Konten dari Pengguna

Sanitarian : Pejuang Sehat di Balik Layar

Pratiwi Kusuma Dewi
Mahasiswa Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UPN Veteran Jakarta
21 Oktober 2024 16:16 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pratiwi Kusuma Dewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto : Seorang sanitarian sedang menuju lokasi edukasi di permukiman masyarakat. Sumber : Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto : Seorang sanitarian sedang menuju lokasi edukasi di permukiman masyarakat. Sumber : Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Indonesia, rumah bagi lebih dari 270 juta jiwa, terus berjuang keras memastikan kesehatan masyarakatnya terjaga. Di balik layar, tenaga kesehatan terus berjuang di garis depan demi memastikan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam hiruk-pikuk perjuangan menuju pelayanan kesehatan yang adil dan terjangkau bagi semua, fokus kepada mereka yang berada di garda terdepan merupakan langkah krusial. Mereka adalah pilar tak tergantikan yang menopang ketahanan kesehatan nasional—fondasi kuat untuk masa depan Indonesia yang lebih sehat dan tangguh.
ADVERTISEMENT
Ketika berbicara tentang tenaga kesehatan, pikiran kita sering kali langsung tertuju pada sosok dokter dan perawat yang sibuk menangani pasien. Namun, peran krusial di balik sistem kesehatan tidak berhenti di situ. Ada upaya promotif dan preventif yang melibatkan berbagai profesi penting, salah satunya adalah Sanitarian. Tanpa banyak sorotan, mereka berkontribusi besar dalam menjaga kesehatan lingkungan yang langsung berdampak pada kualitas hidup masyarakat.
Lalu, siapa sebenarnya Sanitarian ini? Sejauh mana kiprah mereka dalam menjaga kesehatan bangsa?

Mandat Mulia di Balik Layar

Sanitarian mungkin bukan profesi yang kerap muncul di pemberitaan, tetapi peran mereka sangat penting dalam menjaga kesehatan lingkungan. Mereka bekerja di balik layar, bertanggung jawab atas berbagai hal—mulai dari pengelolaan limbah, ketersediaan air bersih, hingga pengawasan kebersihan makanan. Bukan hanya itu, sanitarian juga berperan dalam pengendalian vektor penyakit, seperti nyamuk dan tikus yang berpotensi menyebarkan wabah. Di balik semua itu, mereka juga terlibat aktif mengedukasi masyarakat tentang pentingnya sanitasi yang baik. Dalam senyap, sanitarian memastikan lingkungan kita tetap aman, bersih, dan sehat, agar kehidupan bisa terus berjalan tanpa gangguan.
ADVERTISEMENT
Sanitarian, meski tak selalu terlihat, tapi peran mereka ada di mana-mana, dimulai ditemukan di rumah sakit, puskesmas, hingga restoran dan instansi pemerintahan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan yang diolah Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah tenaga kesehatan di Indonesia mencapai 1,49 juta orang pada tahun 2023. Tahun tersebut menunjukan jumlah sanitarian sebanyak 24.759 orang. Seiring dengan perkembangan zaman, tugas mereka pun tak lagi sesederhana dulu. Perubahan iklim, pesatnya urbanisasi, dan ledakan populasi menjadi tantangan baru yang menambah kompleksitas pekerjaan mereka. Dalam dinamika ini, sanitarian harus terus beradaptasi mencari solusi inovatif agar keseimbangan antara kesehatan masyarakat dan lingkungan tetap terjaga.
Perkembangan teknologi yang pesat serta peningkatan standar kesehatan tak hanya membawa manfaat, tetapi juga tantangan baru. Tuntutan untuk selalu beradaptasi dengan perubahan yang cepat di dunia kesehatan membuat para sanitarian harus terus memperbarui kemampuan mereka.
ADVERTISEMENT

