Konten dari Pengguna

Hartanya Melimpah, Pengusaha RI Sukanto Tanoto Beli Istana Raja di Jerman

6 Januari 2022 13:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Profil Orang Sukses tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Miliarder RI Sukanto Tanoto. Foto: FB @SukantoTanoto
zoom-in-whitePerbesar
Miliarder RI Sukanto Tanoto. Foto: FB @SukantoTanoto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Miliarder RI, Sukanto Tanoto beberapa waktu lalu menjadi perbincangan hangat usai dirinya membeli aset properti berupa bekas Istana Raja Ludwig di Munchen, Jerman pada Juli 2019 lalu.
ADVERTISEMENT
Dari laporan OpenLux, orang terkaya RI ke-21 itu membeli istana dengan harga fantastis yaitu mencapai 350 juta euro atau sekitar Rp 6 triliun.
Tak heran jika melihat total kekayaan yang dimilikinya saat ini, Forbes mencatat Sukanto Tanoto memiliki harta mencapai USD 2,2 miliar yang setara dengan Rp 31,4 triliun.
Darimanakah sumber kekayaannya ini berasal?
Sukanto merupakan pengusaha asal Medan yang bisnisnya fokus pada industri pengolahan kayu, kelapa sawit, hingga pengembangan sumber daya energi yang dijalankan di bawah perusahaan Royal Golden Eagle (RGE).
Ia memulai bisnis pertamanya di tahun 1967 RGE berkembang ke kancah global dengan berbagai bisnis terkemuka misalnya pulp dan kertas (APRIL dan Asia Symbol), minyak kelapa sawit (Asian Agri dan Apical), serat viscose (Sateri dan Asia Pacific Rayon).
ADVERTISEMENT
Selain itu ia juga tercatat menjalankan bisnis selulosa khusus (Bracell), sumber daya energi (Pacific Oil & Gas). Adapun wilayah operasinya mencakup Indonesia, Tiongkok, Brasil, Spanyol dan kantor pemasaran di negara lainnya.
Bahkan, Bracell dikenal sebagai salah satu produsen selulosa khusus terbesar di dunia. Selulosa khusus ini dapat digunakan untuk tisu bayi hingga es krim.
Selain menggeluti bisnis tersebut, ia juga aktif sebagai filantropis lewat yayasan yang dibangun bersama istrinya, Tanoto Foundation pada tahun 1981 yang fokus di bidang pendidikan.
Pada 2018 lalu, ia menjadi sponsor Asian Games 2018 dan berencana memperbaiki perpustakaan dengan 31 medali emas Indonesia. Yayasan tersebut telah mengalokasikan USD 200 juta untuk pengembangan bahan baku nabati sebagai solusi manufaktur untuk membuat tekstil.
ADVERTISEMENT