Konten dari Pengguna

Cerita Filsa Budi yang Buka Usaha Bermodal Rp 100 Ribu, Kini Untung Miliaran

22 April 2020 15:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Filsa Budi Ambia, memiliki bisnis kuliner bernama Kampoeng Timur yang menjadi oleh-oleh nomor satu di Balikpapan, kalimantan Timur. Bisnis tersebut bermula dari uang sebesar Rp 100 ribu. Foto: instagram.com/filsabudi
zoom-in-whitePerbesar
Filsa Budi Ambia, memiliki bisnis kuliner bernama Kampoeng Timur yang menjadi oleh-oleh nomor satu di Balikpapan, kalimantan Timur. Bisnis tersebut bermula dari uang sebesar Rp 100 ribu. Foto: instagram.com/filsabudi
ADVERTISEMENT
Kegagalan bukan adalah suatu hal yang biasa ditemui oleh tokoh-tokoh yang berada di dalam profil orang sukses. Sebelum menjadi seseorang dengan nama dan bisnis besar, mereka diterpa bahkan dijatuhkan oleh masalah atau tantangan.
ADVERTISEMENT
Hanya saja seorang pebisnis tidak akan kalah langkah selagi diungguli oleh nasib. Mereka mungkin terpuruk sesaat, tapi tetap mencari jalan lain untuk tetap bisa berbisnis. Hal itu terlihat dalam kisah sukses Filsa Budi Ambia, pemilik dari Kampoeng Timoer dan Mistercrabs.
Kampoeng Timoer merek dagang dari usaha olahan laut milik Filsa. Ia mengolah berbagai jenis hidangan laut, salah satunya kepiting menjadi makanan yang dekat dengan masyarakat, yakni peyek.
Peyek kepiting buatan Filsa ini terbilang sukses. Kampoeng Timoer disebut sebagai oleh-oleh nomor satu dari kota tempat tinggalnya, Balikpapan, Kalimantan Timur. Adapun Mistercrabs juga merupakan olahan kepiting, hanya saja difokuskan untuk diedarkan di luar Balikpapan.
Peyek mungkin terlihat seperti sederhana, namun siapa sangka, Filsa bisa meraup untung besar dari bisnis ini. Ketika masih berjalan selama dua tahun saja, ia sudah mendapatkan omzet sebesar Rp 165 juta. Setelah bisnisnya berkembang, omzet yang didapat Filsa menyentuh angka miliran rupiah.
ADVERTISEMENT
Peyek kepiting milik Filsa kini sudah di tersedia di berbagai kota di Indonesia. Bisnis yang besar itu tentu saja tidak muncul begitu saja melainkan berawal dari sebuah bisnis kecil. Adapun upaya untuk menumbuhkan bisnis itu hingga besar, Filsa harus harus jatuh berkali-kali.
Berhenti bekerja demi bisni
Pria 34 tahun ini berasal dari kota Purwekerto, Banyumas, Jawa Tengah. Selepas SMK, ia memutuskan ikut dengan salah satunya untuk mencari pekerjaan di kota Balikpapan pada tahun 2006.
Pekerjaan pertama yang ia dapat diperantauan adalah supir truk di sebuah perusahaan tambang. Upah yang ia dapat dari balik kemudi adalah Rp 2 juta per bulan.
Pendapatan ini baginya tidak terbilang besar, apalagi jika mengingat biaya hidup di Balikapapan yang tinggi. Filsa juga saat itu tidak lagi tinggal bersama saudaranya karena saudaranya pindah ke Surabaya. Hal ini yang membuatnya harus memikirkan biaya tempat tinggal.
ADVERTISEMENT
Saat itu, Filsa menginginkan sesuatu yang lebih, ia ingin lebih maju. Baginya, untuk bisa maju, ia harus menjadi seorang pengusaha. Alhasil, keinginan tersebut ia ambil dengan langkah awal mengajukan surat pengunduran diri ke perusahaan.
Mulai dari bangkrut hingga ditipu
Filsa Budi bersama Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Foto: instagram.com/filsabudi
Filsa memantapkan diri sebagai seorang pengusaha. Bisnis pertama yang ia buka adalah kios yang menjual ayam goreng kalasan. Mulai dari bahan baku hingga uang sewa lapak, semua disuntik oleh uang yang disisihkan dari gajinya.
