Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Semangat Kemanusiaan dalam Kebijakan Pemerintah dan Kebijaksanaan Masyarakat
12 Juni 2022 21:09 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Pringadi Abdi Surya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pernahkah teman-teman mendengar tentang UMi? UMi adalah Ultramikro. Istilah ini mengacu pada jenis kredit yang diberikan pemerintah kepada pemilik usaha Ultramikro atau yang sangat kecil ruang lingkupnya. Kebetulan, unit yang menaunginya adalah Direktorat Sistem Manajemen Investasi, salah satu unit eselon II di bawah Ditjen Perbendaharaan yang merupakan tempatku bekerja.
UMi ini menurutku adalah salah satu perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab. Pemberdayaan masyarakat dilakukan kepada setiap lapisan masyarakat. Bagi mereka yang sudah tidak bisa meningkatkan taraf hidupnya terlebih akibat dampak pandemi, Pemerintah memberikan bantuan sosial. Keluar dari zona bantuan sosial, Pemerintah memberikan kredit ultra mikro. Setelah usahanya menjadi lebih baik, naik kelaslah ia menjadi usaha mikro, kecil, dan menengah, dan seterusnya yang masing-masing telah memiliki ukuran tangan Pemerintah.
ADVERTISEMENT
Itu adalah salah satu contoh bentuk kemanusiaan yang adil dan beradab dalam hal pemberdayaan ekonomi masyarakat. Contoh lainnya adalah kebijakan BBM satu harga dari ujung Sumatra hingga ujung Papua, Pemerintah berkomitmen menetapkan harga BBM yang sama.
Begitu juga dengan komitmen untuk menghadirkan koneksi/jaringan internet di seluruh Indonesia. Hal tersebut juga merupakan salah bentuk memanusiakan manusia Indonesia.
Coba bayangkan efeknya yang saling berhubungan ketika pandemi melanda. Aktivitas yang tadinya offline menjadi serba online. Kerja. Sekolah. Semuanya dari rumah.
Nah bagaimana dengan daerah-daerah yang masih minim sinyal? Kebijakan itu akan terasa sangat tidak adil sebab bagaimana caranya bisa sekolah dari rumah, tanpa tatap muka, jika sinyal internet saja tidak ada? Maka kebijakan tersebut menjadi kehilangan kemanusiaannya, keadilannya, sekaligus keberadabannya.
ADVERTISEMENT
Karena itulah apresiasi diberikan kepada IndiHome yang berkomitmen melayani jaringan internet hingga ke luar kota, bahkan pelosok.
Seperti saya yang rumahnya berada di luar kota Palembang, sudah masuk Banyuasin, merasa sangat beruntung karena IndiHome di bawah Telkom Group yang menjadi provider pertama yang masuk dan melayani masyarakat di sini.
Semangat internet menyatukan Indonesia itulah yang harusnya dirayakan di bulan Juni ini, yang tanggal 1 lalu merupakan hari kelahiran Pancasila.
Semangat itu juga menjadi semangat kolaborasi sekaligus eskalasi masyarakat. Sekarang, orang-orang tidak perlu membangun tempat khusus jika ingin berjualan barang maupun jasa. Marketplace bertebaran. Dan orang dengan skill tertentu juga bisa menjajakan jasanya lewat media sosial. Kelas-kelas dibentuk di Whatsapp Group atau Telegram serta Zoom Meeting.
ADVERTISEMENT
Tak berlebihan jika menyebut internet menyatukan Indonesia karena di sanalah masyarakat bisa mengekspresikan diri dan mengaktualisasikan dirinya dengan positif untuk menaikkan harkat hidupnya.
Masyarakat mampu lebih mandiri menjaga kemanusiaannya dan membangun peradabannya. Misalnya, dengan internet pun, usaha untuk menggalang dana bantuan jadi bisa dimudahkan dengan syarat tetap harus menjaga transparansi dan akuntabilitas ya. Cara paling mudah ya komunikasi yang intens di grup-grup rukun tetangga atau yang lebih luas. Cara lebih tinggi lagi dengan Kita Bisa yang bertujuan mengumpulkan dana.
Koordinasi semacam itu semakin mudah dilakukan dengan adanya internet. Bapak-bapak di komplekku beberapa waktu lalu mengumpulkan dana untuk mengecor jalan. Sudah bertahun-tahun jalanan ke dalam komplek tidak dibangun. Pengembang komplek bilang di luar kewenangannya karena masuk jalan pemerintah. Pemerintah tidak turun-turun. Mungkin karena berada di perbatasan Depok-Bogor jadi tidak begitu diperhatikan. Akhirnya ya swadaya masyarakat sendiri. Dua komplek urunan untuk mengecor sederhana jalan masuk ke komplek sekitar 300 meter.
Sebab jalan itu juga adalah bentuk memanusiakan manusia. Bayangkan sebelumnya jalannya masih berupa tanah timbunan. Sesekali dikasih batu yang mendelep juga lama-lama. Kalau musim hujan ada genangan air, dan licinnya bukan main. Saya pernah dua kali terpelanting saat bermotor pada saat hujan turun. Karena begitu licinnya.
ADVERTISEMENT
Jalanan itu tentu tidak memandang mau agama apa, suku apa yang lewat. Ia tidak memiliki rasa toleransi dan tidak tebang pilih. Karena itulah perlu diperbaiki. Ketika sudah bagus, ia juga tidak memilih siapa yang bisa baik-baik saja karena semua warga akan merasakan manfaatnya.