Dua Badak Terakhir Itu Bernama Najin dan Fatu

Konten dari Pengguna
22 September 2023 19:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pradono Anindito tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Najin menyapa pengendara SUV di depan kami (Foto: dokumentasi pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Najin menyapa pengendara SUV di depan kami (Foto: dokumentasi pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gerbang besi lebar berwarna hijau setinggi 2 meter di hadapan saya mulai terbuka. Saya tarik nafas, injak pedal gas perlahan dan mobil kami mulai melaju ke dalam enclosure berpagar listrik yang dijaga ketat selama 24/7 oleh petugas bersenjata.
ADVERTISEMENT
Wangi rumput dan ilalang yang basah karena hujan menyambut kami di dalam area seluas 280 hektar. Perlahan dua sosok besar yang kami nantikan perjumpaannya mulai terlihat. Berdiri hampir setinggi mobil SUV, dua raksasa yang ramah itu menyambut kami–dalam sebuah city car–dengan jantung yang berdegup kencang. Bagaimana tidak, kami berhadapan langsung dengan spesies binatang darat terbesar kedua di dunia.
Sore itu saya dan keluarga sedang berada di pusat konservasi Ol Pejeta, Kenya. Kawasan konservasi yang bisa ditempuh dalam waktu 4,5 jam dengan menggunakan mobil dari ibukota, Nairobi.
Najin dan Fatu. Itulah nama kedua raksasa tersebut. Mereka adalah ibu dan anak. Najin lahir tahun 1989 sedangkan Fatu tahun 2000. Bukan sembarang badak, Najin dan Fatu ialah dua ekor subspesies badak putih utara terakhir yang ada di dunia.
ADVERTISEMENT
Najin dan Fatu yang semula sedang asik merumput kemudian mendekat ke arah mobil kami. “Pendengaran mereka sangat tajam. Lihat, saat satu telinga mengarah ke belakang, telinga lainnya ke depan,” kata David, seorang ranger yang mendampingi kami di dalam mobil.
Papan informasi yang terpampang di depan enclosure (Foto: dokumentasi pribadi)
Badak putih utara merupakan salah satu subspesies badak putih, yang habitatnya tersebar di wilayah Afrika Tengah. Konflik bersenjata dan perburuan ilegal yang tidak terkendali di kawasan tersebut telah membuat subspesies badak tersebut dinyatakan punah di alam liar di tahun 2008.
Di tahun 2009, empat badak putih utara yang tersisa di dunia–dua jantan dan dua betina–didatangkan ke Ol Pejeta dari kebun binatang Dvůr Králové, Ceko. Kebun binatang tersebut intensif mendorong reproduksi badak putih utara. Namun, setelah kelahiran Fatu di tahun 2000, belum ada badak lainnya yang lahir.
ADVERTISEMENT
Setelah seluruh upaya pengembangbiakan tidak membuahkan hasil, badak jantan Suni dan Sudan serta Najin dan Fatu direlokasi ke Kenya dengan harapan agar dapat berkembang biak di habitat aslinya. Namun demikian, sekalipun dengan bantuan dari berbagai ahli terkemuka di dunia, usaha pengembangbiakan di Kenya juga belum membuahkan hasil.
Pada tahun 2013, Suni, sang badak jantan mati akibat serangan jantung, disusul oleh badak jantan lainnya, Sudan, yang tutup usia lima tahun setelahnya. “Matinya kedua badak tersebut menjadikan Najin dan Fatu sebagai dua badak putih terakhir di dunia,” terang David.

Upaya Pengembangbiakan Terus Berlangsung

Dengan langkah yang berat, Fatu mendekat ke mobil kami dan mengambil sejumput rumput basah dengan bibirnya yang berbentuk persegi, khas badak putih pemakan rumput. Dengan tenang, seolah menyambut kami, dia mengambil dan mengunyah rumput yang berwarna kecoklatan itu.
Fatu yang sedang mengunyah rumput (Foto: dokumentasi pribadi)
Sayang, saya tidak diizinkan–dan tidak berani–keluar dari kendaraan dan menghampirinya. Jangankan melukai manusia, dengan berat sekitar dua ton, tentunya Fatu dapat dengan mudah membalikkan mobil yang kami tumpangi.
ADVERTISEMENT
Dengan hanya dua badak putih utara tersisa, peneliti dan ahli konservasi tidak lantas menyerah untuk menyelamatkan subspesies tersebut. Upaya tetap dilakukan dengan membuat embrio dari pembuahan sel telur Fatu (Najin memiliki tumor ovarium dan sudah terlalu tua untuk diambil sel telurnya) dan sperma yang telah dibekukan dari badak jantan yang sudah mati.
Jika berhasil, rencananya embrio tersebut akan ditanamkan ke rahim seekor badak putih selatan, sebagai ibu asuh dari janin tersebut.
Sekalipun di atas kertas prosesnya cukup menjanjikan, upaya yang telah dilakukan sejak tahun 2019 tersebut hingga kini masih belum membuahkan hasil. Sebanyak 29 embrio kini dibekukan dalam nitrogen cair di sebuah laboratorium di Cremona, Italia, menunggu teknologi yang tepat dikembangkan agar proses IVF badak paling langka di dunia ini dapat berhasil dilakukan.
ADVERTISEMENT
Hari pun mulai gelap, dengan cerita yang getir tersebut, perlahan saya putar setir ke arah kanan, menuju gerbang enclosure yang kami lalui di awal tadi. Sembari melambaikan tangan kepada Najin dan Fatu kami mengucap salam perpisahan kepada kedua hewan mengagumkan tersebut.
Selamat tinggal Najin dan Fatu! Semoga kalian segera menjadi nenek dan ibu!