Anak Tukang Kerupuk Jadi Orang Terkaya, Awalnya Buat Salep Obat Panu di Garasi

Konten dari Pengguna
1 Juni 2020 11:44 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi penggunaan salep. Foto: Dok. kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penggunaan salep. Foto: Dok. kumparan
ADVERTISEMENT
Merasa cukup bekal pengetahuan dan pengalaman, anak muda itu mendatangi seorang pengusaha farmasi besar masa itu. Saat itu tahun 1961, usianya baru 28 tahun. Kepada pengusaha yang dijumpainya, dia mengajukan pendanaan Rp 30 juta untuk penelitian obat kencing manis dan tekanan darah tinggi.
ADVERTISEMENT
Tentu saja uang sebanyak itu sebuah kemewahan, jika diberikan ke seorang dokter muda yang baru selesai melanjutkan kuliah dari Amerika Serikat. Proposal pendanaan pun ditolak. Tak putus asa, anak muda itu lalu membuat usaha farmasi sendiri. Nama produknya ‘Tjap Beo’. Ada pil kina, juga salep obat panu.
Sayangnya usaha itu tak bertahan lama, hanya tiga tahun. Setelah itu usahanya bangkrut, kehabisan modal. Pelajaran terpentingnya adalah, bahwa bikin usaha ternyata tak hanya soal membuat produk. Selain itu juga butuh keahlian untuk menjualnya. Tak menyerah, anak muda itu mulai lagi usaha farmasi, kali ini mengajak rekan lain sesama dokter.
Tempat usahanya memanfaatkan garasi. Bukan miliknya. Tapi milik salah seorang pasien dari kakaknya, yang kebetulan juga seorang dokter. Dia merasa, banyak perusahaan-perusahaan besar di luar negeri yang memulai usaha dari sebuah garasi.
ADVERTISEMENT
"Produsen laptop Hawlett Packard itu mulainya di garasi. Bill Gates mulainya di ruang kamar kos-kosan. Big company yang lahir dari garasi jumlahnya sangat baik. Kalau mau berhasil, ada baiknya mulai dari garasi. Jadi karena mulai dari susah, semangat berhasilnya tinggi jadi ingin meraih sukses," kata Boenjamin Setiawan, dalam sebuah kesempatan berbagi pengalaman di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, beberapa waktu silam.
Dr. Boenjamin Setiawan pendiri PT Kalbe Farma, Tbk. Foto: Cover Buku 'Ilmu Kunci Kemajuan'.
Pria yang dikenal dengan sapaan Dr. Boen itu, kini dikenal sebagai pendiri PT Kalbe Farma Tbk, salah satu perusahaan farmasi terkemuka dan terbesar di Indonesia. Kapitalisasi pasar perusahaan dengan kode saham KLBF itu di Bursa Efek Indonesia (BEI), menurut data Bloomberg mencapai Rp 66,3 triliun.
Kalbe Farma resmi berdiri pada September 1966. Sebelum menjadi perusahaan besar seperti saat ini, tentu banyak pasang surut usaha yang dilewati. Termasuk saat krisis ekonomi melanda Indonesia 1998.
ADVERTISEMENT
Sayap usaha Kalbe Farma sekarang terus melebar. Tak hanya meracik obat, namun sudah memproduksi sendiri berbagai obat dan produk farmasi. Salah satu pabriknya berlokasi di Cikarang, Kabupaten Bekasi, belum lama diresmikan Presiden Jokowi.
Seiring usahanya yang membesar, kesuksesan pun diraih Dr. Boen. Pria yang kini berusia 87 tahun itu telah mencuat sebagai profil orang sukses. Pada 2019 lalu, Forbes memasukkannya ke dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Total kekayaannya ditaksir mencapai USD 4,35 miliar atau lebih dari Rp 65 triliun (Kurs Rp 15.000).
Kalbe juga mengakuisisi perusahaan-perusahaan farmasi dan produk kesehatan lain. Seperti Bintang Toedjoe, Saka Farma, Dankos, Morinaga, serta sederet perusahaan lain. Ada sekitar 20-an anak perusahaan Kalbe Farma.
Gedung kantor PT Kalbe Farma, Tbk di Jakarta. Foto: kalbe.co.id
Buku biografi Dr. Boen berjudul ‘Ilmu Kunci Kemajuan’, menunjukkan visi sang pendiri Kalbe Farma. Bahwa semua kesuksesan diraih dengan ilmu. “Kalbe saya lahirkan dan kembangkan karena ingin menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. Modalnya ilmu yang saya miliki dan kegigihan. Saya tidak memulainya dengan dana yang besar, saya bahkan memulainya dari sebuah garasi bekas bengkel,” kata Dr. Boen di buku biografinya itu.
ADVERTISEMENT
Meskipun Boenjamin Setiawan berasal dari keluarga sederhana yang menjalankan usaha kerupuk di Tegal, Jawa Tengah, tapi keluarganya mendorong semua anak mereka untuk bersekolah setinggi-tingginya.
Dr. Boen yang lahir pada 1933, merupakan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Sempat menjadi dosen di almamaternya, dia melanjutkan kuliah ke California, Amerika Serikat, hingga meraih gelar Ph.D. Dari akademisi, dia beralih ke dunia bisnis hingga membesarkan PT Kalbe Farma, Tbk.