Apa yang terjadi sesudah itu, samar kuingat.
Aku ingat saat perlahan memusatkan perhatian pada pemandangan di depanku—kaki-kaki jenjang dalam sepatu hak tinggi, kaki kukuh dibalut pantofel, bahkan beberapa mengenakan sepatu kets. Kaki yang mana yang bertanggung jawab mendorong jasad Marianne ke sini?
Didorong suatu emosi, perlahan tapi pasti aku menjauh dari Marianne. Aku nyaris telat beberapa detik. Sepasang sepatu—tidak, dua pasang!—mendekati tubuh Marianne. Aman di tempatku berada, aku bisa melihat seseorang mengintip ke bawah meja.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814