Menjadi Orang Tua yang Bersahabat dengan Paket Internet Cepat

Pringadi Abdi Surya
Penulis paruh waktu. Pencinta penuh waktu.
Konten dari Pengguna
10 Februari 2023 21:03 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pringadi Abdi Surya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernahkah kamu memikirkan ingin jadi orang tua yang seperti apa bagi anak-anakmu?
ADVERTISEMENT
Itulah pertanyaan yang pernah ditanyakan istriku beberapa waktu lalu. Pertanyaan itu membuatku merenung, lalu tidak bisa memungkiri bahwa selama ini pola pengasuhanku tidak bisa dilepaskan dari memori pengasuhan yang kuterima dari orang tuaku.
Satu ciri yang belakangan kusadari (dan mungkin menjadi kesalahan) adalah menerapkan standar yang sama seperti yang kualami itu, sehingga aku memandang anakku juga harus mampu mencapai apa-apa yang kucapai saat seumurnya. Itu salah karena setiap anak terlahir berbeda dengan kekhususan potensinya.
Kembali menjawab pertanyaan di atas, aku ingin menjadi orang tua yang bisa berperan sebagai sahabat. Tidak ada sekat yang terlalu tebal antara kami sehingga seharusnya ia bisa bebas bercerita, bertanya, berdiskusi, mengenai apa saja denganku. Terlebih kedua anakku adalah anak perempuan, yang membutuhkan sosok ayah sebagai lelaki yang dapat menjadi cinta pertamanya. Seperti kata Rahul Khan dalam film Kuch-kuch Hota Hai, cinta adalah persahabatan. Bagaimana mungkin anak-anakku jatuh cinta padaku apabila aku tidak mampu menjadi sahabat mereka?
ADVERTISEMENT

Friendly & Firm Parenting, Mendisiplinkan Anak Secara Bersahabat dan Tegas

Dalam rangka menjadi orang tua yang demikian, belakangan aku semakin rajin membaca buku parenting. Salah satu buku yang kubaca baru-baru ini berjudul Friendly & Firm Parenting, Mendisiplinkan Anak Secara Bersahabat dan Tegas.
Sumber: Penerbit Andi
Buku ini terdiri dari beberapa bab. Pertama soal Friendly and Firm Parenting itu sendiri yang membahas bagaimana orang tua harus belajar menjadi teman/sahabat bagi anak-anaknya. Tentu saja itu tidak mudah karena kita harus sering menyediakan waktu bermain bersamanya, bersikap menghargainya, dan menurunkan ego agar tidak meletakkan diri pada posisi yang butuh sangat dihormati.
Bab kedua buku ini adalah mengenai disiplin positif. Di sini kita mulai belajar memahami perkembangan emosi anak, kemudian pelan-pelan menanamkan disiplin pada anak. Selain itu, kita juga mulai belajar ilmu mengenai pertentangan pendapat dengan anak-anak dan bagaimana diskusi dalam sebuah rapat keluarga harus terjadi.
ADVERTISEMENT
Meskipun menjadi sahabat, bukan berarti kita tidak punya ketegasan. Bab ketiga dibahas mengenai bagaimana cara memberi hukuman yang baik kepada anak dan apa-apa saja yang dilarang seperti membentak dan memberikan hukuman fisik.
Pada bab terakhir, buku ini menyajikan beberapa kasus disiplin anak. Yang mungkin sangat relevan buatku adalah bagaimana menanamkan sikap yang rajin bersih-bersih dan rajin mandi. Mengajarkan anak untuk menjaga kebersihan ini sudah harus dilakukan sejak anak berusia 6 tahun. Salah satu tipsnya adalah adanya hari bersih-bersih keluarga, ketika orang tua melibatkan anaknya untuk ikut membersihkan rumah dengan pembagian tugas yang terbuka. Untuk kebiasaan barang yang berceceran, perlu difasilitasi keranjang besar di tiap ruangan untuk meletakkan barang-barang tersebut.
ADVERTISEMENT

