Konten dari Pengguna

Beyond Speed: Creating Space for Yourself in a Fast-Paced Life

Widya Pramesti Ariningtyas
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
22 Desember 2024 9:45 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Widya Pramesti Ariningtyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
        Ilustrasi tuntutan tugas dalam fast-paced life. Sumber: https://www.pexels.com/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tuntutan tugas dalam fast-paced life. Sumber: https://www.pexels.com/
ADVERTISEMENT
Di era digital yang serba cepat ini, istilah fast-paced life makin populer dan menjadi ciri khas dari kehidupan masyarakat modern. Fast-paced life merujuk pada gaya hidup yang ditandai dengan kecepatan, efisiensi, dan tuntutan tinggi dalam berbagai aspek kehidupan. Kehidupan ini sering kali membuat individu terjebak dalam rutinitas padat bergerak kesana kemari tanpa henti, di mana waktu menjadi komoditas yang sangat berharga. Hal ini semakin diperkuat dengan dorongan untuk “manfaatkan setiap detik”, “time is money” yang sering digaungkan di media sosial, membuat kita merasa harus terus bergerak untuk menghindari rasa bersalah apabila membiarkan waktu terbuang sia-sia tanpa melakukan sesuatu.
ADVERTISEMENT
“Justru bagus dong kalau terus produktif”
“Biar bisa cepet sukses”
“Supaya cepet kaya”
Namun, apakah benar bahwa terus menerus berada dalam keadaan terburu-buru itu membawa keberhasilan?
Ternyata, tidak selamanya demikian. Ketika kita tidak dapat menyeimbangkan rutinitas sehari-hari dengan waktu untuk diri sendiri, hal ini justru bisa berdampak negatif loh. Kehidupan serba cepat seringkali membuat kita lupa memberi ruang bagi diri sendiri untuk berhenti sejenak, menikmati momen yang ada, atau sekedar beristirahat cukup. Penelitian oleh Qidwai et al. (2016) menunjukkan bahwa individu yang tidak dapat beradaptasi dengan gaya hidup serba cepat (fast-paced life) dapat mengalami masalah psikologis dan kesehatan fisik, seperti stres, depresi dan peningkatan risiko penyakit jantung. Penelitian dari Lippke et al. (2021) juga menunjukkan bahwa individu yang mengadopsi gaya hidup serba cepat seringkali kesulitan mengatur pola makan dan istirahat mereka, yang pada akhirnya meningkatkan risiko masalah kardiovaskular.
ADVERTISEMENT
Dengan situasi seperti ini, penting untuk bertanya : Apakah yang kita lakukan saat ini benar-benar penting, atau kita hanya terjebak dalam rutinitas tanpa arti? Mungkin inilah saatnya untuk berhenti sejenak dan mengenal lebih jauh tentang mindfulness untuk membantu kita lebih sadar akan tindakan kita.

Mindfulness dalam Fast Paced Life

Mindfulness adalah kemampuan untuk sadar penuh dan hadir utuh dalam setiap momen (Silarus, 2015). Dengan mindful, kita menyadari apa yang kita lakukan, rasakan, serta pikirkan tanpa berusaha menilai atau mengubahnya. Melalui mindfulness, kita diajarkan untuk menghadapi realitas sebagaimana adanya, menerima bahwa segala sesuatu dalam hidup senantiasa berubah, tidak permanen, dan sering kali tidak memuaskan. Dalam kehidupan serba cepat, di mana kita sering kali merasa terburu-buru dan tertekan oleh waktu. Mindfulness mengajak kita untuk lebih hadir dan fokus pada momen saat ini (present).
ADVERTISEMENT
Dalam konteks ini, mindfulness dapat membantu individu mengurangi tekanan waktu atau time pressure (Schaupp & Geiger, 2022), yang dapat meminimalkan perasaan terburu-buru dan memungkinkan kita mengelola waktu lebih efektif. Selain itu, mindfulness memberi kita ruang untuk berhenti sejenak, memberi jeda sebelum mengambil keputusan. Alih-alih bertindak secara impulsif, kita diajarkan untuk mempertimbangkan dengan bijak apakah aktivitas yang akan dilakukan benar-benar memiliki nilai dan relevansi dengan tujuan kita.