Sayangnya, modal yang ia keluarkan untuk bisnis tersebut seakan sia-sia. Dalam waktu 3 bulan, binsis ayam goreng kalasan milik Filsa ini terpaksa gulung tikar.
Kebangkrutan ini membuatnya Filsa mengambang di tengah nasib, tidak kemana-mana. Penghidupan saat itu ia perjuangkan dengan cara menjadi supir tembak di salah satu jasa rental mobil.
ADVERTISEMENT
Hal ini diperparah dengan tagihan utang yang berasal dari kartu kredit yang ia pakai untuk membiayai pernikahan. Karena utang, ia harus berurusan dengan debt collector atau penagih hutang, bahkan sang istri pun mengalami kekerasan secara verbal yang dilakukan si penagih hutang.
Pada tahun 2012, Filsa mencoba peruntungan dari bisnis lain, yaitu bisnis martabak mini. Martabak mini itu dibuka di gerai-gerai kecil dan dalam jangka waktu tertentu, Filsa bisa memiliki 35 gerai yang tersebar di Indonesia.
Terlihat besar memang, namun Filsa sendiri tidak merasakan hasilnya. Bisnis martabak mini ini tidak berjalan di jalur yang mulus sehingga harus berakhir sama dengan bisnis pertamanya.
Kepahitan seperti tidak berhenti di hidup Filsa saat itu. Pria itu harus menanggung hutang lebih besar lagi karena menjadi korban penipuan yang mengaku ingin berinvestasi di bisnis martabaknya. Uang tersebut raib dibawa oleh si penipu di saat Filsa juga mendapatkan uang itu dari berhutang.
ADVERTISEMENT
Diselamatkan uang Rp 100 ribu
Peyek kepiting dari Kampoeng Timoer. Foto: instagram.com/kampoengtimoer.id
Dunia seakan menjadi lebih sempit dan membuat Filsa semakin sesak saat itu. Bagaimana tidak? Ia memiliki banyak hutang, tidak memiliki pekerjaan ditambah keluarganya yang saat itu serba kekurangan. Filsa dan sang istri bahkan tidak mampu untuk membelikan susu untuk anaknya yang masih bayi sehingga terpaksa diganti dengan teh manis.
Karena kebutuhan yang banyak, Filsa tidak memiliki pilihan lain kecuali menggadai mas kawin. Uang sebesar Rp 1,5 juta itu ia pergunakan untuk membeli kebutuhan keluarganya dan menyidakan Rp 100 ribu.
Tekad Filsa untuk menjadi pengusaha tidak tumbang meski nasib menerpanya dengan keras. Bermodalkan Rp 100 ribu, ia melanjutkan bisnis peyek kacang milik salah satu tetangganya.
Tetangganya memutuskan untuk berhenti menjual peyek kacang karena hasilnya yang tidak memuaskan. Hal itu ternyata dirasakan juga oleh Filsa.
ADVERTISEMENT
Hanya saja, Filsa tidak menyerah. Sebagai pebisnis ia mencoba untuk mencari peluang bisnis agar bisnis peyek itu tidak mati. Ia melihat potensi dari kota Balikpapan sendiri yang di mana kepiting dijual dengan harga murah. Peyek kepiting juga menurutnya belum banyak saat itu sehingga ia memberanikan diri untuk memulai bisnis peyek kepiting yang di mana menjadi pijakan terakhirnya dalam bertahan di dunia bisnis.
Filsa mempergunakan kepiting-kepiting yang tidak masuk ke dalam kriteria ekspor, namun masih tetap layak untuk dikonsumsi. Tak disangka, eksperimennya ini disambut baik oleh teman-temannya. Mereka suka dengan peyek kepiting yang dibuat oleh Filsa.
Berangkat dari situ, Filsa terus mengembangkan bisnis peyek kepitingnya. Seiring berjalannya waktu, bisnisnya ini semakin membesar bahkan bisa membuka cabang di Yogyakarta sebagai bentuk ekspenasi bisnisnya di pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
Kesuksesan bisnisnya ini membuatnya didukung oleh pemerintah. Kampoeng Timoer yang dirintis Filsa ini menjadi UMKM yang akhirnya bisa dibina oleh Dinas Perindustrian dan Dinas Perikanan.