Konten dari Pengguna

Pengujian Substantif Pada Persediaan Untuk Deteksi Kecurangan

Prima Husyada Pedayasa
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang Jurusan S1 Akuntansi Dosen Pengampu : Sri Dewi Wahyundaru Email : sridewi(at)unissula.ac.id
7 November 2020 15:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Prima Husyada Pedayasa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Persediaan
Dalam perusahaan dagang, persediaan hanya terdiri satu golongan, yaitu persediaan barang dagang, yang merupakan barang yang dibeli untuk tujuan dijual kembali. Dengan demikian maka persediaan merupakan suatu aktiva lancar perusaahaan, dimana tujuannya adalah untuk dijual kembali dan untuk mendapatkan profit. Mulyadi (2014: 553)
ADVERTISEMENT
Ada dua macam pencatatan persediaan yaitu metode mutasi persediaan (perpetual inventory method) dan metode persediaan fisik (phisical inventory method). Dalam metode persediaan fisik, hanya tambahan persediaan dari pembelian saja yang dicatat, sedangkan mutasi kekurangannya persediaan karena pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan. Untuk mengetahui berapa harga pokok persediaan yang dipakai atau dijual, harus dilakukan dengan perhitungan fisik sisa persediaan yang masih adadi gudang pada akhir periode akuntansi. Metode persediaan fisik adalah cocok digunakan dalam penentuan biaya bahan baku dalam perusahaan yang bahan pokok produknya yang dikumpulkan dengan metode harga pokok proses. Metode mutasi persediaan adalah cocok digunakan dalam penentuan biaya bahan baku dalam perusahaan yang harga pokok produknya dikumpulkan dengan metode harga pokok pesanan.
ADVERTISEMENT
Sediaan umumnya mendapat perhatian yang lebih besar dari auditor di dalam auditnya karena berbagai alasan berikut ini:
1. Umumnya sediaan merupakan komponen aktiva lancar yang jumlahnya cukup material dan merupakan objek manipulasi serta tempat terjadinya kesalahan-kesalahan besar.
2. Penentuan besarnya nilai sediaan secara langsung mempengaruhi kos barang yang dijual sehingga berpengaruh pula terhadap perhitungan laba tahun yang bersangkutan.
3. Verifikasi kuantitas, kondisi, dan nilai sediaan merupakan tugas yang lebihkompleks dan sulit disbanding dengan verifikasi sebagian besar unsure laporan keuangan yang lain.
4. Seringkali sediaan disimpan di berbagai tempat sehingga menyulitkan pengawasan dan penghitungan fisiknya.
5. Adanya berbagai macam sediaan menimpulkan kesulitan bagi auditor dalam melaksanakan auditnya.
Tujuan Pengujian Substantif pada Persediaan
ADVERTISEMENT
1. Meyakini keandalan catatan akuntansi yang berkaitan dengan persediaan.
2. Membuktikan asersi keberadaan persediaan yang terdapat di neraca dan keterjadian transaksi yang berhubungan dengan persediaan.
3. Membuktikan asersi kelengkapan transaksi yang berkaitan dengan persediaan yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo persediaan yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan asersi hak kepemilikan klien atas persediaan yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan asersi penilaian persediaan yang dicantumkan di neraca.
6. Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan persediaan di neraca.
Terdapat 3 jenis pengujian substantif, yaitu :
1. Pengujian substantif atas transaksi
Tujuan dari pengujian substantif atas transaksi adalah untuk menentukan apakah semua tujuan audit berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit objectives) telah terpenuhi untuk setiap kelastransaksi. Sebagai contoh auditor melakukan pengujian substantif atas transaksi untuk menguji apakah transaksi yang dicatat benar-benar ada dan transaksi yang ada semua telah dicatat.
ADVERTISEMENT
Auditor juga melakukan pengujian ini untuk menentukan apakah transaksi belanja telah dicatat dengan benar, transaksi belanja telah dicatat pada periode laporan yang tepat, belanja telah diklasifikasikan dengan benar dalam neraca, dan apakah belanja telah diikhtisarkan dan diposting dengan benar ke buku besar. Jika auditor merasa yakin bahwa transaksi-transaksi telah dicatat dan diposting dengan benar, auditor dapat meyakini bahwa jumlah dalam buku besar juga benar.
2. Prosedur analitis
Prosedur analitis mencakup perbandingan-perbandingan dari jumlahjumlah yang dicatat dengan jumlah yang diharapkan yang disusun oleh auditor. Biasanya juga prosedur analitis mencakup perhitungan rasio-rasio oleh auditor untuk membandingkan dengan rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan. Dua tujuan utama prosedur analitis yang dilakukan pada tahap pelaksanaan audit atas saldo akun adalah sebagai berikut :
ADVERTISEMENT
• Mengindikasikan kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan
• Mengurangi pengujian terinci atas saldo.
• Memahami bidang usaha klien.
• Menetapkan kelangsungan hidup suatu satuan usaha.
3. Pengujian terinci atas saldo
Hampir sama halnya dengan pengujian atas transaksi, pengujian rincian saldo harus dilakukan dengan memenuhi semua tujuan audit yang berkaitan dengan saldo bagi masing-masing akun yang signifikan. Pengujian atas saldo akun juga sangat penting karena bukti-bukti biasanya diperoleh dari sumber independen dengan tingkat keyakinan yang lebih tinggi. Metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi empat tahapan, yaitu:
• Menilai materialitas dan risiko bawaan suatu akun.
• Menetapkan risiko pengendalian.
• Merancang pengujian transaksi dan prosedur analitis.
• Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit secara memuaskan.
ADVERTISEMENT
Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Substantif
1. Auditor melakukan wawancara kepada para karyawan atau staf ahli yang bersangkutan sesuai dengan pekerjaan yang ditugaskan untuk mengetahui beberapa hal kesalahan yang ada.
2. Melakukan observasi secara langsung terhadap kinerja karyawan dalam melasanakan tugas mereka.
3. Audit menginspeksi seluruh dokumen dan catatan perusahaan selama beberapa periode yang perlukan untuk diaudit.
4. Pengecekan kembali semua perhitungan transaksi dan saldo-saldo perusahaan yang bersangkutan untuk mengetahui benar tidaknya pembukuan akun saldo perusahaan.
5. Audit mengkonfirmasi kepada pihak yang bersangkutan seperti pimpinan perusahaan, dewan direksi, dan lainnya.
6. Audit menganalisis terhadap semua dokumen, catatan perusahaan, dan pembukuan saldo akun perusahaan atau laporan keuangan perusahaan.
7. Melakukan tracing semua dokumen dan catatan perusahaan.
ADVERTISEMENT
8. Melakukan vouching apabila ada kesalahan atau kecurangan untuk menemukan titik permasalahan atau bukti kecurangan.
Referensi:
Mulyadi. 2014. Auditing Edisi 6, Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
https://datakata.wordpress.com/2014/12/26/pengujian-pengendalian-dan-pengujian-substantif/
https://www.e-akuntansi.com/2015/09/berbagai-macam-pengujian-audit.html