Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Balutan Psikologi Pesan "MP-ASI Berkualitas" dalam Iklan Layanan Masyarakat
4 Agustus 2024 15:38 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Prita Suci Nurcandrani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada tahun terakhir RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2020-2024, tema Hari Gizi Nasional tahun 2024 ditetapkan berdasarkan hasil refleksi tinjauan kebijakan dan praktik gizi di Indonesia pada tahun sebelumnya. Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukkan risiko terjadinya stunting meningkat sebesar 1,6 kali dari kelompok umur 6-11 bulan ke kelompok umur 12-23 bulan (13,7% ke 22,4%). Hal ini menunjukkan ‘kegagalan’ dalam pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak usia 6 bulan, baik dari segi kesesuaian umur, frekuensi, jumlah, tekstur dan variasi makanan. MP-ASI lokal kaya protein hewani muncul sebagai salah satu solusi vital dalam memperkaya asupan gizi bangsa. Protein hewani, diketahui memiliki peran krusial dalam mendukung pertumbuhan dan pemulihan tubuh. Dibandingkan protein nabati, protein hewani mengandung asam amino esensial yang lebih lengkap dan mudah diserap oleh tubuh. Di Indonesia, sumber protein hewani yang umum dikonsumsi seperti ayam, sapi, ikan, dan telur, harus lebih dioptimalkan pemanfaatannya, khususnya dalam program-program MP-ASI. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan mencanangkan tema hari gizi tahun ini “MP-ASI Kaya Protein Hewani Cegah Stunting” dengan slogan “MP-ASI Berkualitas untuk Generasi Emas.”
ADVERTISEMENT
Iklan Layanan Masyarakat (ILM) cukup masif dilakukan agar pesan mengenai pentingnya konsumsi protein hewani sebagai MP-ASI lokal sampai pada sasaran. Tentunya intervensi strategi ILM tidak semudah membalikkan telapak tangan, mengingat masyarakat Indonesia sangat heterogen dan memiliki karakteristik yang beragam. Untuk mencapai keberhasilan ILM dapat dimulai dari konsep inti pemasaran, yaitu target market dan segmentasi. Segmentasi dapat dipahami sebagai proses pengelompokan masyarakat secara keseluruhan yang heterogen sehingga menjadi kelompok atau segmen yang memiliki kesamaan. Selain itu, segmentasi merupakan faktor kunci untuk dapat memandang masyarakat dari sudut yang unik dan cara yang berbeda. Jika dikaitkan dengan psikologi pesan, maka konseptor ILM harus lebih fokus dan mampu mengoptimalkan konten, konteks serta tampilan pesan sesuai dengan sasaran. Selain itu, perencanaan pesan sebuah ILM juga harus memperhatikan fungsi yang akan ditekankan, apakah memberikan informasi, mempersuasi, mengingatkan, atau memberi nilai tambah.
ADVERTISEMENT
Pada praktiknya, pesan dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan seperti membangun awareness (kesadaran) mengenai alternatif MP-ASI yang ada di lingkungan sekitar yang memiliki nilai protein hewani yang cukup tinggi. Pesan tersebut harus cukup dapat memenuhi ruang kognitif sasaran hingga mereka merasa penasaran dengan sumber protein tersebut. Perlu beberapa waktu dan tentunya harus melalui evaluasi hingga dapat dilakukan perancangan pesan berikutnya yaitu mempersuasi serta beberapa tahap berikutnya yang dilakukan dengan proses serupa.
Selain itu, tilikan psikologis pesan ketika merancang ILM perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain pesan linguistik, pesan nonverbal hingga pengorganisasiannya, struktur pesan hingga pengimbauannya. Teori Worf menyatakan bahwa pandangan individu terhadap dunia dibentuk oleh bahasa, dan saat bahasa berbeda maka pandangan individu terhadap dunia pun berbeda pula. Jadi, individu menyaring data sensori yang masuk seperti telah diprogram oleh bahasa yang digunakan. Oleh karena itu, masyarakat dengan penggunaan bahasa yang berbeda akan hidup dalam dalam dunia sensori yang berbeda pula. Pada akhirnya, setiap layanan primer kesehatan perlu memiliki media ILM sendiri di samping media yang diinstruksikan oleh kementerian kesehatan. Pendekatan budaya, bahasa serta preferensi sangat menentukan proses pengalihan informasi hingga terjadinya perubahan perilaku. Memang sedikit menambah pekerjaan bagi divisi promosi kesehatan untuk membalut "MP-ASI Berkualitas" dalam ILM yang lebih berkarakter, namun di sinilah akhirnya peran akademisi dan lapisan masyarakat dengan keahlian masing-masing dapat berperan aktif untuk mewujudkannya.
ADVERTISEMENT