Joni, Sinyal 4G, dan Pengorbanan Guru Tanah Belu

Prayoga Limantara
Diplomat Indonesia pernah ditempatkan di KBRI Washington, DC. Saat ini tengah menempuh diklat Sesdilu 4.0.
Konten dari Pengguna
18 Agustus 2018 2:10 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Prayoga Limantara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Viralnya aksi Joni di media sosial tidak lepas dari upaya perbaikan infrastruktur komunikasi yang dilakukan Presiden Joko Widodo. Sinyal 4G relatif mudah ditemui di beberapa titik di perbatasan Indonesia-Timor Leste. Namun aksesnya masih terbatas dan tidak terjangkau masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
Spontanitas Ika Silalahi, diplomat Sesdilu 61 yang memvideokan aksi Joni memanjat tiang bendera, tidak lepas dari nalurinya sebagai seorang Ibu. Ia khawatir dengan keselamatan Joni ketika memanjat tiang bendera. Namun di saat bersamaan, sebagai seorang Ibu, Ika juga yakin dengan kemampuan Joni ketika maju menawarkan diri untuk memanjat. Nalurinya untuk memvideokan peristiwa heroik tersebut akhirnya viral di media sosial.
(Aksi heroik Joni viral di media sosial)
Infrastruktur Komunikasi di Perbatasan
Viralnya video Joni, tidak terlepas dari perbaikan infrastruktur komunikasi yang dilakukan pemerintahan Presiden Joko Widodo. Di perbatasan Indonesia-Timor Leste ini, sinyal 4G relatif mudah ditemui. Video Ika yang diunggah hanya beberapa saat setelah upacara berlangsung, langsung viral di-like oleh 10 ribu orang dan di-share lebih dari 100 ribu kali hanya dalam waktu 3 jam.
ADVERTISEMENT
Hasil speedtest yang dilakukan pada pukul 3 dini hari menunjukan kecepatan data yang mencengangkan. Pengguna layanan Telkomsel di Atambua dapat mengunduh data dengan rata-rata kecepatan 21,4 Mbps dan mengunggah data dengan kecepatan 10,5 Mbps.
(Tes kecepatan koneksi internet di Atambua tidak kalah dengan kecepatan di kota besar)
Maraknya penggunaan teknologi komunikasi oleh masyarakat perbatasan juga terlihat ketika diplomat Sesdilu 61 menyelenggarakan lomba HUT RI ke-73 bersama masyarakat dan pelajar di dekat Pos Lintas Batas Negara Indonesia-Timor Leste di Motaain.
Ketika menggelar lomba joget, para peserta yang terdiri dari siswa SD setempat, asyik bergoyang mengikuti lagu "Lagi Syantik" yang dipopulerkan Siti Badriah. Goyang para peserta sangat heboh, tidak kalah dengan goyang sang penyanyi di video lagu aslinya. Anak-anak ini rupanya sudah sangat familiar dengan lagu tersebut karena sering menontonnya di Youtube.
ADVERTISEMENT
(Aksi peserta lomba joget di perbatasan tidak kalah dengan penari profesional di layar kaca)
Pengorbanan Guru Belu
Pentingnya manfaat teknologi informasi dan komunikasi bagi generasi muda sangat disadari oleh kalangan pendidik di kabupaten Belu. Mereka paham bahwa penggunaan teknologi informasi dan komunikasi tidak bisa dilepaskan dari proses belajar mengajar sehari-hari.
Dalam kesempatan diskusi dan sharing antara diplomat Sesdilu 61 dengan Kepala Sekolah se-kabupaten Belu, para tenaga pengajar ini berkeluh kesah tentang tantangan yang mereka alami saat mengajar. Beberapa sekolah unggulan di kota kabupaten memang sudah dilengkapi dengan fasilitas ajar yang sangat baik. Namun, ada lebih banyak sekolah di pelosok kabupaten Belu yang masih membutuhkan perhatian dari segenap elemen masyarakat dan Pemerintah Pusat.
ADVERTISEMENT
(Direktur Sesdilu, M. Aji Surya, saat memberikan sambutan di hadapan Kepala Sekolah se-Kabupaten Belu)
"Moratorium pengangkatan PNS oleh Pemerintah Pusat sangat menyulitkan kami di daerah. Mayoritas guru yang mengajar di sini adalah guru komite (honorer) dengan gaji hanya 100-200 ribu rupiah per bulan." terang Marsianus Loe, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Belu kepada para diplomat.
Hal ini jelas tidak sebanding dengan antusiasme tinggi para tenaga pengajar tersebut demi mendukung kemajuan siswanya.
Di tengah keterbatasan tersebut, para guru di kabupaten Belu tidak segan merogoh sakunya sendiri untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. "Di sekolah kami tidak ada fasilitas internet atau WiFi. Akhirnya kami harus mengeluarkan uang 25-100 ribu rupiah per bulan untuk membeli paket data guna mendukung minat siswa." keluh beberapa Kepala Sekolah pada sesi tersebut.
ADVERTISEMENT
Ada banyak Joni di perbatasan Indonesia-Timor Leste. Tidak sulit menemukan anak-anak kecil yang pemberani, tangkas, dan cerdas di kota ini. Namun tanpa dukungan peningkatan kesejahteraan tenaga pengajar dan infrastruktur pendidikan yang memadai, mimpi Joni hanya tinggal menjadi janji.
--o0o--