Konten dari Pengguna

Dulunya Buruh Pabrik dan Satpam Restoran, Hui Ka Yan Kini Orang Terkaya di China

8 Juni 2020 11:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
foto: Twitter @Huikayan1
zoom-in-whitePerbesar
foto: Twitter @Huikayan1
ADVERTISEMENT
Dalam benak kita, China entah mengapa tampak menjadi sumbernya orang-orang kaya. Apabila ada pengusaha besar yang dari situ ia menjadi kaya raya atau konglomerat, meskipun mungkin tak memiliki darah Tiongkok, kita bisa dengan enteng menyebutnya: seorang Taipan.
ADVERTISEMENT
Hal itu, mungkin saja, disebabkan oleh fakta bahwa China memang sebuah negara dengan industri besar-besaran. Selain kreatif dan pekerja keras, orang-orang China dikenal dunia terampil membuat apapun. Maka kondisi itulah yang membuat mereka mapan secara ekonomi, dan dalam bentuk yang lain, kaya raya.
Dalam hal ini, hal itu benar adanya dibuktikan oleh Hui Ka Yan, lelaki paling kaya di China menurut Majalah Forbes. Hingga 2017, lelaki kelahiran 9 Oktober 1958 itu mempunyai harta sebanyak USD42,5 miliar atau setara dengan Rp 590 triliun. Hal itu diperolehnya lantaran menjadi Chairman China Evergrande Group yang bergerak di bidang properti.
Namun, di balik keadaannya seperti sekarang, Yan lahir sebagai anak kecil miskin di sebuah desa sederhana di Provinsi Wuhan. Sejak dahulu, ia menjalani kehidupan yang begitu-begitu saja, bahkan menderita. Ibunya meninggalkan Yan kecil yang baru berumur satu tahun, dan ayahnya, yang menemani Yan, merupakan mantan tentara revolusi China dengan gaya hidup tak mencolok.
ADVERTISEMENT
Maka keadaan macam begitulah yang menumbuhkan tekad Yan untuk mengubah kehidupannya menjadi lebih baik. Lulus dari SMA, ia bertekad untuk mengeyam bangku kuliah. Di tahun 1982, Yan lalu berhasil lulus dari Wuhan Institute of Metallurgy. Di masa kuliah itu pula, ia sempat melakoni pekerjaan sampingan menjadi satpam di sebuah restoran.
Lulus dari kuliah, hidup ternyata memutar Yan pada petualangan lain. Tak seperti teman-teman pada umumnya yang lulus lalu bekerja, gelar sarjana yang disandang Yan membuatnya memutuskan pindah ke kota lain guna mencari pengalaman hidup, menabrak tembok tradisi yang ada. Ia hijrah ke Kota Wugang, Provinsi Henan, China, dan menjadi buruh pabrik baja selama 10 tahun di sana.
foto: kumparan
Bekerja selama sepuluh tahun, nasib ternyata tak kunjung membentuk hidupnya yang sedari kecil sudah morat-marit menjadi kian baik. Dilatarbelakangi ketakpuasannya menjadi buruh pabrik itu, pada tahun 1996, Yan memutuskan berhenti bekerja lalu memulai petualangan yang baru sama sekali: ia membuka bisnis properti. Bisnis itu pada awalnya ia namai Evergrande.
ADVERTISEMENT
Di masa awal pendirian Evergrade, Yan memulai semuanya dengan hanya mempekerjakan 20 karyawan dan membangun sebuah apartemen kecil. Namun, akibat kerja keras juga kegigihannya, bisnis itu berkembang amat pesat.
Di tahun 2009, bisnis properti Yan itu naik kelas, tampil di pasar bursa Hong Kong, dan mulai berganti nama menjadi Evergrande Real Estate. Tujuh tahun setelahnya, bisnis itu menjadi perusahaan properti raksasa dan berubah nama menjadi China Evergrande Group. Sementara hanya selisih satu tahun setelah itu, yakni pada 2017, perusahaan milik Yan itu berhasil menangani 546 proyek yang mencakup 209 kota, 30 provinsi, dan banyak distrik lainnya di China.
Di tahun-tahun setelahnya, China Evergrande Group kian meraksasa, mengantarkan Yan pada kondisi seperti sekarang. Bahkan, lelaki kelahiran Zhoukou itu mulai melebarkan sayap bisnisnya di bidang keuangan dan pariwisata. Putra Yan, Xu Zhijian, yang memegang MBA dari Universitas Tsinghua, menjadi wakil presiden atau vice chairman di sana.
ADVERTISEMENT
Saat ini, di perusahaan properti raksasa yang dirawat Yan sejak nol itu, Alibaba Group bahkan hanya memiliki saham minoritas.