Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Dahlan Iskan, Eks Menteri BUMN yang Dulunya Hidup Miskin Tak Mampu Beli Sepatu
13 Februari 2021 12:24 WIB
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Siapa bilang orang miskin tak bisa sukses? Semua orang bisa sukses, mau kaya tau miskin, muda atau tua, berpendidikan tinggi atau tidak, semua orang memiliki peluang dalam meraih kesuksesan.
ADVERTISEMENT
Hal ini tejadi dalam kehidupan salah satu profil orang sukses di Indonesia, Dahlan Iskan. Pria yang akrab disapa Dahlan ini terlahir dari keluarga yang hidup di pedesaan yang masuk dalam golongan tak mampu.
Tak ada yang tahu secara persis kapan seorang Dahlan Iskan dilahirkan. Lantaran lemari tua yang menyimpan data hidup Dahlan dijual guna menghidupi keluarga kecil ini. Padahal di sisi lemari tersebut terdapat catatan hidup dirinya.
Jadi sampai saat ini dia menggunakan tanggal lahir karangannya sendiri yakni 17 Agustus 1951. Ia memilih tanggal tersebut, agar mudah diingat lantaran berbarengan dengan hari kemeredakaan Indonesia.
Dahlan Iskan Kecil
Dahlan Iskan merupakan anak dari sepasang orang tua Mohammad Iskan dan Lisnah. Dia adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Kakak pertama Dahlan bernama Khosyatun, dan kakak keduanya bernama Sofwati. Sedangkan, adik bungsu Dahlan bernama Zainuddin.
ADVERTISEMENT
Orang tua Dahlan hidup dalam keadaan yang sangat miskin. Dahlan dan saudara-saudara kandungnya biasa hidup dalam kesederhanaan. Tak jarang, mereka dilanda kelaparan lantaran tak ada uang untuk mengisi perut keroncongan mereka. Kehidupannya yang serba kekurangan tersebut membuat Dahlan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh.
Saat kecil, Dahlan Iskan hanya mempunyai satu stel baju berupa kaus, celana, dan satu sarung. Sarung merupakan pakaian yang serbaguna baginya. Saat baju dan celananya dicuci, dia mengenakan sarung tersebut hingga pakaiannya kering.
Bahkan, saat sekolah, dia tidak memiliki sepatu. Dia berjalan kaki dengan tanpa alas kaki padahal dia harus berjalan kaki puluhan kilometer dari rumah ke sekolah. Kakinya jadi lecet karena berjalan tanpa sepatu tersebut. Saat itu, dia menyimpan sebuah keinginan besar untuk dapat memiliki sepeda dan sepatu.
ADVERTISEMENT
Ayahnya hanya seorang buruh serabutan dan ibunya seorang pengrajin batik, tak mampu membelikan sepatu. Alhasil, Dahlan harus berjalan tanpa alas kaki untuk ke sekolah. Dahlan kecil harus melewati jalanan berkerikil, jalan becek dan akan basah kuyup bila hujan datang.
Dahlan kecil memiliki cita-cita sederhana, yakni memiliki sepatu. Cita-cita sederhana yang sangat tinggi buatnya. Sepatu merupakan benda yang memiliki harga mahal. Mengetahui hal tersebut, Lisna Iskan, Ibu Dahlan mengumpulkan uang sedikit-demi sedikit untuk membelikan sepatu sekolah. Ibunya hanya mampu membelikan sepatu bekas di loakan yang telah sobek di bagian depan. Dahlan hanya memakai sepatu tersebut di hari senin saat upacara karena tak ingin sepatu itu tambah rusak.
Untuk membantu keuangan keluarganya, Dahlan kecil harus membantu orangtuanya menyabit rumput, menggembala kambing, dan menjadi kuli seset di kebun tahu sepulang sekolah. Namun, ketika dirinya menginjak kelas 6 SD, Ibunya wafat dan Dahlan harus belajar mengikhlaskan.
ADVERTISEMENT
Perjalanan Karier Dahlan Iskan
Dahlan berhasil meneruskan pendidikan hingga di bangku kuliah tepatnya di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Samarinda.
Dahlan merintis karir pada tahun 1975 dengan menjadi seorang reporter di sebuah surat kabar harian lokal Samarinda. Karirnya mulai berkembang pada tahun 1976, sehingga Dahlan ditugaskan untuk menjadi wartawan majalah Tempo.
Namanya menjadi terkenal setelah ia menjadi satu-satunya wartawan yang meliput kecelakaan Kapal Tampomas. Berkat liputannya tersebut, karirnya semakin melesat hingga pada tahun 1982 ia berhasil menjadi pemimpin surat kabar Jawa Pos miliki Eric Samola yang merupakan direktur utama penerbit majalah tempo.
