Dulunya Office Boy, Agus Pramono Kini Sukses Jadi Pengusaha Beromzet Miliaran

Konten dari Pengguna
22 Mei 2020 14:19 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
foto: maxmanroe.com
zoom-in-whitePerbesar
foto: maxmanroe.com
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah ungkapan terkenal, hidup, kata banyak orang, seperti roda yang be
ADVERTISEMENT
Pedoman semacam itulah yang dari dulu dipegang erat oleh Agus Pramono. Berbekal ijazah SMA, ketangguhan pria yang kerap disapa Mono itu tengah terasah oleh waktu. Berkat kerja keras yang ia lakukan di masa-masa sulit secara konsisten, hidup kini menempatkannya pada kondisi yang sama sekali berbeda.
Saat ini, Mono banyak dikenal orang sebagai pengusaha Ayam Bakar Mas Mono yang pusatnya berada di Kalasan. Kini ia telah mempunyai lebih dari sepuluh outlet yang tersebar di berbagai kota, dengan ratusan ekor ayam yang ia sajikan untuk pelanggan dalam sehari. Selain itu, ia juga menyediakan catering langganan untuk ANTV, Trans TV, dan Trans7.
Soal omzet, pria asli Madiun itu setidaknya selalu mengantongi lebih dari Rp. 100juta dalam sebulan. Dari jumlah itu, tentu tak berlebihan jika kita menyebut pria ini sebagai miliarder.
ADVERTISEMENT
Namun, sebagaimana yang selalu ditebak setiap orang, kesuksesan itu tak datang tiba-tiba. Hidup tak pernah memberi segala sesuatu secara gratis. Di balik uang yang bermiliar-miliar, tentu ada harga lain yang harus dibayar.
Sekitar sepuluh tahun sebelum Mono memiliki usaha ayam bakar seperti sekarang, petualangannya dimulai ketika ia hidup prihatin di ibukota. Ia hijrah dari Madiun ke Jakarta pada 1994, mengadu nasib. Sesampainya di Jakarta, Mono bersedia melakukan pekerjaan apapun asalkan dapat bertahan hidup. Maka di tahun itu, mulailah ia bekerja sebagai karyawan restoran cepat saji California Fried Chicken (CFC).
Namun, tak berselang lama, hidup mengantarkan Mono pada nasib buruk. Krisis ekonomi pascareformasi membuat banyak usaha lesu bahkan mengalami kebangkrutan. Jadilah Mono terpaksa keluar dari pekerjaannya. Di masa-masa sulit itu, ia termasuk dalam barisan orang yang tak memiliki pekerjaan tetap.
ADVERTISEMENT
Sampai pada suatu hari di tahun 1998, seorang kawan datang dan menawarinya pekerjaan baru. Mono ditawari menjadi office boy di sebuah perusahaan konsultan di Jakarta. Lantaran tak punya rencana pasti soal yang hendak ia lakukan ke depan, ia menerima pekerjaan itu.
Di pekerjaannya, tugas Mono sehari-hari ialah menyapu, mengepel, juga memfotokopi dokumen, di samping juga belajar mengoperasikan komputer di sela-sela waktunya. Alhasil, keterampilan itu mendorongnya membuka jasa pengetikan skripsi.
Namun, semua yang ia usahakan tetap tak cukup menghidupi dirinya sendiri. Pendapatan yang ia peroleh tak mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan ekonomi yang berkembang jauh lebih pesat.
foto: hariyadiprabowo.blogspot.com
Akibat kondisi itu, Mono akhirnya mengundurkan diri sebagai office boy. Berbekal sisa pendapatan sebesar Rp. 500rb dari pekerjaan itu, ia lalu berinisiatif memulai usaha roti pisang coklat, menjualnya ke sekolah-sekolah.
ADVERTISEMENT
Namun, pekerjaan itu juga tak berlangsung lama. Mono hanya berjualan roti pisang coklat selama dua tahun. Hingga pada suatu hari di tahun 2000, ia melihat sebuah lapak tak terpakai di pinggiran kota. Bayangan tentang mimpi yang ia pelihara sejak lama jadi kembali mencuat.
Belakangan, telah sejak lama Mono berkeinginan untuk memiliki kedai ayam bakar kakilima. Melihat peluang dan dibarengi dengan semangat yang ia peroleh di kondisi sulit, Mono lantas mengeksekusi keinginan itu.
Pada awalnya, Mono hanya bisa berjualan 5 ekor ayam yang ia bagi menjadi 20 potong dalam sehari. Namun, perjuangan yang ia lakukan selama bertahun-tahun, dengan tetap konsisten menghidupi mimpinya soal ayam bakar itu, mengantarkannya pada hasil yang baik.
ADVERTISEMENT
Kombinasi antara menu yang enak dan ketekunan akhirnya membuat Ayam Bakar Mas Mono semakin diminati pelanggan. Bulan berganti bulan, tahun berganti tahun, pelanggan warung kakilima tersebut semakin membludak.
Dilatarbelakangi hal itu, Mono lantas mulai membuka banyak outlet di berbagai kota, terutama di Jakarta. Pengalaman hidup prihatin ternyata mengantarnya pada nasib mujur. Seiring berjalannya waktu, usahanya semakin berkembang dan membesar. Jadilah ia kita bos Ayam Bakar Mas Mono, dengan omzet ratusan juta rupiah perbulan, sebaimana yang banyak diketahui orang-orang sekarang ini.