Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Adi Rahman, Penemu & Pengusaha yang Bakal Luncurkan Satelit Terbesar se-Asia
22 Agustus 2021 12:09 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Di tahun 2023, Indonesia bakal meluncurkan satelit terbesar di Asia. Pengembangan Satelit Republik Indonesia atau satelit Satria I telah dimulai perkembangannya hari ini.
ADVERTISEMENT
Adi Rahman Adiwoso selaku Direktur Utama Pasifik Satelit Nusantara atau PSN dan PT Satelit Nusantara III (SNT) mengatakan proyek pembangunan satelit tersebut telah mencapai 33 persen.
Hal itu ditandai dengan peletakan batu pertama salah satu stasiun pengendali satelit di Cikarang, Jawa Barat hari ini. Proyek satelit ini dikerjakan oleh PT Satelit Nusantara Tiga (SNT).
“Ini akan menjadi satelit terbesar yang dimiliki oleh Indonesia di Asia. Hidupnya lebih dari 15 tahun dan tingginya 6,5 meter. Juga akan jadi salah satu satelit teresar di dunia,” ujar Adi dalam ground breaking yang disiarkan secara virtual oleh Kemkominfo .
Adi Rahman Adiwoso, pria berusia 63 tahun yang lahir di Yogyakarta pada tanggal 26 Juli 1953. Beliau meraih gelar Sarjana Sains bidang Teknik Aeronautika dan Astronautika dari Purdue University (1974) dan gelar Magister Sains bidang Teknik Aeronautika dan Astronautika dari California Institute of Technology (1976).
ADVERTISEMENT
Beliau telah bertugas sebagai Direktur Utama Perusahaan sejak tahun 1991 hingga sekarang. Beliau juga menjabat sebagai Direktur Utama Asia Cellular Satellite System (ACes) (1994-sekarang).
Sebelumnya, beliau pernah menjabat sebagai Direktur PT Satelindo (1993-1995), Direktur Asia Pacific Satellite Corporation (1985-1991), Direktur PT Rajasa Hasanah Perkasa (1987-1989), dan pendiri perusahaan PT Rasikomp Nusantara (1982-1987).
Selain itu, beliau pernah bertugas sebagai Ketua Indonesian Institute of Corporate Governance (1999-2008).
Sedari kecil Adi mengaku sangat tertarik dengan berita-berita di koran yang melaporkan ada manusia sudah bisa singgah di Bulan, salah satunya kosmonaut asal Rusia, Yuri Gagarin. Terlebih saat di usia 9 tahun, ia pertama kalinya melakukan penerbangan menggunakan pesawat.
Alasan itulah yang akhirnya memicu Adi berkeinginan untuk mengambil studi di bidang Aeronautika.
ADVERTISEMENT
Ia nekat ambil studi di bidang sains, padahal tidak ada garis turunan yang menempuh studi di dunia eksakta. Ayahnya seorang lulusan sarjana Hubungan Internasional, sementara sang ibu hanya seorang ibu rumah tangga biasa.
Saat menempuh studi di AS, ia tidak hanya ingin sekolah saja, melainkan berjuang mencari ilmu dan pengalaman di luar kampus dengan cara mengikuti program magang di salah satu perusahaan perakit satelit di AS, Hughes Aircraft.
Adi menceritakan awalnya berniat hanya magang di perusahaan itu. Namun nasib berkata lain. Ia ditawari untuk kerja di perusahaan itu usai menyelesaikan studinya.
Pada 1982, akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke tanah air. Meski dengan rasa khawatir tidak mendapatkan kerja di Indonesia , ia memberanikan diri mengajukan surat pengunduran di perusahaan satelit AS itu.
ADVERTISEMENT
Ketika ia kembali ke Indonesia, Adi bertemu dengan pengusaha dalam negeri yakni Abu Rizal Bakrie (ARB). Bersama ARB ia memulai membangun usaha.
