Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Belajar dari Transformasi Jorong Tabek di Talang Babungo
4 Desember 2022 21:18 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Pringadi Abdi Surya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dengan susah payah, kukendarai sepeda motor adikku. Jalanan menanjak curam, ditambah licin sehabis hujan semalam, membuat tingkat kesulitan berkendara bertambah.
ADVERTISEMENT
Pagi itu, aku dan istriku, serta anakku yang bungsu, berkeinginan melihat air terjun Timbulun di Silanjai. Setidaknya, itulah salah satu agendaku bila pulang kampung ke Nagari Talang Babungo di Sumatra Barat.
Nagari Talang Babungo bisa dibilang salah satu nagari terindah di Sumatra Barat. Nagari ini terdiri dari beberapa jorong (dusun) yakni Talang Timur, Talang Barat, Bulakan, Silanjai, Tabek, Taratak Dama, dan Taratak Jarang.
Bentangan nagari ini sangat indah, dikelilingi perbukitan, sehingga menjadikannya sebagai salah satu desa wisata favorit di Sumatra Barat dan pernah masuk dalam sebagai destinasi dalam acara petualangan di televisi.
Air terjun Timbulun tadi misalnya, masuk di dalam tayangan Si Bolang. Perjalanan menuju air terjun sangat seru. Selain jalanan yang menanjak (yang alhamdulillah sudah disiram batu dan semen), kita harus melewati pematang sawah.
ADVERTISEMENT
Perlu sangat berhati-hati meniti pematang sawah tersebut kalau tidak mau terperosok. Akan sangat indah bila kita bermain ke sini pada saat sawah sedang hijau-hijaunya atau tatkala menjelang panen. Tarasering yang tersusun rapi di perbukitan Silanjai bisa diadu dengan persawahan lain di Ubud atau Majalengka.
Jorong yang sudah menasional lebih dahulu sebenarnya bukan Silanjai, melainkan Jorong Tabek. Pada tahun 2016, Jorong Tabek masuk sebagai salah satu Kampung Bersemi Astra (KBA) setelah mengalami kebakaran hebat pada akhir tahun 2015.
Di situlah, transformasi dimulai. Tabek yang mulanya penuh semak belukar, pelan-pelan pandai merias diri. Jalan-jalan di jorong ditanami bunga-bunga yang sangat indah. Semboyannya Kampung Seribu Bunga. Jalanan pun sudah dicor rapi. Lalu jorong tersebut dibagi menjadi beberapa area dengan point of view yang berbeda-beda. Total ada 11 area dan masing-masing area terdiri dari sekitar 40 Kepala Keluarga. Uniknya, di setiap zona terdapat halte yang terbuat dari bambu dan pohon enau yang sudah produksi, halte ini bertujuan sebagai tempat pemberhentian, berdiskusi dan bersantai bagi masyarakat.
Saya pribadi sempat berhenti di Zona X. Sawahnya sudah mulai menguning. Anak-anak bermain layang-layang dengan riang gembira. Sungguh, suasana yang indah sekali. Lingkungan yang asri ini adalah salah satu pilar yang disentuh oleh KBA.
ADVERTISEMENT
Selepas itu, tak lupa kami mengunjungi Rumah Pintar. Sejumlah buku tersusun rapi di rak. Tampak beberapa anak-anak dan remaja duduk manis membaca buku di rumah begonjong di Jorong Tabek itu. Lewat jendela dunia, mereka menganali berbagai macam hal—dan dari jendela Rumah Pintar itu angin khas Talang Babungo yang sejuk menyapa mereka semua.
Rumah Pintar yang mulai dibangun pada tahun 2018 itu mampu menjadi ikon baru bagi Tabek. Ke depannya, Rumah Pintar Tabek ini direncakan akan dibuat juga sebagai museum peninggalan sejarah Minang, terutama dari sisi budaya yang adadi Jorong Tabek atau Nagari Talang Babungo.
Warga Talang Babungo pada umumnya adalah warga yang mencintai pendidikan. Hal itu disadari betul oleh Kampung Jorong Tabek sehingga membangun Rumah Pintar sebagai wahana menumbuhkan minat literasi sejak dini. Anak-anak di sana, yang kebanyakan berasal dari keluarga petani yang pas-pasan, banyak yang berani menggapai mimpi pendidikan hingga perguruan tinggi, merantau ke seberang pulau lalu kembali sebagai “orang”. Tengok saja bila Idulfitri tiba, sepanjang jalan nagari, mobil-mobil berjajar rapi, tanda orang-orang di perantauan kembali.
ADVERTISEMENT
Kecintaan pada pendidikan itu juga tecermin dari MIS Muallimin Tabek, madrasah yang dulunya dijuluki kandang kuda itu, kini berubah menjadi sekolah terbaik dengan fasilitas lengkap.
