Penjelasan Menag soal Tuduhan Dukung LGBT dan Minum Arak

8 Agustus 2017 11:58 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menag  Lukman Hakim Saifuddin (Foto: Aji Styawan/Antara Foto)
zoom-in-whitePerbesar
Menag Lukman Hakim Saifuddin (Foto: Aji Styawan/Antara Foto)
ADVERTISEMENT
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dituding mengapresiasi acara pemberian penghargaan kepada LGBT (Lesbian, Gay, Bisesksual, dan Transgender).
ADVERTISEMENT
Melalui website resmi kemenag.go.id pada Senin (7/8), Lukman Hakim membantah keras dan mengklarifikasi tudingan tersebut, yang sempat viral di media sosial.
Lukman menegaskan dirinya menolak LGBT, sama seperti penolakan terhadap radikalisme, terorisme, dan narkoba. Pernyataan sikap tersebut, diakui Lukman sudah sering disampaikannya kepada publik saat memberikan pidato atau sambutan.
Misalnya, saat membuka Jambore Nasional Santri Pondok Pesantren Muhammadiyah di Bumi Perkemahan Cakra Pahlawasri, Karanganyar pada Februari 2016 lalu.
"Mengajak para santri untuk mengatakan "tidak" pada radikalisme dan terorisme, narkoba, dan LGBT. Mereka yang lantang menyuarakan, say no to radicalism and terrorism, say no to drugs, say no to LGBT," tulis Lukman.
Menurut Lukman LGB atau Lesbian, Gay, dan Bisesksual, adalah perilaku dan sikap yang penekannya lebih kepada orientasi seksual. "Tindakan LGB tidak bisa ditolerir baik dari sisi praktik maupun perilakunya," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Transgender, kata Lukman, tidak ada hubungannya dengan orientasi seksual, melainkan ketidaksamaan identitas terhadap jenis kelamin dirinya.
"Transgender identik dengan kondisi seseorang di mana jenis kelamin, fisik, dan pikiran perasaannya berbeda. Misal, fisiknya laki-laki, namun perasaannya perempuan," jelas Lukman.
Lukman mengatakan LGBT tidak dibenarkan oleh ajaran agama apapun. Menurut Lukman pihaknya juga telah melarang komunitas LGBT untuk mengkampanyekan perilaku mereka di Indonesia, yang dikenal sebagai negeri yang religius ini.
"LGBT itu suatu tindakan yang oleh agama sebagai tindakan yang tentu tidak dibenarkan," kata Mantan Wakil Ketua MPR RI ini.
Namun meski menentang keras LGBT, menurut Lukman kelompok LGBT tidak harus dimusuhi apalagi dikucilkan dari kelompok masyarakat.
ADVERTISEMENT
Ia justru mengimbau para tokoh dan pemuka agama serta masyarakat luas merangkul kaum LGBT, untuk memperbaiki orientasi seksual mereka yang menyimpang.
"Bukan berarti kaum LGBT itu harus disisihkan dari agama dan umat beragama. Kita sebagai masyarakat beragama, justru harus merangkul mereka agar perilaku dan orientasi seksualitasnya tidak lagi menyimpang dari ajaran agama," jelasnya.
"Komunitas LGBT harus didekati secara empatik. Pendekatan empatik ini misalnya dengan memberikan pendampingan dan konsultansi bagi mereka (LGBT)," imbuh Lukman.
Dengan demikian, Lukman berharap orientasi dan perilaku seksual mereka bisa kembali sesuai dengan ajaran agama. Ia mengaku mengapresiasi sejumlah Ormas Islam yang mendirikan tempat konsultansi dan pendampingan bagi kelompok LGBT.
“Karenanya pemuka agama diharapkan lebih proaktif, mengedepankan prinsip-prinsip agama yang menghormati nilai-nilai kemanusiaan. Konseling dari sisi agama sangat dibutuhkan,” tutur Lukman.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari berbagai sumber, tudingan Menag Lukman mendukung LGBT itu bermula saat Lukman menghadiri acara ulang tahun Aliansi Jurnalistik Indonesia (AJI).