Sunyi Melawan Tantangan

Tak cukup hanya mengandalkan keterampilan teknis, profesi ini juga perlu pemahaman mendalam tentang kesehatan masyarakat, lingkungan, serta tren terbaru yang terus bergerak dinamis. Di tengah arus perubahan ini, sanitarian berperan penting dalam menerapkan pengetahuan mereka untuk memastikan lingkungan tetap sehat dan aman, guna mendukung kehidupan yang berkualitas bagi masyarakat luas.
Profesi sanitarian sering kali dianggap sepele, padahal tugas mereka jauh lebih berat daripada yang dibayangkan. Tidak hanya bekerja di balik meja, tugas sehari-hari sering terjun langsung ke lapangan, menghadapi berbagai rintangan.
Fikih (26), seorang sanitarian yang berdedikasi di sebuah puskesmas, bercerita tentang perjuangannya menghadapi tantangan geografis. "Beberapa desa harus diakses lewat jembatan gantung, dan saat hujan deras, kami terpaksa mencari jalur alternatif," ujarnya, Rabu, (16/10).
ADVERTISEMENT
Tantangan geografis ini kerap memaksa mereka berjalan kaki melewati jalan berlumpur atau mengendarai motor menembus hutan untuk menjalankan tugasnya. Namun, tantangan geografis bukanlah satu-satunya masalah yang dialami sanitarian. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang peran vital sanitarian sering juga menjadi kendala. "Kadang edukasi kita diabaikan. Malah ada yang menolak saat kami hendak memberikan penyuluhan," tambahnya.
Kondisi ini juga dirasakan oleh April (25), sanitarian di sebuah rumah sakit, yang sering kali dianggap remeh oleh banyak orang. “Kami dianggap cuma ngurus sampah, padahal pengelolaan limbah, baik medis maupun non medis, sangat penting dan diatur dalam perundang-undangan,” tegasnya, Kamis (17/10).
Tugas mereka sangat vital dalam menjaga keselamatan lingkungan rumah sakit dari risiko infeksi nosokomial, infeksi yang bisa menyerang pasien hingga staf medis. Dengan mengikuti protokol ketat, para sanitarian memastikan limbah diolah sesuai standar demi mencegah penularan penyakit dan menjaga kesehatan semua pihak. Tantangan demi tantangan yang mereka hadapi setiap hari adalah bukti nyata bahwa peran sanitarian tidak bisa dipandang sebelah mata.
ADVERTISEMENT
Kisah para sanitarian adalah secuil potret perjuangan di tengah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Di pelosok-pelosok negeri, mereka menjalankan tugas di tengah keterbatasan sarana dan prasarana, menghadapi berbagai situasi tak terduga yang kadang memaksa mereka berpikir cepat dan bertindak cekatan. Tantangan tak hanya datang dari medan yang sulit, tetapi juga dari keharusan untuk beradaptasi dengan budaya lokal dan membangun kepercayaan warga. Setiap langkah yang mereka tempuh, dari satu rumah ke rumah lainnya, membawa cerita inspiratif yang menggambarkan dedikasi dan ketangguhan luar biasa. Mereka tak kenal lelah untuk mengupayakan perubahan positif, memastikan setiap individu memahami pentingnya kesehatan lingkungan. Di balik kerja keras mereka, tersimpan tekad untuk membawa dampak nyata bagi masyarakat.

Harapan Untuk Masa Depan

Di balik gempuran pandemi dan berbagai ancaman kesehatan lainnya, ada sosok sanitarian yang kerap luput dari perhatian. Mereka adalah pahlawan yang bekerja tanpa pamrih di garda terdepan untuk menjaga kesehatan lingkungan dan mencegah penyebaran penyakit. Namun, meski peran mereka begitu vital, penghargaan terhadap profesi ini masih minim. Berbeda dengan tenaga medis lainnya, sanitarian jarang tampil di media atau dikenal luas oleh masyarakat. Padahal, tanpa mereka, risiko ancaman kesehatan akibat lingkungan bisa jauh lebih besar.
ADVERTISEMENT
Para sanitarian berharap ada perhatian lebih dari pemerintah, baik dalam penyediaan fasilitas maupun pengakuan peran mereka. Pada peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-60 ini, saatnya memberi apresiasi yang pantas bagi mereka yang bekerja di balik layar, memastikan kita semua terlindungi dari ancaman kesehatan yang kerap tak terlihat. Penghargaan ini bukan hanya ditujukan kepada para sanitarian, tetapi juga seluruh tenaga kesehatan dan tenaga medis yang telah berjuang keras menjaga kesehatan masyarakat.
Harapan untuk masa depan kesehatan Indonesia semakin menguat, dengan ajakan bagi seluruh lapisan masyarakat untuk lebih peduli terhadap kesehatan diri dan lingkungan. Semangat gotong royong menjadi kunci dalam menciptakan sistem kesehatan yang inklusif dan berkelanjutan, di mana setiap individu mendapatkan akses yang sama terhadap pelayanan kesehatan berkualitas. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat perlu terus diperkuat, terutama dalam upaya pencegahan penyakit dan promosi kesehatan. Dengan langkah-langkah yang terintegrasi, optimisme untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dan sejahtera semakin nyata.
ADVERTISEMENT