Ketika itu Jawa Pos sedang dalam keadaan sekarat dan hampir mati. Jumlah sirkulasi produksi hanya berkisar 6.800 eksemplar saja. Jumlah oplah tersebut sangat sedikit dan dapat diangkut habis dengan menggunakan beberapa becak. Melihat keadaan tersebut, Ia tidak tinggal diam dan mulai melakukan pembaruan.
ADVERTISEMENT
Lima tahun menjabat sebagai Pemimpin Jawa Pos baru terlihat hasil dari usahanya. Ia berhasil mencetak jumlah oplah hingga 126.000 eksemplar dengan omset tahunan naik hingga 20 kali lipat yang menyentuh angka 10, 6 milyar.
Pada tahun 1993 Dahlan Iskan memutuskan keluar dari Jawa Pos. Kemudian mendirikan Graha Pena pada tahun 1997 yang menjadi salah satu pelopor gedung pencakar langit di Surabaya. Ia juga berhail mendirikan bangunan perkantoran yang serupa di Jakarta. Dahlan juga berhasil dalam mengembangkan Jawa Pos News Network (JPNN).
Saat ini, JPNN adalah jaringan media terbesar di Indonesia dengan 190 surat kabar, tabloid, dan majalah. JPNN juga memiliki 40 percetakan yang tersebar di seluruh Indonesia dan stasiun tv sebagai media elektroniknya. Di tahun 1997, Dahlan Iskan membangun gedung pencakar langit untuk menjadi pusat aktivitas JPNN.
ADVERTISEMENT
Dahlan Iskan juga memiliki usaha di bidang real estate dan hotel. Dirinya memiliki perusahaan yang berkaitan dengan listrik yakni PT Cahaya Fajar Kaltim dan PT Prima. Usahanya ini juga terus berkembang.
Keberhasilan Dahlan dalam memimpin Jawa Pos kemudian dilirik oleh SBY. SBY yang saat itu menjadi Presiden, menunjuk Dahlan untuk menjadi Direktur PLN. Kala itu, SBY ingin Dahlan membenahi sistem PLN yang sering diprotes masyarakat akibat sering mati listrik.
Selama menjabat sebagai Dirut PLN, Dahlan berhasil membuat PLTS di 100 Pulau pada tahun 2011. Karena melihat banyak kemajuan, Dahlan pun ditunjuk SBY sebagai menteri BUMN setelah 2 tahun memimpin PLN.
Dahlan Iskan Lakukan Cangkok Hati
Dahlan Iskan pernah terjangkit virus Hepatitis B dan membuatnya harus melakukan transplatasi hati. Dia mengalami muntah darah dan melakukan pengecekan ke seorang dokter. Ternyata, hatinya telah sirosis dan sudah rusak karena dipenuhi kanker. Dengan penuh pertimbangan, Dahlan memilih sebuah rumah sakit di Tianjin, China. Sebelumnya, dokter memvonis jika dia hanya mempunyai sisa umur 6 bulan dan paling lama dua tahun. Namun, untungnya dia mendapatkan pendonor hati dan sukses dalam menjalani operasi.
ADVERTISEMENT
Terpapar Virus Corona
Mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan terkonfirmasi positif COVID-19. Per hari ini, Kamis (21/1), Dahlan sudah 12 hari dirawat di rumah sakit. Namun, Dahlan mengatakan sejatinya ia merasa tidak perlu dirawat sebab statusnya adalah Orang Tanpa Gejala (OTG).
“Jadi sebetulnya saya tidak harus masuk rumah sakit karena tidak ada gejala. Pertamanya hanya batuk-batuk kecil tapi saya sangat waspada sehingga langsung diperiksa langsung positif dan langsung masuk rumah sakit karena kebetulan ada kamar,” cerita Dahlan Iskan dalam The Virtual Jakarta CMO Club, Kamis (21/1).
Dahlan mengatakan bahwa tidak ada keluhan apa pun yang ia rasakan. Dahlan tidak flu, tubuhnya tidak demam dan indera pengecapnya masih berfungsi baik.
Kisah hidup Dahlan Iskan banyak dijadikan inspirasi bahkan diangkat ke layar lebar dengan judul "Sepatu Dahlan". Banyak contoh yang dapat diambil dari kerja keras Dahlan untuk keluar dari belenggu kemiskinan. Kerja keras menjadi prinsip hidupnya. Dahlan yang dulunya hanyalah seorang anak miskin kini bermetamorfosa menjadi salah satu profil orang sukses Indonesia.
ADVERTISEMENT
Yuk raih mimpimu dengan semangat dan kerja keras!
(AAG)