Akademisi Ilmu Komunikasi Perlu Terlibat Upaya Turunkan Permasalahan Kesehatan

Prita Suci Nurcandrani
Pengajar dan pemerhati komunikasi kesehatan di Universitas Amikom Purwokerto
Konten dari Pengguna
14 Februari 2023 18:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Prita Suci Nurcandrani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kasus pandemi yang sempat mengalihkan perhatian dari berbagai jenis permasalahan kesehatan yang endemik muncul di negeri ini, kini seolah mengungkap tabir. Satu per satu muncul angka penyakit justru meningkat dari sebelum terjadinya pandemi dan tentunya hal ini menjadi pekerjaan rumah dari instansi dan dinas terkait dalam menanggulanginya.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Data Kesehatan Dunia atau WHO, terdapat setidaknya tiga penyakit penyebab kematian tertinggi di Indonesia di antaranya stroke, serangan jantung, dan diabetes mellitus. Stroke dengan angka 131,8 kasus kematian per 100.000 penduduk, serangan jantung 95,68 kasus dan diabetes mellitus 40,78 kasus, tentunya tidak dapat diabaikan begitu saja.
Mengingat tingginya angka tersebut, dinas terkait membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menuntaskan permasalahan tersebut. Kerja sama multisektoral perlu dipertimbangkan untuk memberikan peran aktif serta sumbangan pemikiran dan tenaga sebagai bentuk tanggung jawab bersama.
Akademisi di bidang kesehatan sudah tentu tidak perlu diragukan untuk mengangkat permasalahan ini dan memberikan berbagai intervensi. Lalu bagaimanakah dengan akademisi ilmu komunikasi? Apakah mungkin untuk dapat berperan aktif? Ada di bagian manakah?
ADVERTISEMENT
Ilmu Komunikasi layaknya sponge dapat menyerap beragam ilmu dan bidang pengetahuan serta beradaptasi dengan permasalahan yang muncul, tidak terkecuali kesehatan. Bahkan dalam teori-teori yang dipelajari, kiranya cukup mampu untuk dapat mengambil peran penting dalam kegiatan komunikasi kesehatan.
Inti dari ilmu komunikasi adalah bagaimana seorang komunikator atau pemilik informasi dapat menyampaikan pesan kepada komunikan atau orang lain secara efektif dan efisien. Tentunya perlu menentukan strategi, teknik serta keterampilan dalam merancang pesan agar dapat diterima, dimengerti, dan dipahami oleh target komunikan. Lebih jauh yang diharapkan adalah dapat mengubah perilaku orang lain sesuai dengan harapan komunikan.
Komunikator dalam hal ini adalah dinas atau instansi terkait. Sementara pesan yang dimaksud yaitu informasi kesehatan yang perlu dipahami oleh masyarakat dan komunikan yang dimaksud adalah masyarakat itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Ragam variasi yang dapat diintervensi oleh akademisi ilmu komunikasi dapat berupa penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Berbagai teori dan model dalam ilmu komunikasi ditawarkan untuk dapat menganalisis kasus yang muncul serta memetakannya dalam koridor yang tepat sehingga mampu menyajikan hasil yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah, seperti penyusunan kebijakan dan pemetaan sistem informasi serta komunikasi.
Sedangkan contoh dari kegiatan pengabdian upaya perancangan media KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) baik digital maupun non digital dan memberikan ruang focus group discussion dengan praktisi kesehatan untuk mendiskusikan pelatihan komunikasi asertif.
Jenis komunikasi ini sangat diperlukan. Sebab, mementingkan kebutuhan kedua belah pihak, mendengarkan tanpa menginterupsi, menyampaikan keingingan dan kebutuhannya, serta mau untuk berkompromi.
ADVERTISEMENT
Dapat dikatakan hasil akhirnya adalah win win solution, instansi kesehatan mampu menyampaikan pesan serta program kesehatannya. Dan, di saat yang bersamaan masyarakat mampu menyampaikan informasi mengenai status penyakit dirinya serta keluhan yang dirasakan.
Diharapkan tujuan yang dicanangkan dapat membentu terwujudkan angka kesakitan yang menurun. Kiranya hal tersebut dapat dilakukan oleh akademisi ilmu komunikasi, terutama akademisi yang concern dengan komunikasi kesehatan, komunikasi pembangunan serta komunikasi strategis.