Praktik Pengasuhan dengan Pendampingan Digital

Buku ini sedikit banyak menambah ilmu pengasuhanku. Pada intinya, menjadi sahabat juga harus terus memberikan contoh yang baik kepadanya. Contoh aturan yang cukup berhasil kutegakkan adalah mengenai penggunaan gawai di rumah. Tantangan menjadi orang tua sekarang itu berat karena sudah zaman digital. Dan banyak orang tua menjadikan gawai sebagai obat tantrum. Aku tidak mau seperti itu sehingga kubuat aturan mengenai penggunaan gawai.
Aturan itu adalah adanya porsi yang lebih besar penggunaan gawai untuk kepentingan belajar. Kalau sudah terpenuhi kuota waktu belajarnya, baru boleh digunakan untuk menonton/main dengan waktu yang dibatasi. Sejak memasang IndiHome dari Telkom Indonesia di rumah yang memberikan pelayanan paket internet cepat, aktivitas di dunia maya harus bisa digunakan seefektif mungkin. Misal, paket internet cepat itu digunakan untuk membaca buku digital. Buku Friendly & Firm Parenting, Mendisiplinkan Anak Secara Bersahabat dan Tegas ini pun kubaca secara daring di Gramedia Digital. Aku harus bisa memberikan contoh bahwa aku juga menggunakan gawai untuk membaca buku. Sendirinya, mereka juga tertarik untuk membaca buku digital. Sang Kakak sudah fasih menggunakan aplikasi itu dan entah sudah berapa puluh buku atau bahkan sudah lebih 100 buku yang dibacanya selama ini. Sementara sang adik yang baru berusia 6 tahun April nanti juga terpengaruh dan beberapa bulan belakangan meminta dibacakan 1 buku per malam sebelum tidur sampai kini ia sudah bisa membaca sendiri—meski masih belum mengerti tanda baca.
ADVERTISEMENT
Paket internet cepat itu juga berguna untuk les online. Sang Kakak sudah ku ikutkan les bahasa Inggris di Speaking Partner. Setiap hari ia akan belajar bahasa Inggris via aplikasi Zoom dan alhamdulillah, bukan hanya paket internet cepat, tetapi juga stabil, sehingga ia mampu mengikuti pembelajaran dengan baik. Sebagai ayahnya, aku juga harus memberikan contoh bahwa aku juga terus melakukan pengembangan diri lewat les-les online.
Kami punya mimpi bahwa beberapa tahun lagi kami dapat boyongan ke luar negeri. Aku memiliki mimpi untuk meneruskan kuliah doktoral ke luar negeri sehingga dalam 1-2 tahun ini secara intensif kami harus belajar bahasa Inggris supaya bisa berkomunikasi dengan baik selama di sana.
Yang belum kami punya di rumah itu malah televisi. Baru-baru ini aku rajin melihat televisi dan berniat memilikinya. Tujuannya adalah agar family time itu tercipta lewat jalan bersama-sama menjadi keluarga sehat. Dengan teknologi Android TV, paket internet cepat pun bisa digunakan untuk menonton tayangan yang bermanfaat dalam layar yang lebih lebar (dibanding ponsel dan laptop). Menyadari bahwa tantangan perbedaaan cuaca di luar negeri nanti, kami ingin menyiapkan fisik yang lebih baik. Sehingga ada keinginan senam/olahraga bersama secara rutin kami lakukan yang panduannya bisa dilihat di berbagai channel Youtube.
ADVERTISEMENT
Selain itu, tontonan anak akan lebih terkontrol apabila dilakukan di televisi sebab kami bisa memantau langsung apa yang mereka tonton. Kalau dengan gawai, di dalam kamar, ada risiko salah tonton yang tidak kami ketahui.
Begitulah, apa-apa yang ada di kepalaku bakda membaca buku ini. Jadi kalau kamu, ingin jadi orang tua yang seperti apa bagi anak-anakmu?