"It’s not about speed, but creating more space"

Penerapan Mindfulness dalam Fast Paced Life

Berikut beberapa langkah penerapan mindfulness dalam kehidupan sehari-hari guna mengatasi tantangan yang muncul dari fast-paced life :
1. Sadari Hidup Bukan Soal Kompetisi
Ambil jeda dan luangkan waktu untuk merefleksikan kembali apakah rutinitas dan aktivitas yang dilakukan saat ini memang relevan dengan diri kita, atau hanya didorong oleh rasa takut akan tertinggal dari orang lain (FOMO), apalagi dalam kehidupan serba cepat ini di mana orang-orang berusaha saling mendahului. Tanyakan pada diri sendiri : "Apakah yang saya lakukan saat ini adalah apa yang saya inginkan?”.
ADVERTISEMENT
"Bayangin kita lagi lomba lari. Enggak semua orang harus jadi yang paling depan, kan? Yang penting, kita bisa sampai di garis finish dengan cara kita sendiri. Lebih baik melangkah pasti daripada terburu-buru dan akhirnya tersandung."
2. Ciptakan Ruang untuk Berhenti Sejenak
Latih diri untuk memberi jeda antara stimulus dan respons. Ketika dihadapkan pada suatu situasi, coba berhenti sejenak, tarik nafas dalam-dalam, dan beri waktu sebelum merespon. Sadari bahwa setiap keputusan atau tindakan yang kita pilih memiliki konsekuensi, sehingga kita perlu mempertimbangkan setiap pilihan dengan cermat. Ini juga membantu kita untuk lebih selektif dalam memilih aktivitas atau tugas yang benar-benar relevan untuk dilakukan, dan tidak bertindak hanya karena dorongan impulsif.
"Bayangin kita lagi menyetir mobil. Kalau ada lampu merah, kita kan enggak langsung ngebut. Kita harus berhenti dulu, lihat kanan kiri, baru jalan lagi. Sama kayak dalam hidup, kita perlu waktu untuk berpikir sebelum bertindak."
ADVERTISEMENT
3. Praktik Meditasi Harian
Luangkan waktu 10-15 menit untuk melakukan Focus Attention Meditation (FAM), yaitu meditasi yang mengarahkan perhatian pada suatu objek, seperti napas. Fokuskan perhatian pada pernapasan, amati tarikan dan hembusan napas, ketika ada distraksi cukup sadari tanpa menghakimi, kemudian arahkan kembali perhatian pada napas. Latihan meditasi teratur dapat meningkatkan kemampuan attention regulation dalam kehidupan sehari-hari (Wittmann & Schmidt, 2013), yang memungkinkan kita fokus pada satu aktivitas pada satu waktu (single tasking), sehingga meningkatkan kualitas hasil kerja dan meminimalkan stres dari banyaknya tuntutan pekerjaan yang datang dari berbagai arah.
Dalam kehidupan serba cepat ini, mindfulness dapat membantu kita mencapai produktifitas tanpa mengorbankan kesehatan mental dan fisik. Kehidupan mungkin menuntut kita untuk senantiasa bergerak cepat, namun yang terpenting adalah bagaimana kita tetap hadir, penuh kesadaran, dan bijak dalam setiap langkah yang kita ambil.
ADVERTISEMENT

Referensi

Kabat-Zinn, J. (1990). Full catastrophe living: using the wisdom of your body and mind to face stress, pain and illness. Delacorte Press.
Lippke, S., Schalk, T. M., Kühnen, U., & Shang, B. (2021). Pace of life and perceived stress in international students. PsyCh Journal, 10(3), 425-436.
Qidwai, W., Khushk, I. A., Shamim, U., Altaf, S., Hadi, H., & Nanji, K. (2016). Fast pace of life and its impact on health: results of a study from the largest city of Pakistan. Pakistan journal of public health, 6(4), 10-16.
Schaupp, J., & Geiger, S. (2022). Mindfulness as a path to fostering time affluence and well‐being. Applied Psychology: Health and Well‐Being, 14(1), 196-214.
ADVERTISEMENT
Silarus, A. (2015). Sadar penuh hadir utuh. TransMedia.
Wittmann, M., & Schmidt, S. (2013). Mindfulness Meditation and the Experience of Time. Studies in Neuroscience, Consciousness and Spirituality, 199–209. doi:10.1007/978-3-319-01634-4_11