Harry Sanusi, Pendiri Permen Kino yang Berbisnis Sejak Usia 10 Tahun

Konten dari Pengguna
23 Maret 2020 16:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Harry Sanusi. Foto: kino.co.id
zoom-in-whitePerbesar
Harry Sanusi. Foto: kino.co.id
ADVERTISEMENT
Tentu kita tidak asing saat mendengar produk perawatan rambut Ellips, parfum Eskulin, pembersih wajah Ovale hingga produk minuman Cap Kaki Tiga yang diproduksi oleh PT Kino Indonesia Tbk.
ADVERTISEMENT
Di balik nama besar perusahaan tersebut, ada profil orang sukses Harry Sanusi yang memulai bisnis bermodal 6 orang karyawan. Saat itu Kino bukan perusahaan yang mempunyai produknya sendiri, melainkan hanya sebuah badan usaha yang berfokus dibidang distribusi.
Sejak kecil Harry sudah dikenal sebagai sosok pekerja keras, di usia 10 tahun ia sudah membantu usaha orang tua yang saat itu mengelola perusahaan distribusi di wilayah Kalimantan Barat. Harry sudah terjun ke dunia bisnis untuk menjual produk kebutuhan sehari-hari, mulai dari makanan, minuman hingga obat-obatan.
Pria lulusan Farmasi Universitas Pancasila ini megawali bisnis secara otodidak karena sebelumnya belum pernah bekerja secara langsung di perusahaan. Setelah menyelesaikan studi, ia memutuskan untuk banting stir mengelola sebuah usaha distribusi kecil yang jumlah karyawannya hanya 6 orang. Saat itu sebenarnya ia sedang menunggu kelanjutan pendidikan apoteker di Universitas Indonesia.
ADVERTISEMENT
Namun, Harry berpikir toh setelah lulus akan bekerja juga untuk orang mengapa tidak sekarang saja mengembangkan minat di bidang tersebut. Bisnis Harry saat itu tidak mulus seperti yang dibayangkan, bahkan ia sempat merangkap menjadi supir, salesman, helper hingga kolektor karena sedikitnya pekerja saat itu.
Usaha yang dirintis selalu dijalankan dengan sungguh-sungguh hingga ia bisa membawa nama besar perusahaan distributornya, PT Duta Lestari Sentratama.
Jatuh bangun sempat Harry rasakan, di masa-masa krisis moneter Indonesia menjadi suatu hal yang paling diingat. Banyak perusahaan yang gulung tikar, termasuk dirinya yang terpaksa harus menjual semua aset perusahaan.
Namun, karena kepintaran Harry dalam melihat peluang, dengan hasil penjualan dan sejumlah tagihan dari pedangang terdahulu, ia malah mantap memutuskan untuk membangun pabrik permen bermerek Kino di Semarang, Jawa Tengah.
Beragam produk PT Kino Indonesia. Foto: indonesiainvestment
Rupanya Harry Sanusi masuk ke industri manufacturing disaat yang tepat karena pengusaha di bidang tersebut sedang mengalami kebangkrutan dengan harus membayar hutang.
ADVERTISEMENT
Produk permen yang saat itu terlihat kecil dan dianggap sebelah mata tidak mematahkan semangat Harry untuk terus berinovasi. Saat itu ia memutar otak mencari sesuatu yang berbeda, maka terciptalah permen lunak atau soft candy yang pembuatannya pun lebih sulit dari permen biasanya.
Tidak sampai situ ia juga melihat peluang jika pasar permen soft candy saat itu selalu berasa buah, akhirnya Harry memilih untuk membuat permen lunak dengan rasa kopi.

Kepintaran Melihat Peluang

Pabrik PT Kino Indonesia Tbk. Foto: kino.co.id
Di saat masa krisis tak banyak perusahaan yang mengiklankan produknya. Hal tersebut dilihat sebagai peluang yang baik oleh Harry. Lantas ia nekad memasang iklan di prime time yang saat itu satu slotnya dihargai Rp 250 ribu untuk durasi 15 detik. Baiknya, karena kompetitor yang sedikit, iklan produk Harry dimunculkan sesaat setelah Presiden Soeharto berpidato. Dari sanalah nama Kino kian melejit di kalangan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Harry Sanusi gak pernah patah arang buat membesarkan perusahaannya tersebut. Terbukti, berhasil dengan produk permen, Kino hadir dengan inovasi produk yang lebih banyak lagi, seperti produk perawatan tubuh, rambut hingga vitamin.
Tahun 2003 Harry mencoba peruntungan masuk ke pasar ekspor. Membuat branch office di Malaysia dengan nama Kino Care Malaysia Sdn Bhd (KCM), menyusul Kino Consumer Philipines (KCP), membangun kerjasama distribusi dengan perusahaan di Singapure, Brunei Darussalam, Myanmar, Jepang, Australia, Middle East dan Afrika.
Awalnya hanya 6 karyawan, kini Harry Sanusi sudah memimpin lebih dari 8500 karyawan di seluruh Indonesia, belum lagi omzet yang didapat mencapai Rp 11 triliun. Salah satu kutipan Harry Sanusi yang bisa menjadi pembelajaran adalah “ Mulailah sesuatu, karena jika tidak dicoba tidak akan tahu hasilnya akan seperti apa.”
ADVERTISEMENT
Kalau saat itu Harry memilih untuk menjadi pekerja biasa untuk orang lain, mungkin kita tidak akan mendengar nama besar Kino seperti sekarang.