Konten dari Pengguna

LeX Program UPH-Singapore Polytechnic: Perjalanan Mahasiswa untuk Berdampak

Universitas Pelita Harapan
Universitas Pelita Harapan
30 April 2025 11:44 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Universitas Pelita Harapan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Program Learning Express (LeX) di Universitas Pelita Harapan (UPH). LeX merupakan proyek inovasi sosial yang diprakarsai oleh Singapore Polytechnic (SP) dan berlangsung selama 12 hari. Pada penyelenggaraan keempat yang berlangsung pada 10–21 Maret 2025, para peserta berkesempatan mengunjungi tiga lokasi berbeda untuk belajar langsung dari komunitas setempat.
zoom-in-whitePerbesar
Program Learning Express (LeX) di Universitas Pelita Harapan (UPH). LeX merupakan proyek inovasi sosial yang diprakarsai oleh Singapore Polytechnic (SP) dan berlangsung selama 12 hari. Pada penyelenggaraan keempat yang berlangsung pada 10–21 Maret 2025, para peserta berkesempatan mengunjungi tiga lokasi berbeda untuk belajar langsung dari komunitas setempat.
Universitas Pelita Harapan (UPH) terus membekali mahasiswanya dengan keterampilan yang relevan untuk bersaing di tingkat global. Salah satu wujud nyata komitmen ini adalah melalui partisipasi mahasiswa dalam program Learning Express (LeX). LeX merupakan proyek inovasi sosial yang diprakarsai oleh Singapore Polytechnic (SP), dan berlangsung selama 12 hari. Program ini menerapkan konsep design thinking untuk mengasah kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Lebih dari itu, peserta juga didorong untuk menemukan solusi inovatif terhadap berbagai permasalahan di tengah masyarakat.
ADVERTISEMENT

Program LeX bersama UPH telah sukses diselenggarakan sebanyak tiga kali sejak pertama kali diluncurkan pada September 2023. Pada penyelenggaraan keempat yang berlangsung pada 10–21 Maret 2025, para peserta berkesempatan mengunjungi tiga lokasi berbeda untuk belajar langsung dari komunitas setempat.

Di KSM Kali Cabang, Jakarta, peserta mempelajari teknik budidaya melon dan anggur sekaligus memahami tantangan yang dihadapi para petani dalam menjalankan usaha pertanian. Selanjutnya, di Poktan Ciakar Asal Daek, Ciakar Panongan, Kabupaten Tangerang, peserta mendalami praktik pertanian lokal serta upaya para petani dalam menjaga ketahanan pangan di tengah berbagai perubahan. Sementara itu, di Sekolah Darussalam, Mekarbakti Panongan, Kabupaten Tangerang, peserta diajak mengenal sistem pendidikan yang diterapkan, termasuk tantangan yang dihadapi oleh sekolah dan masyarakat sekitar.
ADVERTISEMENT
Program ini melibatkan 30 mahasiswa dan tiga dosen dari Singapore Polytechnic, yang berkolaborasi dengan 30 mahasiswa dan sejumlah dosen dari berbagai fakultas di UPH. Kolaborasi ini mencakup Fakultas Sains dan Teknologi (FaST), Fakultas Desain (FD), serta Fakultas Hospitality dan Pariwisata (FHospar).
Pada acara penutupan Learning Express (LeX) Program yang berlangsung di Gallery Walk, Pelita Hall, Gedung B, UPH Kampus Lippo Village, Karawaci, Tangerang, pada 19 Maret 2025, Associate Vice President of Student Development UPH, Dr. Andry M. Panjaitan, S.T., M.T., CPHCM, menyampaikan rasa syukur dan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam menyukseskan program ini. Ia berharap berbagai proyek inovatif yang dihasilkan mahasiswa dapat memberikan dampak nyata bagi masyarakat dan komunitas.