Akhirnya pada tahun 1991, ia bertemu ahli satelit yang juga akademisi di Institut Teknologi Bandung (ITB), Iskandar Alisyahbana, dan mengembangkan perusahaan satelit pertama di dalam negeri, yaitu Pasifik Satelit Nusantara. Kini Adi menjabat menjadi Presiden Direktur di perusahaan itu.
Adi menjelaskan secara lengkap, Satelit Satria I punya tinggi sekitar 6,5 meter, bobot 4,5 ton, kapasitas 150 giga byte per second, dengan masa hidup sampai 15 tahun.
Satelit ini juga dilengkapi dengan teknologi mutakhir, seperti electric propulsion yang bikin hemat bahan bakar karena menggunakan penggerak listrik.
Menurut Adi hingga kini proses pembuatan satelit sudah berjalan, total pengembangan terkini sudah mencapai 33%. Dia menyebutkan komponen satelit yang dibuat perusahaan Thales Alenia Space sudah digarap di Prancis dan akan selesai awal tahun depan.
ADVERTISEMENT
Proyek Satelit SATRIA I dibangun melalui perjanjian kerja sama pemerintah dengan badan usaha atau KPBBU. Proyek ini membutuhkan investasi senilai US$ 540 juta atau setara Rp 7,7 triliun.
Saat ini, pembiayaan berasal dari sejumlah lembaga pendanaan internasional.
Penanggung jawab proyek ini adalah Kominfo bersama Badan Aksesibilitas Telekomunikias Informasi (BAKTI). Sedangkan badan usaha pelaksananya ialah SNT. Adapun proyek ini telah menunjuk konsultan pengawas independen, yakni PT Surveyor Indonesia dan penjamin infrastruktur melalui PT Penjamin Infrastruktur Indonesia (PII).
"Pembangunan dimulai, saat ini konstruksi badan satelit dari karbon dan kevlar yang membuat sistem satelit menjadi enteng dan kuat sudah dipasang. Segala macamnya mulai dipasang di Prancis dan akan selesai awal tahun," papar Adi.
ADVERTISEMENT
Seluruh satelit akan disiapkan untuk diluncurkan pada kuartal II 2023 dengan target November 2023 semua hal sudah diset dan satelit bisa digunakan secara komersial. Peluncuran satelit akan dilakukan oleh Space X di Florida, Amerika Serikat.
Dalam proses pembangunan satelit, proyek itu juga melibatkan kontraktur utama. Kontraktor dari Prancis, yakni Thales Alenia Space, akan menjadi kontraktor pembangunan satelit. Sedangkan untuk pembangunan gateway, konsorsium telah menunjuk China Great Wall Industry Corporation (CGWIC) NWIEE.
Sebagai kontraktor monitoring, perusahaan Kratos Defense & Security Solutions, Inc dari Inggris akan dilibatkan dalam proyek. Adapun perusahaan HUGHES asal Amerika Serikat akan menjadi kontraktor untuk pembangunan IP Hub.
Di sisi lain, Johnny G. Plate selaku Menteri Komunikasi dan Informatika mengatakan proyek satelit ini dapat memperkecil kesenjangan akses broadband internet di Indonesia. Apabila satelit ini sudah berhasil diluncurkan menurutnya akan ada 150 ribu titik baru akses internet di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Rinciannya, akan ada titik baru internet di 93.900 sekolah, pesantren, dan institusi pendidikan lainnya. Ada juga 3.700 titik internet baru di fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia, mulai dari Puskesmas, hingga rumah sakit.
Kemudian, 47.900 titik internet baru juga akan muncul di kantor desa, kelurahan, kecamatan, dan kantor pemerintah daerah lainnya.
Lalu, ada juga 3.900 titik internet baru untuk kegiatan layanan keamanan dan ketertiban masyarakat di wilayah 3T. Sisanya, ada 600 titik layanan internet lainnya yang tersebar di tempat layanan publik umum.
Selain di Cikarang masih ada 10 stasiun pengendali satelit yang akan dibangun. Mulai dari Batam, Banjarmasin, Tarakan, Pontianak, Kupang, Ambon, Manado, Manokwari, Timika, dan Jayapura.