Anak Menderita Asma? Yuk, Main Bulutangkis!

Pringadi Abdi Surya
Penulis paruh waktu. Pencinta penuh waktu.
Konten dari Pengguna
9 Februari 2022 15:09 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pringadi Abdi Surya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Main bulutangkis di halaman. Sumber: Qureta
zoom-in-whitePerbesar
Main bulutangkis di halaman. Sumber: Qureta
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Masih teringat dalam benak, ada satu “musim” yang digemari masyarakat Indonesia. Musim itu adalah “musim bulutangkis”. Musim bulu tangkis ini terjadi tatkala ada event besar bulu tangkis yang ditayangkan di televisi seperti Thomas-Uber Cup dan All-England. Tidak peduli umur, masyarakat berbondong-bondong memegang raket, dan lapangan bulu tangkis yang biasanya sepi dipenuhi orang-orang. Anak-anak pun ikut bermain di halaman-halaman rumah, meski tanpa net dan lapangan yang memadai.
ADVERTISEMENT
Bila ditanya olahraga apa yang menjadi DNA rakyat Indonesia, aku tak ragu itu bilang bulutangkis. Sederet prestasi terukir dalam lini sejarah kita. Rasa bangga hadir, lebih dari mengucap NKRI Harga Mati di setiap menonton smash dari atlet-atlet kita masuk ke daerah lawan. Buat saya, terutama ganda putra selalu berhasil menyedot perhatian. Nama-nama seperti Ricky Subagja-Rexy Mainaky, Candra-Sigit, Hendra-Ahsan, hingga yang terbaru Marcus Gideon-Kevin Hendrawan adalah simbol perjuangan yang tak tergantikan.
Saya termasuk yang menggandrungi olahraga ini sejak kecil karena selain legacy di atas, olah raga ini ternyata menjadi salah satu olahraga yang “aman” buat penderita asma. Ya, saya adalah penderita asma sejak kecil, dan penyakit itu juga menurun kepada kedua anak saya.
ADVERTISEMENT
Asma adalah kondisi pernapasan kronis yang dapat menyebabkan saluran udara di paru-paru menjadi meradang sehingga sulit untuk memindahkan udara masuk dan keluar.
Banyak faktor dan kegiatan dapat menyebabkan gejala asma. Faktor-faktor ini disebut pemicu, dan bentuknya bervariasi pada setiap orang. Pemicu umum termasuk asap rokok, bulu hewan, debu, serbuk sari tanaman, polusi, asap dari kayu atau rumput yang terbakar, infeksi sinus dan alergi, cuaca buruk, serta wewangian.
Setidaknya seminggu sekali, aku akan mengajak anakku bermain bulu tangkis meski hanya di halaman rumah. Meski harus berhenti, tiap kali angin berembus terlalu kencang. Selain alasan kesehatan, itulah salah satu caraku membangun bonding dengan anak.
Olahraga dengan raket seperti tenis dan bulu tangkis memang memungkinkan dilakukan oleh penderita asma. Olahraga jenis ini memungkinkan kita untuk beristirahat secara teratur. Kita bisa mengendalikan kecepatan permainan serta bisa beristirahat dan minum air kapan saja. Intensitas olahraga juga bisa berkurang jika kita bermain berpasangan.
ADVERTISEMENT
Yang lebih mengejutkan, banyak atlet kenamaan tidak mengubur mimpinya menjadi atlet bulu tangkis meski menderita asma. Sebut saja Viktor Axelsen asal Denmark. Ia juga penderita asma. Begitu pula dengan pebulutangkis asal India, Parupalli Kashyap, yang merupakan suami dari Sania Nehwa.
Sayangnya, saya sadar diri soal bakat itu, meski pernah nekat ikut lomba antar kelas—dan kalah. Bahkan ketika berkuliah, aku sempat masuk klub bulu tangkis, meski hanya hadir dalam beberapa pertemuan.
Buat para orang tua sekalian, yang juga suka menemani anak-anaknya bermain bulu tangkis sejak dini, mungkin bisa sekalian mengenali bakat yang mereka miliki. Mana tahu anak-anak kita adalah salah satu dari bibit muda yang kelak akan mengharumkan nama bangsa.
Jangan ragu untuk menyekolahkan mereka agar kemampuan mereka bertambah baik secara pengetahuan permainan maupun mental. Sekarang sudah banyak sekolah bulu tangkis, salah satunya Gideon Badminton Academy. Pasangan ganda putra Kevin Sanjaya Sukamulya ini mendirikan Gideon Badminton Hall yang berlokasi di Jl. Swadaya Pabuaran No.1, Ciangsana, Kec. Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat. Gedung yang dibangun selama satu tahun oleh Marcus Gideon tersebut memiliki 10 lapangan badminton di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Bekerja sama dengan IndiHome, akan terselenggara IndiHome Gideon Badminton Academy atau IGBA, sebuah kompetisi tingkat nasional yang harapannya dapat membantu anak-anak untuk menggapai mimpi dan cita-cita sebagai atlet bulutangkis agar kelak dapat mengharumkan nama bangsa Indonesia di kancah nasional maupun internasional.
Uniknya, dalam IGBA ini, calon peserta akan mulai diseleksi dengan cara membuat dan mengunggah 1 (satu) video dengan total durasi maksimal 5 (lima) menit pada YouTube Channel peserta/ orang tua/ wali yang berisi motivasi serta mengikuti IGBA 2 (dua) menit dan memperlihatkan peserta saat melakukan permainan/ pertandingan yang ada gerakan servis, smash, backhand dan forehand dengan durasi video maksimal 3 (tiga) menit sebelum berkompetisi langsung secara fisik.
Yuklah, buruan ajak anak-anak kita ikut serta dalam IGBA!
ADVERTISEMENT
Selain bulu tangkis, beberapa olahraga ini juga dianjurkan untuk penderita asma:
Jalan kaki
Penelitian menunjukkan bahwa jalan kaki tiga kali seminggu selama 12 minggu mampu mengendalikan asma dan meningkatkan kebugaran tubuh tanpa memicu gejala asma. Dianjurkan untuk berjalan kaki selama 30 menit disertai dengan pemanasan dan pendinginan masing-masing selama lima menit.
Yoga
Yoga disebut mampu membantu meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi risiko kekambuhan gejala pada penderita penyakit asma.
Bersepeda
Bersepeda santai tidak memicu asma. Berbeda dengan bila kita mengayuh sepeda dengan kecepatan 30 km/jam atau bersepeda di medan yang sulit dan menanjak. Bersepeda secara rutin juga mampu menjaga kesehatan pernapasan.
Berenang
Berenang dapat membangun otot-otot yang digunakan untuk bernapas serta membuat paru-paru mendapatkan banyak udara hangat dan lembap. Namun, jangan berenang terlalu lama apalagi hanya berendam di dalam air, terutama air yang mengandung kaporit yang kuat yang justru dapat berdampak buruk pada paru-paru kita.
ADVERTISEMENT