Konten dari Pengguna

Langkah Dasar untuk Menjadi Seorang Full-stack Developer bagi Pemula

Pramudya Tamir
Seorang mahasiswa tahun ke-3 yang saat ini sedang menempuh pendidikan Sarjana Teknik Informatika di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur. Saya mencoba untuk belajar menulis artikel agar dapat membantu pembaca menambah wawasan miliknya.
16 Juli 2022 11:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pramudya Tamir tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi web engineering. Gambar dari: storyset/freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi web engineering. Gambar dari: storyset/freepik.com
ADVERTISEMENT
Spesialisasi Full-stack development menjadi sangat populer di tengah perkembangan teknologi yang begitu masif. Rasanya setiap developer ingin menguasai skill yang satu ini karena kebutuhan industri yang makin hari tentu main marak.
ADVERTISEMENT
Beraneka ragam teknologi, bahasa pemrograman, hingga frameworks, membuat developer kebingungan untuk menetapkan urutan langkah yang perlu mereka pijak untuk dapat menguasai keterampilan dalam web development (terlebih untuk spesialisasi full-stack).
Dalam artikel ini, penulis akan mencoba membuat langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh developer pemula untuk menjadi seorang Full-stack Developer yang sukses. Penulis asumsikan kalian belum memiliki pengalaman di bidang web development namun setidaknya memiliki logika dasar pemrograman.

Anatomi Full-stack Development

Menjadi seorang Full-stack Developer adalah seseorang yang dapat menangani tiga aspek pengembangan web: Front-end dan Back-end (bisa disertai dengan skill deployments). Pengembang Front-end lebih mengacu pada penggunaan logika untuk tampilan pengguna, meliputi user-interface dan interaksi pengguna. Sedangkan Pengembang Back-end bertanggung jawab atas pengolahan data pada server. Apabila kalian penasaran dengan skill deployments, hal tersebut dikerjakan oleh seorang DevOps. DevOps berperan untuk menjembatani antara proses Development Application dengan seksi Operasional. Mereka juga bertugas untuk melakukan penataan arsitektur web, merawat server, hingga konfigurasi aplikasi agar dapat diakses oleh internet (deployments).
ADVERTISEMENT

Analogi arsitektur Full-stack Development

Analogi pengembangan web dengan spesialisasi Full-stack. Sumber gambar dari: https://www.freepik.com/free-vector/restaurant-interior-set-beautiful-design-with-tables-waitstuff-kitchen-with-chef-cooks_25579817.htm
Apabila anatomi Full-stack development tadi membuat kalian pusing, penulis akan coba jelaskan dengan bentuk analogi sederhana. Pengembangan aplikasi berbasis web dapat dianalogikan dengan sebuah restoran yang menjual sebuah pizza. Beberapa pilar penting arsitektur Full-stack dapat kita analogikan sebagai berikut:
Tugas DevOps dapat diibaratkan menjadi seseorang yang merawat dan menjaga kelengkapan alat masak, suhu ruangan, atau kebersihan dapur agar proses pembuatan pizza dapat berjalan dengan lancar dan sampai ke meja pengunjung. DevOps bertanggung jawab atas keberlangsungan proses deployments dan arsitektur aplikasi.
Pengembang Back-end berperan layaknya pengolah bahan makanan di mana hal tersebut sangatlah penting dalam menentukan cita rasa hidangan nantinya. Oleh sebab itu, transportasi dan pengolahan data yang dilakukan di server merupakan tanggung jawab seorang Back-end developers.
ADVERTISEMENT
Hidangan merupakan produk utama dari segala macam bentuk aktivitas di dapur, di mana pengunjung tidak boleh dibuat kecewa dengan produk utama ini. Begitu pula dengan dunia software engineering, pengguna adalah poin penting dari bisnis yang hendak diusung.

Motivasi Penulis

Langkah 1: HTML/CSS

HTML merupakan sebuah bahasa markup bukan bahasa pemrograman yang memiliki logika pemtrograman. Browser anda membaca kode HTML sebagai tempat di mana anda akan meletakan elemen-elemen yang diperlukan. Sehingga, HTML dapat dikatakan sebagai sebuah kerangka dalam membangun website.
ADVERTISEMENT
Apabila kalian telah belajar HTML dan merasa tampilan web kalian terkesan membosankan, maka CSS hadir untuk menyelsaikan problem kalian. CSS dapat membantu kalian dalam membuat halaman web yang lebih fashionable dan colorful.
Banyak sekali sumber bacaan untuk mempelajari HTML/CSS, salah satu favorit penulis adalah belajar melalui dokumentasi HTML maupun CSS dari MDN. Namun, apabila kalian merasa bosan dengan cara belajar berupa tulisan, kalian dapat belajar melalui YouTube video. Kalian dapat mengunjugi beberapa channel rekomendasi penulis diantaranya: The Net Ninja, Traversy Media, dan Programming with Mosh.

Langkah 2: Javascript

Javascript memberikan kemampuan untuk memanipulasi data ataupun konten web yang kalian sedang bangun, sehingga menjadi lebih dinamis. Apakah kalian pernah menekan tombol like di facebook dan melihat jumlah like menjadi bertambah? itu ulah Javascript. Dengan Javascript, konten yang sebelumnya statis dan terkesan membosankan karena tidak ada interaksi pengguna, maka sekarang menjadi lebih menarik.
ADVERTISEMENT
Kalian dapat mulai belajar syntax (cara penulisan kode) dasar Javascript melalui MDN, W3Schools, atau web favorit penulis. Kemudian dilanjutkan dengan belajar logika pemrograman (variable, loop, scope, array, dan object). Memahami cara kerja DOM (Document Object Model) dan memanipulasi konten halaman menggunakan DOM. Setelah kalian mendapatkan ilmu dasar tersebut, kalian dapat menambah ilmu mengenai Asynchronous Programming pada Javascript karena ilmu tersebut sangatlah penting.

