Rekaman Bencana Alam di Indonesia dalam Mitos dan Faktanya

Shinta Dwi Prasasti
Penyuka Sejarah, Arkeologi dan Heritage, bekerja di Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X
Konten dari Pengguna
7 November 2021 9:37 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shinta Dwi Prasasti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Peristiwa tsunami Sumber: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Peristiwa tsunami Sumber: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ada mitos yang berkembang di kalangan masyarakat. Pada suatu hari Ratu Kidul (Nyi Roro Kidul) merasa heran dengan keadaan alam yang sangat aneh. Cuaca saat itu sangat panas dan disertai gelombang tinggi yang mampu merobohkan pepohonan di daratan. Banyak ikan yang mati, karena terlempar ke bebatuan.
ADVERTISEMENT
Peristiwa ini membuat Nyi Roro Kidul, Penguasa Laut Selatan heran. Maka dia pun menyelidiki apa penyebabnya. Ternyata, saat itu seorang pemuda bernama Senopati sedang bersemedi. Tujuan dari semedi itu adalah untuk memohon restu guna mendirikan sebuah kerajaan. Sang Ratu lantas memberikan restu untuk kerajaan baru tersebut.
Selama empat abad, sebagian masyarakat Jawa percaya bahwa peristiwa itu hanya mitos belaka. Mitos untuk melegitimasi kemunculan sebuah kekuasaan dalam peradaban Jawa. Sesuatu yang wajar pada masa itu. Sebagian lagi memilih untuk percaya bahwa peristiwa itu benar terjadi. Meski imajinasi mereka sebenarnya tidak mampu membayangkannya. Mereka yang percaya, berkeyakinan bahwa peristiwa alam tersebut menjadi pertanda. Kisah itu dimuat dalam dua karya sastra lama yaitu Babad Tanah Jawi dan Serat Sri Nata.
ADVERTISEMENT
Kini, muncul pendapat yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan dua pendapat di atas. Bedanya bahwa pendapat ini didukung bukti konkret karena sudah ada penelitian yang dilakukan. Pendapat ini menyebutkan jika cerita dalam babad dan serat tersebut merupakan sebuah peristiwa yang nyata dan pernah terjadi. Sebuah peristiwa alam yang kemudian dihubungkan dengan peristiwa politik.

Penelitian tentang bencana

Sejumlah riset telah dilakukan. Salah satunya oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Eko Yulianto, peneliti paleotsunami dari Lembaga tersebut menyebutkan jika Pantai Selatan Jawa memang pernah dihantam tsunami yang besar. Peristiwa ini terjadi sekitar 400 tahun yang lalu.
Penelitian terkait peristiwa tsunami di masa kuno ini sudah dilakukan sejak tahun 2006 di sejumlah lokasi antara lain pantai Lebak, Pangandaran, Cilacap, Kutoarjo, Kulonprogo, dan Pacitan. Endapan tsunami ditemukan di sepanjang pantai tersebut. Penelitian ini juga menyebutkan bahwa lokasi endapan tersebut berada hingga 2,5 km dari garis pantai. Ini bisa diartikan tsunami menerjang daratan sampai radius 2,5 km dari tepi pantai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada peristiwa bencana alam pada masa lalu masih terekam dalam bentuk cerita rakyat dan naskah kuno.
ADVERTISEMENT
Ada juga peristiwa bencana di Indonesia yang tidak terekam dalam media apa pun. Namun bukti nyata dari peristiwa tersebut dapat dijumpai sampai saat ini. Tengoklah penemuan sejumlah candi di DI Yogyakarta misalnya (Candi Sambisari, Kedulan, Kimpulan, dan lain-lain). Posisi candi tersebut berada di bawah permukaan tanah saat ini.
Penemuan dari candi-candi tersebut tidak diikuti dengan penemuan prasasti, kecuali Candi Kedulan. Posisi candi-candi yang terpendam oleh pasir atau endapan lahar dingin tersebut menjadi bukti bahwa bencana alam sudah sering terjadi di Indonesia sejak dulu.
Salah satu contoh candi yang terpendam itu adalah Candi Sambisari. Candi Sambisari merupakan kelompok percandian yang berada di Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan hasil ekskavasi (penggalian) diketahui jika candi ini berada 6,5 m di bawah permukaan tanah. Komposisi tanah di sekitar candi ini adalah pasir dan abu gunung api. Hal ini menunjukkan jika pada masa lalu, keadaan alam sekitar candi sudah berubah akibat adanya letusan gunung berapi. Dan sejumlah pendapat ahli menyebutkan jika letusan gunung api, yang “mengubur” candi-candi tersebut tidak hanya terjadi sekali. Sayangnya peristiwa tersebut tidak diketahui waktu terjadinya.
ADVERTISEMENT

Epilog

Deretan fakta di atas sebenarnya menunjukkan bahwa negeri ini bukan sekadar kaya akan sumber daya alam. Negeri ini juga memiliki potensi bencana.
Hal yang agak mengherankan adalah materi tentang sejarah bencana ini sangat jarang disampaikan pada generasi muda saat belajar sekolah. Berbicara mengenai peradaban Jawa Kuno, siswa lebih sering mendapat materi terkait urutan penguasa kerajaan. Padahal membicarakan peradaban sebuah kerajaan bukan sekadar berbicara politik semata. Ada banyak aspek yang menarik. Salah satunya adalah tentang bencana ini.
Upaya mengajarkan sejarah tentang bencana pada generasi muda ini bisa menjadi salah satu bentuk mitigasi bencana. Khususnya pada negeri kita yang pernah dilanda bencana sejak dari masa lalu. Mitigasi bencana diperlukan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa bencana alam tersebut bisa terulang kembali. Hal yang lumrah terjadi. Berdasarkan kajian geologi, bumi memiliki siklus untuk peristiwa-peristiwa terjadi di dalamnya. Maka kita tentu perlu tahu bagaimana cara leluhur kita dalam menghadapinya.
ADVERTISEMENT