Konten dari Pengguna

Ali Muharam, Pemilik Makaroni Ngehe yang Memulai Bisnis dari Tukang Cuci Piring

21 Maret 2020 18:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ali Muharam, Founder & CEO Makaroni Ngehe. Foto: Toshiko/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ali Muharam, Founder & CEO Makaroni Ngehe. Foto: Toshiko/kumparan
ADVERTISEMENT
Mencapai sebuah kesuksesan tentu saja bukan suatu perjalanan yang mudah. Hal itu dibuktikan dalam kisah-kisah yang biasa tertulis di dalam profil orang sukses.
ADVERTISEMENT
Kesuksesan tidak bisa didapat semudah menjentikkan jari. Sekalipun orang tersebut sudah kaya dan menjalankan bisnis milik orang tuanya. Sedikit banyak ia harus berusaha agar bisa mempertahankan dan meningkatkan perusahaannya.
Pengalaman tersebut tentu saja berbeda dengan orang-orang yang nasibnya kurang beruntung, ia harus berusaha berkali-kali lipat lebih banyak untuk bisa mencapai kesuksesan yang diinginkan.
Barangkali itulah yang dilakukan oleh Ali Muharam, pendiri dari gerai cemilan “Makaroni Ngehe”. Makarnoni ngehe mampu memproduksi makaroni rata-rata 20 ton dalam 1 bulan. Makaroni sebanyak ini tentu saja bisa mendatangkan keuntungan sebesar 3 hingga 5 juta per bulan dari satu gerai saja. Seandainya ditotal dengan penghasilan dari seluruh gerainya, Ali mampu menghasilkan omzet hingga 40 miliar dalam satu bulan di tahun tersebut.
ADVERTISEMENT
Kesuksesan Ali sebagai pengusaha makaroni tentu saja tidak mudah. Pria ini harus melewati jalur yang dipenuhi dengan lika-liku untuk berada di titik tempat di mana ia berada sekarang.
Menapaki berbagai macam profesi
Sebelum menjadi pengusaha seperti sekarang, Pria kelahiran 26 September 1985 ini hanya pemuda biasa yang mencari peruntungan di ibu kota. Hal itu dilakukan lantaran Ali tidak bisa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi karena tidak memiliki biaya.
Pengalamannya selama hidup di Jakarta terbilang pahit. Ia sendirian, tak memiliki siapapun di kota yang disebut-sebut keras ini. Uang yang dimiliki oleh Ali untuk bertahan hidup pun tidak banyak sehingga ia harus bernaung di emperan toko ataupun masjid tempo malam.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, ia tetap berusaha untuk melepaskan diri dari nasib yang buruk itu. Ali mengadu nasib di berbagai macam tempat kerja yang tergolong tidak memberikan keuntungan banyak. Setelah sempat menjadi sales di kota Bogor, ia menggeluti pekerjaan sebagai penjaga kantin khusus karyawan di sebuah perusahaan.
Ali berjuang di Jakarta dengan bekerja serabutan. Ia pernah mengais rezeki sebagai tukang cuci piring, penjaga toko baju, hingga menulis skenario untuk sinetron. Hal itu dilakukan oleh Ali karena dirinya memang sudah memiliki keinginan untuk bergumul dengan nasib di ibu kota.
Jakarta juga membawa Ali kepada sebuah pekerjaan yang paling memberatkan. Ia sempat memiliki bos yang sering kali menindasnya dan memakinya alih-alih memperlakukan Ali dengan baik selaku karyawan. Yang menyedihkan, setelah diperlakukan tidak baik, Ali juga tidak dibayar atas jerih payahnya.
ADVERTISEMENT
Pengalaman tidak mengenakan tersebut belum lagi ditambah perutnya yang kerap kali lapar namun ia tidak bisa melakukan banyak hal. Alhasil, beberapa kali ia pernah meminum air keran ataupun hanya memakan jambu biji untuk mengganjal rasa haus dan laparnya.
Mendirikan makaroni Ngehe
Ilustrasi Makaroni Ngehe. Foto: Instagram: @ngehe_id
Tentu saja Ali ingin bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Untuk mencapai hal tersebut, ia berkeinginan untuk memulai wirausaha makaroni.
Ia memilih makaroni karena merasa tidak asing dengan makanan tersebut. Menu yang dijajakan di gerainya hari ini berasal dari resep milik ibunya yang dihidangkan di rumah.
Nekad adalah modal yang penting dalam perjalanan Ali untuk memulai bisnis. Ia mengawali usaha makaroninya dengan sebuah gerobak. Upaya awalnya ini ternyata membuahkan hasil yang membuat ali berkeinginan untuk melebarkan sayapnya.
ADVERTISEMENT
Dalam mengembangkan bisnis yang ia idam-idamkan, tentu saja ia memerlukan modal yang lebih banyak lagi. Langkah yang Ali ambil untuk mendapatkan modal adalah dengan mencari pinjaman sebesar 20 juta rupiah kepada temannya.
Bermodalkan uang 20 juta yang harus dicicil setiap bulan, ia membuka gerai makaroni pertamanya di daerah Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Tidak ada yang membantunya dalam membangun bisnis ini. mulai dari merancang konsep, mencari bahan baku hingga melayani pelanggan. Setelah bekerja setiap hari, ia juga terpaksa harus tidur di ruko kecil itu hanya dengan beralaskan kertas roti dan selimut.
Jerih payah yang dialami oleh Ali untuk bisa berdiri dengan kakinya sendiri ternyata tidak sia-sia. Gerai makaroni yang awalnya dibuka di sebuah ruko berukuran 2x3 meter ini menjamur. Sekarang makaroni ngehe sudah memiliki 32 gerai yang tersebar di beberapa kota seperti Jakarta, Tangerang Selatan, Tangerang, Bekasi, Bandung, Yogyakarta, Malang, dan Surabaya.
ADVERTISEMENT
Berkat kerja kerasnya dalam merintis usaha makaroni yang diambil dari resep ibunya, Ali yang awalnya harus mati-matian untuk bisa hidup sekarang bisa memberikan penghidupan bagi ratusan orang lewat lapangan pekerjaan yang ia sediakan.
Ali tentu saja bisa menjadi orang sukses hari ini, tapi ia tidak akan melupakan semua pengalaman pahit dalam menggeluti kerasnya hidup karena ia menjadikan pengalaman itu sebagai inspirasi bagi nama gerainya, “Ngehe”.