Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Fanatisme Fans K-Pop dalam Fenomena Hallyu (Gelombang Korean)
28 Desember 2020 20:26 WIB
Tulisan dari pratamawidyasmara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi masa kini juga semakin berkembang pula terutama di zaman globalisasi ini. Globalisasi membuat interaksi antar seluruh warga dunia menjadi bebas dan terbuka seolah-olah batas-batas suatu Negara menjadi sempit dan salah satu dampak dari globalisasi yakni perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi ini pun tampaknya semakin memudahkan kita dalam berbagai bidang terlebih dalam bidang telekomunikasi. Kita dapat dengan mudah dan cepat dalam memperoleh berbagai informasi baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya berbagai informasi yang dapat disebarkan dengan cepat melalui hadirnya berbagai teknologi telekomunikasi yang mutakhir tersebut, budaya pun dapat dengan mudah disebarkan ke seluruh dunia. Salah satu budaya yang tengah mempengaruhi berbagai Negara adalah budaya pop Korea atau yang lebih dikenal dengan sebutan K-Pop/Hallyu Wave/Korean Wave. Indonesia pun terikut imbas penyebaran budaya ini terutama dikarenakan Indonesia yang merupakan Negara berkembang yang mudah dipengaruhi oleh Negara-negara maju. Penyebaran budaya pop Korea ini juga terbantukan dengan berbagai media massa yang giat memperkenalkan budaya tersebut.
Fenomena Hallyu (gelombang Korea) pertama kali dipopulerkan para jurnalis di Beijing terkait dengan merebaknya popularitas K-Pop dengan cepat di negeri Tirai Bambu. Ini diawali tahun 1997 dengan pemutaran seri K-Drama dengan judul, What Is Love About oleh stasiun televisi China’s national China Central Television (CCTV). Fenomena ini kemudian digunakan untuk menyebutkan apapun yang terkait dengan popularitas budaya Korea yang kini merebak berbagai negara, di antaranya Eropa dan Amerika Serikat selama bertahun-tahun mendominasi budaya populer di dunia, melalui musik, film, drama, gaya hidup, dan sepak bola.
ADVERTISEMENT
Fenomena yang kemudian terjadi adalah menjamurnya fans Kpop diseluruh belahan dunia. Fans yang berasal dari berbagai fandom idol group, seperti misalnya ELF (Ever Lasting Friends) yang merupakan sebuatan bagi penggemar Super Junior, SONE bagi penggemar Girls Generation, ONCE bagi penggemar TWICE, , ataupun WIZ*ONE bagi penggemar IZ*ONE, menjadi sebuah kesatuan besar dibawah naungan fandom Kpop.
Bagi kebanyakan orang, fandom Kpop dikenal dengan stereotip yang melekat dengan diri fans atau penggemarnya. Fans Kpop dianggap selalu bersikap berlebihan, gila, histeris, obsesif, adiktif, dan konsumtif ketika mereka sangat gemar menghambur-hamburkan uang untuk membeli merchandise idola maupun mengejar idola hingga ke belahan dunia manapun. Stereotip tersebut salah satunya dapat dilihat di dunia maya. Mereka secara terang-terangan dapat menyatakan rasa cinta kepada idola dengan menggunakan fungsi mention pada Twitter dan ditujukan langsung ke akun Twitter sang idola. Melalui dunia maya, mereka dapat dengan bebas mengungkapkan dan mencurahkan isi hati mereka kepada sesama fans K-pop dengan posting pada blog maupun forum. (Nastiti, 2010).
ADVERTISEMENT
Fans dan fandom sebagai salah satu area populer dalam studi mengenai audiens menjadi lebih layak dianalisis dalam studi kritikal ketika dalam perkembangannya, keberadaan fans telah dipengaruhi oleh teknologi dan media. Asumsi awal mengenai fans selalu dilihat sebagai mereka yang ‘obsesif’, ‘norak’ (seseorang yang memiliki ketertarikan yang kuat pada suatu hal, mungkin obsesif dan ketertarikan tersebut tidak dapat dipahami oleh orang lain; british slang, Oxford Dictionaries tahun 2012), dan ‘aneh’, yang ketertarikan obsesinya adalah pada sebuah objek budaya tertentu sebagai ‘tameng’ untuk mengejar kecanggungan atas kehidupan sosial mereka.
Penggemar Kpop biasanya memiliki forum-forum khusus yang memungkinkan mereka untuk melakukan sharing secara beramai-ramai. Forum-forum ini umumnya adalah situs yang dibuat oleh penggemar dan diperuntukkan bagi penggemar pula. Tidak hanya melalui forum, tetapi situs-situs jejaring sosial seperti twitter dan blog juga memudahkan mereka dalam melakukan kegiatan fans. Melalui forum/jejaring sosial mereka bisa membicarakan berbagai macam hal, dari mulai video klip yang baru keluar hingga gaya rambut sang idola yang terus berganti-ganti (Puspitasari, 2013).
ADVERTISEMENT
Dalam teori uses and gratifications berhubungan dengan kebutuhan kognitif yang berkaitan dengan penyampaian informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk mengetahui informasi tersebut. Komunitas merupakan sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional (Soenarno, 2002). Kekuatan pengikat suatu komunitas, terutama, adalah kepentingan bersama dalam memenuhi kebutuhan kehidupan sosialnya yang biasanya, didasarkan atas kesamaan latar belakang budaya, ideologi, sosial-ekonomi.
Dengan adanya new media, fanatisme fans Kpop ditunjukkan dengan adanya fanwar pada diskusi online. Identitas fans dapat ditemukan dalam komentar-komentar yang positif terhadap berita tentang artis idolanya. fans yang fanatik akan memberikan komentar pembelaan pada artis idolanya tanpa melihat bahwa artis idola mereka benar atau salah. Dan memberikan komentar negatif yang menjatuhkan artis lainnya pada berita tentang penghargaan tertentu. Pertukaran informasi dan opini berlangsung secara timbal balik. Sehingga memungkinkan untuk pembacablog tersebut berkomunikasi secara online untuk mendiskusikan topik yang dibahas.
ADVERTISEMENT