Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Omnichannel: Strategi Pemasaran di Triple Disruption Era
11 Mei 2022 20:11 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Prita Suci Nurcandrani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Prita Suci Nurcandrani (Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto)
Pandemi merupakan tonggak perubahan strategi pemasaran yang kerap digunakan oleh berbagai merek-merek sebelumnya. Beraktivitas di rumah hingga berbulan-bulan lamanya mengharuskan masyarakat akrab bercengkerama dengan gawai dan media digital yang lainnya. Hanya dengan satu klik, masyarakat dengan mudah menjangkau apa yang mereka inginkan di media sosial. Hal ini pula yang memulakan pemasaran yang bersifat konvensional bergeser menjadi pemasaran digital.
ADVERTISEMENT
Merek-merek yang awalnya tidak cakap menggunakan platform-platform digital, kini "dipaksa" untuk memanjakan masyarakat dengan mengisi konten pemasarannya melalui media online. Jika tidak, maka akan terus tergerus dan tergantikan dengan merek lainnya. Tentunya adaptasi strategi terhadap kondisi yang terjadi menjadi sesuatu hal yang tidak mudah, akan tetapi inilah fenomena yang terjadi di masyarakat. Tidak sedikit pandemi lalu menumbangkan begitu banyak perusahaan sehingga dapat disebut dengan seleksi alam bagi produk-produk yang kerap terdengar dan dikonsumsi oleh masyarakat.
Perusahaan yang dulu berjibaku dengan meluncurkan strategi IMC (Integrated Marketing Communication) untuk memuluskan jalannya kegiatan pemasaran, kini nampaknya harus mulai mencoba dengan strategi baru yaitu omnichannel. Jika IMC menggunakan tangan gurita untuk menggapai konsumennya seperti personal selling, advertising, direct mail, dan public relations serta cenderung berjalan sendiri-sendiri; omnichannel memanfaatkan big data untuk dapat merumuskan lebih detail mengenai strategi pemasaran manakah yang paling tepat digunakan pada target pasarnya.
ADVERTISEMENT
Strategi omnichannel dapat dikatakan sebagai strategi baru yang cukup akurat dalam menganalisis STP (segmenting, targeting dan positioning), mengoptimalisasikan tools yang tepat digunakan hingga memprediksi gain index atau kemampuan merek dalam mengakuisisi konsumen baru di masa yang akan datang. Memahami kekuatan strategi tersebut, merek besar dan merek yang kini mulai merangkak naik mulai melirik strategi tersebut karena dianggap secara cepat dan real time menangkap situasi dan kondisi di pasar serta perubahan perilaku konsumen sehingga secara segera pula merek akan beradaptasi. Penting bagi merek untuk terus memenuhi engage dengan konsumen untuk dapat melebarkan sayapnya dan memperluas lini produknya.
IBBA (Indonesia Best Brand Award) menentukan lima kriteria sebuah merek menjadi yang terbaik di antaranya Top of Mind Advertising (menjadi iklan yang paling diingat), Top of Mind Brand (merek yang paling diingat), satisfaction (kepuasan konsumen), Brand Share (komposisi perbandingan merek yang digunakan konsumen selama tiga bulan terakhir) dan gain index. Setidaknya kelima kriteria tersebut dapat dijadikan tolok ukur bagi sebuah merek untuk dapat mencapai tingkat brand image yang tinggi hingga pada gilirannya akan menentukan tingkat penjualan produk.
ADVERTISEMENT
Kini saatnya merek-merek tidak dapat lagi memandang sebelah mata strategi yang menekankan pada digitalisasi karena kini semua merek dihadapkan pada The Golden Age of Business Reinvention. Era ini adalah era di mana merek harus dapat beradaptasi dengan triple disruption yaitu teknologi, kaum milenial dan pandemi. Strategi omnichannel menawarkan segala kemungkinan kemudahan merek dalam beradaptasi dan berkembang.