ADVERTISEMENT
“Melalui LeX Program, kalian telah belajar bekerja dalam tim lintas negara, budaya, dan latar belakang keahlian. Keterampilan ini sangat berharga untuk menghadapi dunia kerja di era saat ini. Inovasi-inovasi yang dihasilkan tidak hanya mencerminkan kemampuan teknis, tetapi juga menunjukkan kepedulian serta pemahaman mendalam terhadap kebutuhan masyarakat. Semoga solusi yang telah dirancang dapat terus dikembangkan dan membawa manfaat yang lebih luas,” ujar Dr. Andry.
Turut hadir dan memberikan sambutan, Henry Tan selaku Deputy Principal Administration SP, menegaskan bahwa kerja sama antara SP dan UPH telah memberikan manfaat besar bagi mahasiswa dari kedua institusi. Ia menilai, UPH berperan penting dalam membimbing mahasiswa dan mendampingi mereka dalam setiap proyek. Ke depan, Henry berharap SP dan UPH terus memperkuat kemitraan ini serta menciptakan solusi inovatif yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
ADVERTISEMENT
“Dukungan UPH sangat berarti. Mereka membantu mahasiswa kami mendapatkan wawasan lebih dalam dan pengalaman belajar yang berharga. Ini adalah bentuk kolaborasi yang benar-benar bermanfaat dan membantu mahasiswa tidak hanya memahami berbagai perspektif, tetapi juga membentuk mereka menjadi individu yang lebih siap menghadapi tantangan global,” ucapnya.
Dr. Laurence, Koordinator Acara LeX Maret 2025, memandang bahwa para mahasiswa peserta LeX Program telah menunjukkan pemahaman mendalam tentang inovasi dan mampu menerapkannya dalam kehidupan nyata. Ia pun mendorong para peserta untuk terus berkreasi dan mengembangkan ide-ide mereka.
“Saya berharap kalian terus mempertanyakan, bereksperimen, dan selalu memperbaiki setiap langkah yang diambil. Terima kasih atas dedikasi, semangat, dan keberanian kalian untuk berpikir kreatif. Saya sangat menantikan bagaimana ide-ide ini akan berkembang lebih jauh di masa depan,” ujar Dr. Laurence yang juga menjabat Ketua Program Studi (Kaprodi) Teknik Industri UPH.
ADVERTISEMENT
Fred Wei, Dosen dari School of Electrical & Electronic Engineering (EEE) SP menyampaikan kebanggaannya atas pencapaian para mahasiswa. Dalam program ini, mahasiswa mengunjungi tiga lokasi berbeda untuk melakukan riset dan berinteraksi langsung dengan masyarakat, sekaligus mengamati kondisi di lapangan guna memahami kebutuhan masyarakat setempat. Dari hasil observasi tersebut, mereka menciptakan enam prototipe inovatif yang mendapatkan tanggapan positif dari komunitas.
“Saya masih ingat 10 hari yang lalu ketika kami tiba di bandara. Saya melihat berbagai ekspresi, ada yang bersemangat, ada juga yang sedikit cemas. Namun, setelah dua minggu berlalu, saya bisa berdiri di sini dengan bangga dan mengatakan bahwa kalian telah mencapai semua target dalam program ini. Selamat untuk kalian semua,” katanya.
ADVERTISEMENT
Perjalanan Mahasiswa dalam LeX Program
Usai acara penutupan, para peserta memamerkan hasil inovasi mereka dalam sebuah pameran. Bagi Josh William Dermawan, mahasiswa Teknik Industri UPH angkatan 2022, kunjungan ke Poktan Ciakar menjadi pengalaman paling berkesan. Ia dan timnya melihat peluang untuk membawa perubahan dengan merancang penataan ulang lahan pertanian agar lebih efisien dan produktif.
“Saya ingin melatih kemampuan berpikir kritis dan mengembangkan kepemimpinan. Lewat program ini, saya berharap bisa terus belajar dan mengasah keduanya,” ujar Josh.