Langkah 3: Bahasa Pemrograman untuk Back-end

Apa yang telah kita pelajari selama ini hanya bekerja pada sisi klien, di mana data masih statis. Kalian mungkin berpikir bahwa kalian tidak memerlukan spesialisasi Back-end karena kalian telah membuat halaman web yang kalian inginkan hanya dengan HTML/CSS dengan dibalut Javascript. Penulis rasa kalian cukup benar, namun hanya ketika halaman yang kalian buat dapat dihitung menggunakan jari. Bagaimana jika kalian memerlukan seratus atau seribu halaman? Apakah kalian menuliskan baris kode sebanyak itu? penulis rasa tidak. Back-end bertanggung jawab dalam menangani penyimpanan data, membaca data, otentikasi pengguna dan keperluan server lainnya.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa opsi yang dapat kalian pilih dalam mempelajari bahasa pemrograman Back-end. Setiap bahasa tersebut memiliki kerangka kerja (framework). Framework merupakan alat yang dapat membantu kalian dengan menyediakan template dasar untuk keperluan Back-end, sehingga kalian tidak perlu menuliskan kode yang biasa digunakan untuk keperluan Back-end (mulai dari pembuatan server, penanganan data, dan routing request). Bahasa-bahasa tersebut diantaranya:
Saya menyarankan kalian untuk menggunakan Node.js karena kalian sudah mempelajari JS sebelumnya ketika bekerja dengan HTML/CSS. Node.js merupakan sebuah Runtime Javascript yang berjalan di belakang layar sebagai sisi server nantinya. Tetapi tidak menutup kemungkinan apabila kalian ingin belajar bahasa Back-end lain karena bahasa lainnya juga memiliki nilainya tersendiri.
ADVERTISEMENT

Langkah 4: Back-end Framework

Terdapat dua buah arsitektur maupun desain untuk merancang sisi Back-end, berupa MVC maupun transfer data melalui API. MVC (model-view-controller) merupakan pendekatan di mana tanggung jawab Back-end dibagi menjadi beberapa part, diantaranya:
Bagian yang bertanggung jawab dalam menyiapkan, mengatur, serta memanipulasi data berupa skema yang erat kaitannya dengan database.
Bagian di mana sebuah data ditampilkan dalam bentuk User Interface.
Bagian yang bertugas untuk menghubungkan model dan view agar dapat saling bertukar informasi.
Frameworks yang mengadopsi arsitektur MVC antara lain, Express.js, Django (Phyton), dan Ruby on Rails (Ruby). Namun, beberapa framework dapat memungkinkan developer untuk memilih arsitektur mana yang ingin mereka gunakan sehingga menjadi lebih fleksibel dan tidak berpatok pada satu arsitektur saja.
ADVERTISEMENT
Di lain sisi, arsitektur melalui transfer API mengacu pada pengembangan server yang berupa pemaparan data oleh Back-end server. API itu sendiri merupakan sebuah data yang digunakan untuk berkomunikasi antara Front-end dengan Back-end server. API pada umumnya memiliki format JSON.

Langkah 5: Database

Database atau basis data berperan sebagai tempat penyimpanan data untuk aplikasi web kalian. Ada banyak sekali jenis database, namun yang wajib kalian ketahui cukup database relasional dan database non-relasional.
Database relasional menyimpan data dalam bentuk tabel yang memungkinkan data-nya memiliki relasi antara satu dengan yang lainnya. Contoh database relasional: MySQL, PostgreSQL, dan Oracle. Sedangkan data yang disimpan di dalam database non-relasional memiliki model data yang spesifik dan memiliki skema yang fleksibel. Contoh database non-relasional: MongoDB, DynamoDB, Redis.
ADVERTISEMENT
Kalian perlu belajar SQL untuk dapat mengoperasikan sebuah database. SQL merupakan bahasa query yang digunakan untuk mengambil atau memanipulasi data dari database.

Langkah 6: Front-end Framework

Pada spesialisai front-end terdapat juga sebuah framework (kerangka kerja) yang dapat membuat proses pengembangan aplikasi menjadi lebih mudah layaknya back-end. Framework dibangun agar developer tidak perlu menuliskan kode berulang kali setiap sebuah aplikasi diinisialisasi. Terdapat tiga buah front-end frameworks yang sangat populer, yakni React, Vue, dan Angular.
Terdapat benefit tersendiri ketika belajar frameworks yang sudah populer karena telah banyak library yang telah dibuat oleh developer lain untuk menunjang pengembangan suatu aplikasi menjadi lebih efisien.

Penutup

Dengan ini, kita telah mencapat ujung dari blog kali ini. Saya yakin bahwa saya telah mencoba membahas semua aspek dasar dalam mengembangkan web dengan spesialisasi Full-stack. Memang terdengar cukup banyak aspek yang harus dipelajari, namun dengan mempelajari semua aspek ini, saya yakin kalian dapat menjadi seorang Full-stack developer yang memiliki fondasi kuat.
ADVERTISEMENT