Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.0
Konten dari Pengguna
Ikan Melimpah atau Regulasi yang Berlebihan?
16 Februari 2025 9:11 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Pringgo Kusuma Dwi Noor Yadi Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir, perbincangan mengenai penggunaan alat tangkap yang lebih ramah lingkungan semakin marak. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk membatasi penggunaan alat tangkap yang dianggap merusak ekosistem laut, seperti jaring trawl dan pukat harimau. Namun, apakah kebijakan ini benar-benar membawa manfaat bagi nelayan tradisional, atau justru menambah kesulitan mereka?
ADVERTISEMENT
Siapa yang Diuntungkan oleh Kebijakan Ini?
Sebagai negara kepulauan, Indonesia bergantung pada sektor perikanan sebagai sumber mata pencaharian bagi jutaan penduduk pesisir. Pemerintah telah menetapkan regulasi yang membatasi penggunaan alat tangkap tertentu, seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 71 Tahun 2016. Tujuannya adalah untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan kelestarian sumber daya laut.
Namun, bagi nelayan tradisional, kebijakan ini membawa tantangan baru. Alat tangkap yang diperbolehkan sering kali tidak lebih selefektif dibandingkan dengan alat tangkap yang dilarang. Selain itu, biaya untuk beralih ke alat tangkap yang sesuai dengan aturan cukup tinggi, menjadi beban tambahan bagi nelayan kecil yang bergantung pada hasil tangkapan harian mereka.
Dampak Terhadap Nelayan Skala Kecil
Salah satu dampak terbesar dari kebijakan ini adalah tidak stabilnya kondisi ekonomi yang dirasakan oleh nelayan kecil. Mereka yang sudah terbiasa menggunakan alat tangkap tertentu terpaksa beralih ke alat lain yang mungkin kurang efisien. Dalam beberapa kasus, hasil tangkapan mereka menurun drastis sehingga berpengaruh pada pendapatan harian mereka.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, di kawasan Pantura Jawa dan Sulawesi Selatan, nelayan yang sebelumnya menggunakan jaring trawl mengeluhkan penurunan hasil tangkapan setelah beralih ke alat tangkap yang direkomendasikan. Banyak dari mereka merasa bahwa regulasi ini lebih menguntungkan industri perikanan besar, yang memiliki modal untuk mengadopsi teknologi perikanan modern yang lebih canggih dan produktif.
Apakah Alat Tangkap Ramah Lingkungan Menjamin Keberlanjutan Ikan?
Salah satu alasan utama di balik kebijakan ini adalah menjaga kelestarian stok ikan. Namun, benarkah alat tangkap yang dilarang menjadi penyebab utama berkurangnya populasi ikan?
Faktanya, penurunan stok ikan di berbagai wilayah bukan hanya disebabkan oleh alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Faktor lain seperti perubahan iklim, pencemaran laut, dan aktivitas penangkapan ikan ilegal oleh kapal asing juga berperan besar dalam masalah ini. Jika hanya nelayan kecil yang dibatasi oleh aturan ketat sementara kapal besar tetap beroperasi dengan teknologi canggih yang mampu menangkap ikan dalam jumlah besar, maka tujuan keberlanjutan bisa saja tidak tercapai.
ADVERTISEMENT
Solusi yang Lebih Adil
Kebijakan pengelolaan perikanan harus mempertimbangkan kesejahteraan nelayan kecil. Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menyeimbangkan keberlanjutan ekosistem laut dengan kesejahteraan nelayan antara lain:
1. Bantuan dan Subsidi
Pemerintah perlu menyediakan program pendampingan bagi nelayan agar mereka bisa beradaptasi dengan alat tangkap baru, baik dalam bentuk bantuan teknis maupun finansial. Subsidi atau bantuan alat tangkap yang sesuai dengan aturan dapat membantu meringankan beban mereka.
2. Regulasi yang Adil untuk Semua Pihak
Jika tujuan utama adalah menjaga populasi ikan, maka regulasi harus diterapkan secara merata kepada semua pelaku perikanan, termasuk kapal-kapal besar yang beroperasi di perairan Indonesia. Pengawasan terhadap industri perikanan harus diperketat agar tidak ada ketimpangan dalam penerapan aturan.
3. Pengelolaan Berbasis Komunitas
Pendekatan berbasis komunitas telah terbukti sebagai cara efektif dalam pengelolaan sumber daya laut. Program seperti zona konservasi yang dikelola oleh nelayan setempat telah meningkatkan populasi ikan di beberapa daerah seperti Wakatobi dan Raja Ampat.
ADVERTISEMENT
4. Diversifikasi Mata Pencaharian
Pemerintah dapat mendorong program diversifikasi ekonomi bagi nelayan yang terdampak oleh kebijakan ini, seperti pengembangan budidaya ikan atau pengolahan hasil laut. Langkah ini bisa menjadi solusi jangka panjang agar nelayan tidak sepenuhnya bergantung pada hasil tangkapan.
Meskipun kebijakan alat tangkap ramah lingkungan memiliki niat yang baik, penerapannya masih perlu mempertimbangkan kondisi sosial dan ekonomi nelayan kecil. Regulasi yang bertujuan melindungi ekosistem laut tidak boleh mengorbankan mata pencaharian masyarakat pesisir. Pendekatan yang lebih inklusif, dengan melibatkan nelayan dalam proses pengambilan keputusan, akan lebih efektif dalam mencapai keseimbangan antara keberlanjutan dan kesejahteraan ekonomi.
Sebagai konsumen, kita juga memiliki peran dalam mendukung perikanan berkelanjutan. Dengan memilih produk perikanan yang berasal dari praktik yang bertanggung jawab, kita dapat berkontribusi dalam menjaga kelestarian laut tanpa mengorbankan kesejahteraan nelayan kecil.
ADVERTISEMENT