi Teori Cinta Segita Sternberg. Sumber: Pexels
Teori Cinta Segitiga Sternberg oleh Saragih (2006), ia mengidentifikasi tujuh bentuk cinta berdasarkan tiga aspek: keintiman, gairah, dan komitmen. Melalui bentuk cinta, seperti Liking, Infatuated Love, Empty Love, Romantic Love, Companionate Love, Fatuous Love, dan Consummate Love, terdapat pemahaman yang mendalam tentang kompleksitas cinta.
Pertama-tama, bentuk cinta "Liking" mencerminkan keintiman yang tinggi tanpa adanya gairah atau komitmen yang signifikan. Ini mungkin mencirikan hubungan persahabatan yang kuat , tetapi tanpa sentuhan romantisme yang mencolok. Sebaliknya, "Infatuated Love" ditandai oleh gairah yang kuat tanpa keintiman atau komitmen yang mapan sehingga seringkali menggambarkan perasaan tergila-gila yang mungkin bersifat sementara.
"Empty Love" merupakan bentuk cinta yang berasal hanya dari komitmen tanpa keintiman atau gairah. Ini dapat mencerminkan situasi pasangan yang mungkin merasa bertanggung jawab untuk tetap bersama meskipun elemen emosional dan romantisnya telah memudar. Sementara itu, "Romantic Love" menunjukkan kombinasi keintiman dan gairah tanpa komitmen yang kuat sehingga seringkali diidentifikasi sebagai cinta romantis pada awal suatu hubungan.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, "Companionate Love" melibatkan keintiman dan komitmen, namun tanpa gairah yang mencolok. Hal ini mungkin mencerminkan bentuk cinta yang tenang dan berakar pada persahabatan serta keterikatan jangka panjang. Sementara itu, "Fatuous Love" melibatkan gairah dan komitmen tanpa keintiman yang mendalam sehingga seringkali dikaitkan dengan hubungan yang berkembang cepat tetapi mungkin kurang mendalam secara emosional.
Terakhir, "Consummate Love" menggambarkan bentuk cinta yang ideal sehingga melibatkan keintiman, gairah, dan komitmen secara seimbang. Hal ini mencerminkan hubungan yang menyatukan semua elemen ini dengan harmonis serta menciptakan ikatan yang kuat dan berkelanjutan.
Memahami teori Cinta Segitiga Sternberg, seseorang dapat menggali wawasan berharga mengenai dinamika hubungan pribadinya. Melalui evaluasi tingkat keintiman, gairah, dan komitmen dalam hubungan, individu dapat lebih memahami cara membentuk serta merawat hubungan yang sehat dan bermakna. Konsep ini tidak hanya memberikan pandangan mendalam terhadap dimensi cinta, melainkan juga menyediakan kerangka kerja yang berguna bagi individu untuk menyelami kerumitan emosional dan ikatan dalam konteks hubungan asmara.
ADVERTISEMENT

Refleksi Mendalam: Membangun Hubungan yang Sehat dan Bermakna

Ilustrasi pasangan dengan love language act of service. Foto: Shutterstock
Menghadapi tantangan depresi, kekerasan dalam pacaran, dan kompleksitas konsep cinta serta refleksi dapat menjadi kunci utama untuk memahami diri dan dinamika hubungan interpersonal. Pentingnya membangun hubungan yang sehat mengharuskan kesadaran akan hakikat cinta, keterampilan komunikasi yang baik serta mencapai keseimbangan yang tepat antara keintiman, gairah, dan komitmen.
Proses memahami bahwa cinta tidak terbatas pada ranah romantisme saja, tetapi juga melibatkan hubungan dengan diri sendiri dan lingkungan sekitar bahkan memberikan dasar yang kokoh bagi kesejahteraan emosional dan hubungan yang mendalam. Depresi dapat diatasi dengan dukungan sosial yang kuat, sementara kekerasan dalam pacaran dapat diminimalkan melalui pemahaman dan komunikasi yang efektif.
Melalui esensi cinta, setiap individu diingatkan untuk membawa cahaya ke dalam hubungannya, memahami nilai diri sendiri, dan memberikan dukungan yang berkelanjutan. Cinta sejati, sebagai bentuk pemberian tanpa mengharapkan balasan, mampu membimbing manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dalam kisah asmara mereka dengan pemahaman yang mendalam.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, Konsep cinta, depresi, dan kekerasan dalam pacaran menyediakan wawasan mendalam tentang kompleksitas kehidupan manusia. Cinta juga sebagai dimensi utama, merangkum hubungan dengan diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan melampaui batasan romantisme sehingga depresi sebagai respons terhadap tekanan kehidupan dapat diatasi dengan memahami konsep cinta yang benar serta melibatkan aspek keintiman, gairah, dan komitmen.