Konten dari Pengguna

Kisah Perjuangan Douwes Dekker sebagai Tokoh Indonesia Anti Kolonialisme

Prirobani Setyawan
Mahasiswa Pendidikan Sejarah S1 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG ( UNNES )
18 April 2022 10:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Prirobani Setyawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tokoh tiga serangkai : dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suwardi Suryaningrat (alias Ki Hajar Dewantara), Douwes Dekker. Sumber : pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Tokoh tiga serangkai : dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suwardi Suryaningrat (alias Ki Hajar Dewantara), Douwes Dekker. Sumber : pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Halo sobat, siapa yang tidak mengenal dengan sosok Douwes Dekker? Mari kita simak penjelasan materi berikut ini :
ADVERTISEMENT
Masa kecil Ernest Douwes Dekker
Ernest Douwes Dekker lahir dengan nama lengkap Ernest Francois Eugene Douwes Dekker di Pasuruan pada 8 Oktober 1879 dari pasangan Auguste Henri Eduard Douwes Dekker dan Louisa Neumann. Ayahnya berdarah Belanda sedangkan Ibunya merupakan keturunan Jerman-Jawa. Oleh karena itu, Ernest Douwes Dekker disebut sebagai orang Indonesia yang berarti campuran orang Indonesia dan Eropa. Orang Indonesia sering juga disebut kelompok tanggung dan status sosialnya berada di bawah orang Eropa murni pada kala itu. Oleh karena itu, Douwes Dekker merasakan diskriminasi dari kaum Belanda murni.
Keluarga Ernest kemudian pindah ke Surabaya pada tahun 1892. Untuk pendidikan dasar, Ernest belajar di Hogere Burgerschool (HBS), Surabaya. Kemudian, ia pindah ke Gymnasium Koning Willem III School, sekolah elit setingkat HBS di Batavia (daerah Gambir, Jakarta Pusat). Pada umur 14 tahun, Ernest berhasil menulis “Gedenkboek van Lombok”, sebuah buku yang membahas ekspedisi militer Belanda untuk meredakan keributan di Lombok. Ibunya memuji bakat menulis Ernest. Jadi, bisa disimpulkan bahwa Ernest cukup terdidik dan pandai menulis.
ADVERTISEMENT
Setelah lulus sekolah, Douwes Dekker tidak langsung melanjutkan pendidikan lebih tinggi karena keterbatasan biaya. Ia kemudian bekerja sebagai pengawas perkebunan atau “opzichter” di perkebunan kopi “Soember Doeren” di Malang, Jawa Timur. Disana ia menyaksikan perlakuan semena-mena dan eksploitasi yang dialami para pekerja kebun, dan sering kali membela mereka dengan membuat sistem kerja sendiri. Tindakannya itu membuat ia kurang disukai rekan-rekan kerja, namun disukai pegawai-pegawai bawahannya. Ia pun sering ditegur oleh atasannya, R.W. Jesse. Akibatnya, ia harus konflik dengan manajernya hingga dipindahkan ke perkebunan tebu “Padjarakan” di Kraksaan. Lagi-lagi di perusahaan yang baru ini Ernest terlibat konflik dengan manajemen karena urusan pembagian irigasi untuk tebu perkebunan dan padi petani. Irigasi yang harusnya dialirkan ke sawah rakyat pribumi malah dialihkan ke perkebunan tebu sehingga sawah menjadi kering. Nah, ada sumber yang mengatakan bahwa ia kemudian mengundurkan diri dan ada juga sumber lainnya yang mengatakan ia dipecat. Yang pasti, Ernest menjadi pengangguran karena tidak punya pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Ikut Perang Boer sebagai sukarelawan
Pasca kematian Ibunya, Douwes Dekker yang saat itu sedang menganggur memutuskan untuk menjadi relawan di Perang Boer II pada tahun 1899-1902 bersama dua saudaranya, Guido dan Julius. Perang Boer II ini sebenarnya adalah perang antara penduduk Kekaisaran Britania melawan penduduk Boer yang berbahasa Belanda di dua negara merdeka yaitu Republik Transvaal dan Negara Bebas Oranje. Perang ini dipicu dengan penemuan berlian dan emas di daerah Boer, Afrika Selatan.