Bagi Theresia Vania Winardy, mahasiswi Desain Interior UPH angkatan 2022, kunjungan ke Sekolah Darussalam adalah pengalaman yang berharga. Di sana, ia berdiskusi dengan siswa, guru, staf, dan orang tua untuk memahami kebutuhan mereka. Berdasarkan hasil diskusi, ia dan timnya merancang prototipe yang bermanfaat bagi sekolah.
ADVERTISEMENT
“Kami mengembangkan prototipe yang berfokus pada keberlanjutan, menggunakan bahan daur ulang seperti botol plastik untuk menciptakan produk yang ramah lingkungan. Selain itu, saya belajar bagaimana menggabungkan ide-ide dari berbagai anggota tim untuk menghasilkan suatu solusi yang memenuhi kebutuhan siswa dan komunitas di Sekolah Darussalam,” kata Vania.
Kathleen Elizabeth Jemima Kustantomo, mahasiswi SP jurusan School of Electrical & Electronic Engineering menceritakan bahwa mengikuti LeX Program adalah kesempatan untuk mendapatkan wawasan internasional dan belajar dari berbagai budaya. Kathleen sangat terkesan saat mengunjungi Poktan Ciakar dan melihat berbagai jenis kawasan pertanian, seperti pertanian cabai, peternakan bebek, hingga budidaya maggot (larva). Namun, ia dan tim menemukan permasalahan bahwa petani serta peternak mengalami kesulitan dalam mengelola lahannya karena kurangnya teknologi dan keterbatasan waktu.
ADVERTISEMENT
“LeX Program membantu saya meningkatkan pemikiran kritis dan memahami pentingnya inovasi dalam menyelesaikan masalah. Tim kami pun merancang ulang tata letak pertanian dan peternakan agar lebih rapi. Kami juga menemukan cara sederhana untuk memisahkan larva maggot berdasarkan usia. Dengan sistem ini, petani maupun peternak dapat mengelola dengan lebih mudah dan efisien,” ujar Kathleen.
Bagi Muhammad Thaqif bin Zulkifli, mahasiswa SP jurusan School of Architecture & the Built Environment, program LeX adalah peluang berharga untuk belajar dari negara lain, khususnya Indonesia. Ia menjelaskan bahwa program ini membagi proses belajar ke beberapa tahap, mulai dari memahami komunitas hingga mengembangkan prototipe yang bermanfaat bagi mereka di masa depan.
Dalam kegiatan ini, Thaqif dan timnya menciptakan inovasi berupa mesin pencampur tanah (soil mixer) untuk membantu komunitas petani agar dapat bekerja lebih efisien. “Kami melihat bahwa pencampuran tanah secara manual memerlukan banyak tenaga dan waktu. Karena itu, kami merancang soil mixer yang dapat mencampur pupuk, tanah bekas, dan limbah makanan dengan lebih efektif. Alat ini juga dirancang tanpa listrik agar lebih ramah lingkungan dan sejalan dengan prinsip keberlanjutan Environmental, Social, and Governance (ESG),” jelasnya.
ADVERTISEMENT
LeX Program adalah bukti nyata bahwa pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam kelas, tetapi juga melalui pengalaman di lapangan yang berdampak nyata bagi komunitas. Melalui pengalaman ini, mahasiswa tidak hanya mengasah keterampilan teknis mereka, tetapi juga belajar beradaptasi dan bekerja sama dalam lingkungan yang berbeda. Program ini membuktikan bahwa kolaborasi lintas budaya dan institusi dapat menghasilkan inovasi serta dampak nyata bagi masyarakat.
Melalui berbagai kemitraan dan program-program khusus yang dirancang untuk perkembangan potensi pada generasi muda, UPH terus berkomitmen untuk mencetak lulusan yang takut akan Tuhan, kompeten, dan berdampak positif bagi bangsa.