Cerita Ibu Rumah Tangga Raup Ratusan Juta dari Jual Kerupuk, Modalnya Rp 50 Ribu

Konten dari Pengguna
17 Juni 2021 14:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Dok. BRI
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Dok. BRI
ADVERTISEMENT
Menjadi seorang pengusaha kerupuk kulit sukses barangkali tak pernah menjadi angan-angan Zetria. Dari bisnis kerupuknya, perempuan asal Padang itu berhasil meraup omzet hingga Rp 200 juta per bulan.
ADVERTISEMENT
Namun, sebagaimana kita tahu, kesuksesan memang datang tanpa rencana. Hanya keseriusan, kerja keras, dan mental yang kuat saja yang dapat membawa keberhasilan dalam hidup.
Sebenarnya Zetria bukan perempuan yang lahir dari keluarga berada. Latar belakangnya sederhana. Perempuan berusia 40 tahun itu hanyalah seorang karyawan swasta sebelum jadi ibu rumah tangga tulen.
Zetria mengikuti sang suami pindah ke Padang setelah mengundurkan diri dari pekerjaannya. Tak ada hal lain yang ia inginkan selain mengabdi untuk keluarga.
Kendati demikian, menjadi ibu rumah tangga tak membuat kepala Zetria membeku. Bakat kreatifnya, terutama di bidang bisnis, seakan tak akan bisa dibendung.
Di tengah-tengah kesibukannya sebagai seorang ibu, pada kisaran tahun 2007 Zetria "iseng-iseng" membeli 15 kilogram kulit sapi seharga Rp 50 ribu. Ia yang sebelumnya memang memiliki bakat di bidang kuliner, menjadikan kulit sapi tersebut sebagai kerupuk.
ADVERTISEMENT
Awalnya kerupuk kulit sapi bermodalkan Rp 50 ribu itu hendak ia jadikan usaha sampingan sebagai pegangan keluarga. Tak ada niatan membangun sebuah korporasi atau setidaknya sebuah UMKM berlaba besar.
Kulit sapi seberat 15 kilogram dijadikan Zetria sebagai stok bahan dasar kerupuk kulitnya untuk satu minggu. Artinya, dalam seminggu ia akan habiskan seluruh stok itu untuk dijual kembali ke orang-orang terdekat.
Setiap hari, Zetria memasok kerupuk buatannya ke warung-warung kecil di sekitaran tempat tinggalnya. Beberapa bahkan ia simpan di rumah jaga-jaga jika ada sanak saudara yang hendak membeli produk buatannya.
Lambat laun, cerita tentang kerupuk kulit Zetria menyebar ke banyak kalangan. Dari kawan ke kawan, saudara ke saudara, mulut ke mulut, cerita tentang kenikmatan kerupuk kulit Zetria menyebar.
ADVERTISEMENT
Siapa sangka, permintaan pasar lama kelamaan terus meningkat. Stok bahan dasar kulit sapi yang tadinya sebanyak 15 kilogram per minggu pun meningkat pesat menjadi 70 kilogram per hari.
Permintaan konsumen terus berdatangan hingga membuat Zetria kewalahan. Akhirnya, demi meningkatkan produksi, Zetria memutuskan untuk meminjam modal ke sebuah bank.
Sekali meminjam, pengajuan Zetria tidak lantas diterima. Butuh effort yang besar bagu Zetria untuk membesarkan bisnisnya. Dengan tekad yang kuat, pinjaman yang berkali-kali diajukan Zetria akhirnya disetujui.
Pada 2008 ia mendapatkan kucuran modal dari BRI sebesar Rp 30 juta. Uang sebesar itu ia manfaatkan betul-betul untuk segala kebutuhan bisnis kerupuk kulitnya, dari mulai menyewa rumah sebagai pabrik, membayar pekerja, hingga membeli mobil pick up sebagai alat transportasi.
ADVERTISEMENT
Pinjaman dari bank tersebut lambat laun berhasil ditutup kembali dari laba besar yang ia dapatkan. Limit pinjamannya pun kian waktu kian membesar. Ia bahkan sudah mendapatkan limit pinjaman modal hingga Rp 650 juta akibat kesuksesan bisnis kerupuknya.
Usahanya pun semakin membesar. Ia bahkan memberdayakan perempuan yang mayoritas berasal dari kalangan ibu-ibu untuk bekerja di pabrik kerupuknya. Tak cuma keuntungan pribadi, kini Zetria sudah mampu menggaji orang lain.
Produk kerupuk kulit Zetria kini bahkan memiliki banyak varian, baik varian rasa maupun varian kemasan. Mulai dari rasa balado hingga rasa yang gurih, dan mulai dari kemasan Rp 1 ribu hingga Rp 40 ribu per bungkus.