Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Pesan Kesehatan Dalam Besutan Komik Edukatif
5 Agustus 2024 8:07 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Prita Suci Nurcandrani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Komik merupakan bentuk seni yang menggunakan serangkaian gambar diam atau tidak bergerak yang disertai keterangan, penjelasan,atau teks yang disusun sedemikian rupa dan membentuk sebuah jalinan cerita. Komik dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, antara lain menghibur, menyampaikan informasi, media belajar,bahkan promosi komersil maupun non komersil. Pemilihan media komik juga mempertimbangkan proximity atau kedekatan generasi yang akan disasar seperti remaja. Tentunya dengan rentang usia mereka yang berkisar 10-24 tahun, menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional), lebih menyukai visualisasi gambar dengan sedikit tulisan atau teks. Hal ini memudahkan dan mempercepat mereka untuk memahami sebuah cerita yang ditampilkan. Tulisan yang cukup panjang menjadi kurang menarik untuk dikonsumsi, ditambah lagi jika konten yang ingin disampaikan dianggap kurang menarik. Untuk menyiasatinya, diperlukan cara yang sekiranya mampu menarik perhatian remaja.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut ditegaskan kembali secara umum dalam Edgar Dale`s Cone. Teori Kerucut Edgar Dale mengaitkan antara teori belajar dengan media pembelajaran. Dale memadukan konsep klasifikasi Bruner, yaitu tingkatan modus belajar dengan konsepnya sendiri. Tingkatan yang dimaksud adalah pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictorial/gambar (iconic),dan pengalaman abstrak (simbolis). Teori belajar tersebut akhirnya dikaitkan dengan penggunaan media dalam pembelajaran. Tidak sampai di situ, digitalisasi mampu membuat remaja mampu untuk menggapai informasi dalam sebuah komik kapan dan dimana pun, tanpa harus membawa bentuk fisik dari komik tersebut. Bahkan dengan teknik Motion Graphic, tampilan komik menjadi makin menarik dan proses “belajar” remaja menjadi tidak terasa.
ADVERTISEMENT
Media ini layak untuk dilirik oleh program KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) Kementerian Kesehatan untuk membantu menurunkan angka obesitas pada remaja. Untuk mendampingi komunikasi dialogis, komik edukasi dapat diposisikan sebagai media bantu dalam sosialisasi bahaya obesitas. Mengingat Data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 menunjukkan prevalensi kegemukan dan obesitas hingga obesitas sekitar 19,7% pada anak usia anak usia 5-12 tahun dan 16% pada anak usia 13-15 tahun. Sebanyak 55% obesitas anak akan menjadi obesitas pada saat remaja, selanjutnya 80% obesitas remaja bertahan hingga dewasa. Peningkatan kasus obesitas yang signifikan ini memerlukan perhatian serius dan upaya bersama dalam menanggulangi masalah kesehatan yang berpotensi membawa dampak jangka panjang pada masyarakat.
Pola pikir dan gaya hidup remaja yang dikenal dengan Generasi Z perlu menjadi poin penting dalam riset target sasaran komik. Setiap generasi memiliki ciri khas tertentu yang membedakan dengan generasi lainnya. Kemampuan untuk mempelajari generasi Z serta kelihaiannya melihat kesukaan dan referensi mereka menjadi mutlak untuk menjadi landasan berpikir kreatif bagi sebuah penciptaan desain komik. Kemampuan berpikir kreatif dan berkomunikasi secara visual pada akhirnya penting untuk dikuasai. Paling sedikit terdapat lima hal yang harus dikuasai dalam pembuatan komik edukatif yang kreatif. Pertama, memiliki kelancaran dalam mengungkapkan gagasan. Pemahaman tentang konsep obesitas perlu didapatkan oleh ahli gizi agar tidak terlepas dari prinsip utama dalam pembuatan konsep desain pesan. Kedua ialah kelenturan (fleksibilitas) berpikir atau memberi gagasan. Artinya, mampu untuk memberi gagasan yang beragam, bebas dari preseverasi. Hal ini juga berarti mampu memberikan beberapa alternative gambaran komik pembelajaran yang kiranya sesuai. Tentunya melibatkan praktisi kesehatan dan target untuk mengetahui feedback.
ADVERTISEMENT
Ketiga, memiliki orisinalitas dalam berpikir atau menghasilkan gagasan yang unik dan langka. Keempat, kemampuan untuk mengelaborasi yaitu kemampuan untuk mengembangkan dan memperkaya suatu gagasan. Kelima, kemampuan untuk menuangkan komik edukatif tersebut pada media digital sehingga memudahkan petugas kesehatan menggunakannya untuk melakukan KIE dan remaja pun dapat dengan bebas mengaksesnya.