Konten dari Pengguna

Jebakan Porter dan Disrupsi Pasar

Prayudi Newoto
Business and Management Strategist. Senior Consultant at Organization Transformation International (OTI).
6 November 2017 15:12 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Prayudi Newoto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jebakan Porter dan Disrupsi Pasar
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Seorang GM bizdev sebuah perusahaan besar yang menjadi klien saya mengeluh, "Kami sudah melakukan semua hal yang perlu dilakukan, bahkan lebih. Segala hal, dari A sampai Z, yang dibutuhkan untuk melanggengkan keunggulan bersaing kami dan memantapkan posisi kami di pasar telah ter-cover. Tapi kenapa dampaknya nihil? Bagai mengecat langit saja... "
ADVERTISEMENT
Yah, sebenarnya keluhan macam begini bukan kali pertama saya dengar dari klien. Perusahaan-perusahaan besar dan (eks) penguasa pasar sekalipun. Inilah contoh bahaya serius dari "jebakan Porter."
Bisa kita lihat sendiri dalam lingkungan bisnis sehari-hari bahwa sebagian besar strategi korporat dan marketing sekarang ini didasarkan pada konsep lawas Michael Porter, yakni konsep keunggulan bersaing yang berkelanjutan (sustainable competitive advantage). Konsep ini berpijak pada ide bahwa membangun kekuatan atau keunggulan yang unik dan sulit ditiru dalam lingkup operasional perusahaan akan membuat perusahaan itu sukses. Keunggulan tersebut dapat dibangun melalui cost leadership, diferensiasi fitur atau benefit, inovasi dalam pengembangan produk atau keunggulan operasional.
Namun sayangnya, era keunggulan bersaing sepertinya sudah tamat alias modar, ko'it, isdet. Dalam dunia yang bergerak dengan sangat cepat sekarang ini, keunggulan bersaing apa pun tidak akan bisa bertahan lama. Dengan cepat, para pesaing bisa menyusul ketertinggalan dan menawarkan produk atau jasa yang sama secara lebih cepat dan lebih murah.
ADVERTISEMENT
Jadi, jika kita melihat sebuah kekuatan disruptif yang berpotensi mempengaruhi industri kita, pastikan kita menjawab tiga pertanyaan ini dengan benar:
1. Di bisnis apa kita bermain sekarang? Jangan jawab pertanyaan ini dengan definisi teknologinya, penawarannya, ataupun kategorinya. Jawablah dengan menjabarkan masalah apa yang kita pecahkan untuk kepentingan pelanggan. Salah satu titik kegagalan Kodak adalah saat mereka tidak memandang diri mereka sebagai perusahaan "berbagi momen," dan malah terus mengadopsi perspektif perusahaan film foto.
2. Peluang-peluang apa saja yang dihadirkan oleh kekuatan disruptif tersebut? Walaupun kerap dipandang sebagai ancaman, kekuatan disruptif sebenarnya menghadirkan peluang pertumbuhan yang luar biasa besar. Disrupsi selalu memperluas pasar, namun juga selalu mentransformasi model bisnis.
ADVERTISEMENT
3. Kapabilitas apa saja yang kita butuhkan untuk merealisasikan peluang-peluang tersebut? Kalau mau jujur, para pemain utama di suatu bisnis memiliki kesempatan paling besar untuk menangkap berbagai peluang disruptif. Meraka jelas memiliki berbagai kapabilitas penting seperti akses ke pasar, teknologi, dan neraca keuangan yang sehat.
Penulis adalah Senior Consultant di Organization Transformation International (OTI). Email: [email protected]