Ernest dan saudara-saudaranya kemudian menjadi tentara dan dianugerahi kewarganegaraan Republik Transvaal namun kehilangan kewarganegaraan Belanda mereka. Para pejuang Boer ini sebenarnya kurang berpengalaman dalam perang. Mereka seperti tentara yang cuma dibekali seragam dan senjata aja sehingga banyak relawan yang kabur. Walau begitu, Ernest tetap pantang menyerah. Bahkan, pimpinan perang Jenderal De la Rey menganugerahi penghormatan dan bintang jasa buat Ernest. Ernest diberi gelar The Boer Fighting Man dan Brave Kerel. Kabarnya Ernest pernah menerima lima tembakan di tubuhnya.
ADVERTISEMENT
Perjuangan Ernest di perang ini harus berhenti ketika ia ditangkap dan dipenjara di Kamp Ceylon, Sri Lanka. Karena wabah penyakit, Ernest dan tawanan lainnya dipindahkan ke Ragama. Selama ditahan, Ernest banyak membaca buku dan menulis tentang pengalamannya ketika berperang di Afrika Selatan. Ia juga pernah membuat puisi dan ilustrasi pengalamannya, lalu mengirimkannya ke Ratu Belanda, Wilhelmina, sebagai hadiah ulang tahun. Selama masa tahanannya, Ernest sempat menderita radang paru-paru sehingga ia dirawat Rumah Sakit Jaffna. Kemudian Ernest dipulangkan ke Hindia Belanda pada tahun 1902 setelah sembuh dari penyakitnya.
Indische Partij dan Tiga Serangkai
Bersama dengan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suwardi Suryaningrat (alias Ki Hajar Dewantara), Douwes Dekker kemudian membentuk partai politik pertama di Indonesia, Indische Partij pada 25 Desember 1912. Indische Partij merupakan sebuah organisasi yang mengedepankan kerja sama orang Indonesia dan Bumiputra. Tentu saja Belanda tidak suka keberadaan organisasi yang membangkitkan rasa nasionalisme ini. Pemerintah Hindia Belanda menganggap organisasi ini radikal dan mengganggu keamanan, lalu membubarkan partai ini pada 4 Maret 1913. Wajar, Indische Partij memang bersifat non-kooperatif dengan pemerintah kolonial Belanda dan tidak segan-segan menyampaikan kritik pedas terhadap perlakuan Belanda terhadap rakyat Hindia Belanda.
ADVERTISEMENT
Akhir Hayat Ernest Douwes Dekker
Sejak tahun 1948, kesehatan Ernest Douwes Dekker mulai memburuk. Di tengah kondisi itu, Ernest Douwer Dekker tetap sibuk dengan penulisan autobiografinya “Jaar Konsekwent” hingga akhirnya meninggal pada 28 Agustus 1950 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra di Bandung. Pada 9 November 1961, ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional oleh Soekarno. Sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasa Ernest Douwes Dekker yang juga memiliki nama Danudirja Setiabudi, nama “Setia budi” dipakai untuk menamai jalan, stasiun, dan kecamatan.
Demikian sobat, paparan tentang kisah perjuangan Douwes Dekker yang sangat berjasa dalam memberikan sumbangsihnya terhadap perjuangan dan pergerakan kemerdekaan bangsa Indonesia. Kita sebagai generasi muda harus bisa menghormati dan menghargai jasa dari perjuangan beliau dan yang lebih penting lagi yaitu bisa meneladani, mempunyai cita-cita, dan semangat untuk belajar serta mengisi kemerdekaan dengan sebaik-baiknya.
ADVERTISEMENT