Megawati: Ada De-Sukarnoisasi dalam Proses Politik Indonesia

21 Juni 2017 19:47 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peringatan Haul Bung Karno ke-7. (Foto: Akbar Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peringatan Haul Bung Karno ke-7. (Foto: Akbar Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menghadiri acara Haul Bung Karno dan peluncuran buku tentang Islam dan Pancasila hari ini, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat.
ADVERTISEMENT
Saat memberi sambutan dalam acara itu, awalnya Megawati bercerita soal kepercayaan yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo yang menunjuk dirinya sebagai Ketua Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP).
"Saya kaget saat dilantik dan Presiden bertanya kepada saya 'ibu enggak apa- apa ya ditaruh kepala unit' saya bilang kalau untuk Pancasila, saya siap di mana saja," ujar Megawati di lokasi acara, Rabu (21/6).
Megawati lalu berbagi cerita soal sang ayah mengenai sosok pemimpin. Presiden RI pertama Sukarno, menurut Megawati, pernah berpesan kepadanya untuk senantiasa memperhatikan bahasa tubuh ketika menjadi seorang pemimpin.
"Ayah saya pernah mengatakan begini, kalau kamu mau menjadi pemimpin, perhatikan bagaimana gestur body language seorang pemimpin," ujar Megawati.
ADVERTISEMENT
"Alis kamu diangkat saja, itu bisa diamati akar rumput (rakyat) dengan tafsir berbeda. Apa maksudnya? Harus hati-hati menjadi seorang pemimpin, jangan membawa rakyatnya ke dalam kancah yang justru membawa perpecahan," imbuh dia.
Dalam pidatonya, Megawati juga bicara soal de-Sukarnoisasi dalam proses berpolitik di Indonesia. De-Sukarnoisasi, kata dia, menimbulkan ketakutan di kalangan rakyat Indonesia.
De-Sukarnoisasi diketahui adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto, untuk memperkecil peranan dan kehadiran Sukarno dalam sejarah dan dari ingatan bangsa Indonesia.
"Dalam politik ada proses de-Sukarnoisasi, sampai Pak Arief Hidayat ngomong foto saja harus diturunkan. Di kalangan rakyat itu terjadi. Tapi yang jadi persoalan, secara pikiran kalau diputar bahwa hal itu benar, dalam jiwa kita dikatakan benar sehingga mendatangkan ketakutan," ujar Megawati.
ADVERTISEMENT
Megawati Soekarnoputri (Foto: Ahmad Subaidi/ANTARA)
zoom-in-whitePerbesar
Megawati Soekarnoputri (Foto: Ahmad Subaidi/ANTARA)
Meski banyak yang ingin meniadakan Sukarno, sosok sang ayah tetap tak akan pernah ia lupakan secara pribadi maupun sebagai warga negara.
"Jadi Bung Karno mau ditiadakan, silakan saja. Tapi bagi saya secara pribadi dan anak sebagai warga bangsa, maupun presiden kelima, nama itu tidak akan pernah hilang dari sejarah bangsa. Kenapa? Beliau itu bukan hanya milik bangsa Indonesia saja," kata Megawati.