Ada tiga kategori pemberian penghargaan dalam acara tersebut, salah satunya adalah Tasrif Award untuk lembaga atau komunitas yang paling gigih memperjuangkan hak-haknya,
Ternyata, tanpa sepengetahuan Lukman sebelumnya, Komunitas LGBTI menjadi salah satu pemenang Tasrif Award.
Klarifikasi soal Tudingan Menag Minum Arak
Selain memberikan bantahan keras soal tudingan dukungan terhadap LGBT, melalui website tersebut Lukman juga membantah tuduhan netizen yang mengatakan dirinya meminum arak saat meresmikan Sekolah Tinggi Agama Katolik (STAKat) di Kalimantan Barat pada Kamis (6/4).
Lukman memberikan penjelasan lengkap terkait pelaksanaan acara peresmian itu, untuk mengklarifikasi tuduhan minum arak di acara tersebut yang viral di media sosial pada beberapa bulan lalu, dan muncul kembali belakangan ini.
ADVERTISEMENT
Ia bercerita, usai mendapat sambutan tarian adat Dayak, dirinya diminta memotong bambu yang dipasang melintang di depan pintu masuk STAKat. Setelah itu, Lukman diarahkan menginjak telur sebagai bagian dari prosesi adat sambut tamu kehormatan.
“Setelah prosesi itu, saya disodori cawan berisi arak untuk diminum. Melihat saya disuguhi arak, Gubernur Kalbar, Cornelis, segera melarang saya meminumnya. Gubernur lantas menginstruksikan supaya minuman tersebut diganti air putih. Tapi waktunya sudah tidak memungkinkan," jelas Lukman.
"Pak Gubernur lalu bilang, tidak perlu dihidangkan ke saya. Namun karena penari yang menyuguhkan cawan itu bingung lantaran dicegah, saya spontan berbisik ke Pak Gubernur, bahwa tidak apa-apa. Ini kan hanya simbol saja untuk menghormati adat. Tapi tidak akan saya telan sedikit pun,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Gubernur Cornelis, kata lukman, menanggapi pernyataannya dengan perasaan khawatir sikap Lukman tersebut disalahartikan oleh para wartawan yang hadir di sana.
"Pak Gubernur bilang 'di sini ada banyak wartawan, nanti dipelintir, bisa bahaya dan menjadi masalah di tengah-tengah kehidupan keagamaan kita', dan mendengar penjelasan itu, saya terkesan dengan sikap Gubernur. Jujur, saya mendapatkan pelajaran lagi. Saya menangkap suatu rasa dalam beragama,” ucap Lukman.
“Itulah toleransi sebenarnya atau toleransi sesungguhnya. Toleransi adalah kemauan dan kemampuan untuk menghormati dan menghargai perbedaan yang ada pada pihak lain,” lanjutnya.
Menag Lukman dan Dirut Garuda Pahala Nugraha (Foto: Antara Foto/ Sahrul Manda)
zoom-in-whitePerbesar
Menag Lukman dan Dirut Garuda Pahala Nugraha (Foto: Antara Foto/ Sahrul Manda)
Berkaca dari pengalaman tersebut, menurut Lukman di era ini banyak orang yang bicara soal pentingnya toleransi, namun tak diiringi dengan sikap saling menghormati.
"Banyak yang bicara toleransi, tapi lebih banyak menuntut untuk dihargai dan dihormati. Inginnya agar mereka yang berbeda di luar sana harus menghargai dan menghormati dirinya,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
“Siapa yang akan memberi penghormatan dan penghargaan kalau semua menuntut dan meminta? Kalau semua umat beragama yang berbeda-beda itu saling memberi, maka semua akan mendapatkan penghargaan dan penghormatan,” imbuh Lukman.
Lukman berharap, penjelasan yang ia sampaikan melalui website tersebut agar masyarakat tidak termakan fitnah atau informasi hoax di media sosial.
“Bagi saya, kejadian itu adalah pelajaran baik. Bahwa beragama tidak cukup dengan logika tapi juga rasa. Mudah-mudahan kita sebagai umat beragama semakin berkualitas dalam menjalani agama dan keyakinan iman masing-masing,” ucap Lukman.