Kebesaran Hati Gubernur NTB Memaafkan Pengumpatnya

14 April 2017 20:32 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
14
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Zainul Majdi. (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Zainul Majdi. (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
Surat permohonan maaf dari mahasiswa Indonesia bernama Steven Hadisurya Sulistyo yang telah mengumpat Gubernur Nusa Tenggara Barat Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi viral di berbagai sosial media dalam sepekan ini.
ADVERTISEMENT
Dalam surat tersebut Steven berterima kasih kepada Zainul karena tidak menempuh proses hukum atas kata-kata kasar yang dilontarkannya di Bandara Changi, Singapura, Minggu (9/4) sekitar pukul 14.30 waktu setempat.
Zainul mengatakan peristiwa itu bermula saat ia dan istrinya, Erica, sedang antre di konter pesawat Batik Air untuk melakukan perjalanan kembali ke Indonesia.
"Saya antre dengan istri kemudian saya (sempat) keluar dari antrean ke loket sebelah untuk menanyakan tentang informasi penerbangan, dan istri saya masih berada di antrean. Saat itu belakang kami tidak ada orang," ujar gubernur yang akrab disapa TGB ini saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Jumat (14/4).
"Dan ketika saya balik untuk menghampiri istri ke (antrean loket) tempat semula, tiba-tiba di belakang saya ada orang (Steven) yang teriak 'woi, antre dong'. Saya dan istri kaget dan bingung. Istri saya kan masih di situ. Tapi saya dan istri tidak mau memperpanjang, ya sudahlah kita pindah saja ke (antrean) sebelah," jelas Zainul yang juga dikenal sebagai ulama kharismatik ini.
ADVERTISEMENT
Namun meski Zainul dan istrinya sudah mengalah, Steven tak juga menghentikan umpatannya dengan kalimat rasis bernada kasar. Zainul menegurnya untuk berhenti mengumpat di depan banyak orang, namun Steven sama sekali tak menggubrisnya.
"Umpatan itu masih berturut-turut beruntun. Saya bilang jangan seperti itu, maksudnya apa bilang 'dasar Indo, dasar Indonesia, dasar pribumi, tiko', saya sampaikan begitu. Enggak baik bicara seperti itu, kan Anda orang Indonesia juga. Dia enggak mau berhenti, seperti orang kalap," beber gubernur NTB dua periode ini.
Zainul dan Erica memilih diam tak meladeni Steven. Namun kalimat umpatan itu rupanya terus terngiang. Erica penasaran dengan arti kata 'tiko' yang diucapkan oleh Steven saat mengumpat. Ia pun mencari tahu arti kata tersebut di internet.
ADVERTISEMENT
Setelah diberi tahu sang istri bahwa arti kata itu sangat tidak senonoh, Zainul pun memutuskan untuk melaporkan peristiwa itu kepada pihak berwajib.
"Sebelum naik ke pesawat istri saya googling cari arti kata 'tiko' ternyata sangat kotor. Maka saya memutuskan (melaporkan) ini ke kepolisian. Hak saya sebagai warga negara merasa dihina, tidak hanya kami, banyak orang ramai menonton," ujar mantan anggota DPR dari PBB berusia 44 tahun ini.
"Saya telepon staf saya ke Jakarta pas mau boarding karena kami hanya berdua, tidak bawa ajudan, karena kebetulan kami (ke Singapura) mengunjungi putri yang menuntut ilmu di sana. Saya minta staf hubungi Polres Bandara Soekarno-Hatta, tolong disiapkan karena saya mau mengadukan perbuatan penghinaan dengan kata-kata kotor dan kasar," beber Zainul.
ADVERTISEMENT
Setiba di Jakarta, kata Zainul, petugas kepolisian sudah menunggu di pintu pesawat. Steven yang melihat kehadiran polisi semakin marah dan bersikap intimidatif.
"Ketika lihat polisi dia tanya 'Anda dari mana? Kepolisian mana?' Mengintimidasi dan kasar sekali," kata doktor lulusan Universitas Al-Azhar, Kairo, ini.
Menurut Zainul, petugas sempat kesulitan membawa Steven ke kantor polisi. Dan ketika Steven bisa dibawa kantor polisi, kata Zainul, perilaku kasar Steven semakin menjadi-jadi, membuat proses pelaporan berlangsung sangat lama.
"Sampai kantor polisi dia malah ngamuk-ngamuk lagi. Sampai sempat diusir karena arogansi yang luar biasa menurut saya. Akhirnya prosesnya lama, kami di kantor polisi sampai pukul 12 malam baru mau dia minta maaf," kata Zainul.
ADVERTISEMENT
Setelah Steven bersedia membuat surat pernyataan maaf, Zainul bersedia menganggap kasus itu selesai.
"Karena sudah meminta maaf ya sudahlah saya maafkan dengan syarat buat permintaan maaf diumumkan di media," ujar Zainul.
Surat permohonan maaf Steven. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Surat permohonan maaf Steven. (Foto: Dok. Istimewa)
Dalam surat permintaan maaf itu tertulis Steven kelahiran Jakarta, 1 September 1991.
"Saya telah menyadari bahwa kata-kata saya tidak sesuai dengan prinsip-prinsip dasar NKRI, Pancasila, dan UUD 1945. Saya juga berjanji untuk tidak akan mengucapkan lagi kata-kata yang dapat menimbulkan keretakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia," tulis Steven dalam surat bermaterai Rp 6.000 itu.
Kebesaran hati Zainul tidak membawa Steven ke meja hijau banyak mendapat apresiasi netizen. Zainul dianggap memberi teladan dan menunjukkan sikap kenegarawanan.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, perilaku Steven panen kecaman. Peristiwa ini menjadi trending topic di Twitter.
Zainul Menyerukan Sikap Menahan Diri
Sementara itu dalam pelaksanaan salat Jumat hari ini di Mataram, Zainul mengimbau masyarakat NTB tetap tenang dan tidak terprovokasi atas kasus umpatan SARA tersebut.
Zainul mengajak masyarakat NTB bersikap menahan diri dan senantiasa memaafkan sesuai panduan Al-Quran dan Hadist.
"Allah memberi panduan dan arah kepada kita dengan firman, kalau engkau memberi maaf itu adalah mendekatkan diri kepada ketakwaan kepada Allah," papar Zainul seperti dikutip dari website Pemprov NTB.