Hal ini sesuai dengan pilar KBA berikutnya, yaitu pendidikan. Saat itu, MIS Mualimin Tabek terpilih menjadi satu-satunya sekolah dasar binaan Astra dalam program KBA di Provinsi Sumatera Barat. Dan pelan-pelan MIS Muallim pun bangkit menuai prestasi setelah mendapatkan berbagai bantuan Astra, mulai dari pembangunan MCK, gerbang, perpustakaan, laboratorium komputer, ruang UKS dan semua perlengkapannya. Penyempurnaan sarana ini membuat MIS Muallimin Tabek kian lengkap. Selain MIS Mualimin, KBA juga membina TK Al Makmur.
Pada pilar berikutnya, KBA juga memantik sisi kewirasusahaan masyarakat. Jorong Tabek dikenal sebagai daerah produsen aren dan tebu. Kita bisa melihat batang tebu selain sawah di sepanjang jalan Tabek.
ADVERTISEMENT
Batang tebu itu menjadi identitas masyarakat Talang Babungo. Sehari-hari mayoritas masyarakat bertukang. Di sela-sela itu, mereka berladang. Mereka mengolah tebu menjadi gula setelah panen, namun masih dengan cara yang konvensional.
Astra pun ikut urun ide untuk memangkas proses pengolahan tebu agar menjadi lebih efisien. Mesin kilang tebu semi modern dibuat dan dengan mesin itu, proses mencetak gula tebu tidak lagi harus berdiang api. Mesin kilang tebu semi modern ini pada akhirnya menaikkan produksi gula tebu selain mengurangi biaya produksi. Biaya mengolah tebu yang semula mencapai Rp80 ribu hanya menjadi Rp40 ribu untuk sekali pengolahan. Dan gula yang dihasilkan naik 6x lipat, dari semula 50 kg gula tebu per hari menjadi 300 kilogram bahkan lebih gula tebu per hari.
ADVERTISEMENT
Selain gula tebu, masyarakat Jorong Tabek juga memproduksi gula semut. ASTRA memberikan satu unit mesin pembuat gula semut bekerja sama dengan Universitas Andalas. Ilmu membuat gula semut ini masih terbilang baru bagi masyarakat Tabek. Ke depannya, PR dalam kewirasusahaan ini masih banyak, termasuk bagaimana dari sisi pemasaran dan distribusi.
Pilar terakhir yaitu kesehatan. Pada pilar ini Astra secara rutin melakukan pendampingan kepada KBA Jorong Tabek di antaranya dengan memberikan bantuan kepada Posyandu di Tabek berupa perlengkapan kesehatan ibu dan anak.
Jorong Tabek terus bersolek. Tidak hanya Jorong Tabek sih, jorong-jorong lain di Nagari Talang Babungo juga demikian. Berbagai lapisan masyarakat turut membantu dalam mempersoleknya.
Salah satunya adalah cerita dari mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Negeri Padang (UNP). Sepajang jalan di Jorong Tabek, dibuat taman literasi dengan tumbuhan bunga dan tanaman obat yang diberi label/keterangan sesuai nama daerah/nama latin dan karakteristik tumbuhan dan QR Code (link ke wikipedia). Tim Dosen Universitas Negeri Padang (UNP) pun melaksanakan pengabdian berupa pelatihan digital printing agar ada peningkatan keterampilan desain kemasan produk bagi Kelompok Ekonomi Kreatif KBA Jorong Tabek.
ADVERTISEMENT
Nagari Talang Babungo yang juga merupakan salah satu Desa Wisata di Sumatra Barat mencanangkan slogan one jorong one destinasi, one jorong one sanggar dan one jorong one rumah tahfiz. Tahun lalu misalnya telah diresmikan Pincuran Puti di Jorong Taratak Jarang yang berbatasan langsung dengan Jorong Tabek, pusat KBA Talang Babungo.
Saat ini, KBA Tabek Talang Babungo telah mempersiapkan diri dengan memiliki 29 homestay dengan 45 kamar guna menyambut wisatawan yang akan datang kemari.
Kamu yang ingin datang kemari, pasti bertanya-tanya, di mana tepatnya Nagari Talang Babungo ini, di Sumatra Barat bagian mana? Pasti banyak yang bertanya seperti itu. Nagari itu ada di Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok. Bila kamu mulai dari Padang, berjalanlah melewati Sitinjau Laut, sampai Simpang Lubuk Lasih. Dari sana biasanya orang-orang akan berwisata terlebih dahulu di kebun teh lalu lanjut ke Danau Kembar di Alahan Panjang. Nah, Nagari Talang Babungo tinggal belasan kilometer dari Danau Kembar yang kerap dijuluki Kota Dingin Tanpa Salju. Jadi, segera susun rencanamu!
ADVERTISEMENT